Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ini Cara Cat Lovers Mendukung Net-Zero Emissions

21 Oktober 2021   20:41 Diperbarui: 21 Oktober 2021   21:19 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pelet kayu ramah lingkungan (dok: yayat)

Sekarang ini, banyak orang memelihara hewan peliharaan di rumah. Selain untuk menghilangkan stress, memelihara hewan peliharaan juga untuk mengisi waktu luang walaupun ada ya yang memelihara hewan peliharaan untuk keperluan konten di media social. Hewan yang umum dipelihara di rumah adalah burung, kucing, anjing, hamster, ayam, kelinci dan masih banyak yang lain.

Saya memelihara kucing sejak 3 tahun lalu. Alasan saya memelihara kucing karena anak-anak saya menyukai hewan berbulu ini. Awalnya hanya 1 kucing domestik hasil hibahan teman yang kucingnya beranak pinak. Dari satu kucing domestik alias kucing kampung ini lahir 2 anak kucing. Jadilah 3 kucing.

Saat ini saya punya 10 kucing di rumah, belum termasuk kucing akamsi (anak kampung sini) yang rutin mampir buat minta makan. Dari 10 kucing itu hanya 2 yang berasal dari 1 induk, kucing lainnya berasal dari hasil rescue, saya temukan karena mereka dibuang orang pas masih kitten.

Miki si calon idola para betina (dok: yayat)
Miki si calon idola para betina (dok: yayat)

Banyak suka duka memelihara kucing. Kucing menjadi penghilang stress saat hati sedih dan galau (cieh). Mereka bisa diuwel uwel dan akan bertingkah lucu yang bikin kita tersenyum dan melupakan jok kursi dan jok motor yang habis dicakar-cakar. Atau melupakan berapa banyak tanaman yang mati karena potnya ditiduri.

Saya beberapa kali kehilangan kucing karena mereka mati akibat virus. Ya.. kucing memang rentan serangan virus dan kebanyakan virus yang menyerang kucing ini belum ada obatnya. Kemudian biaya memelihara kucing juga besar, namun tak saya sesali wong saya memang ikhlas memelihara kucing.

Hiro kekenyangan (dok: yayat)
Hiro kekenyangan (dok: yayat)

Dari memelihara kucing ini saya banyak belajar soal bagaimana merawat hewan peliharaan karena hewan adalah makhluk ciptaan Tuhan yang harus dirawat dengan sebaiknya sebagaimana makhluk hidup lainnya. Bahwa kucing bukan hama yang yang harus diberantas.

Banyak orang sebel dengan kucing yang suka membuang kotoran sembarangan. Kucing sebenarnya bisa diajari membuang kotoran pada tempatnya kalo tempat untuk kotorannya disediakan. 

Karena kucing cukup sering membuang hajat, maka sebagai pemelihara kucing, saya menyediakan tempat khusus yang harus ramah lingkungan sebagai bagian komitmen saya pada pelestarian lingkungan. Sikap yang sederhana tapi saya percaya, komitmen kecil ini bisa mempunyai efek positif pada lingkungan.

Milo yang ditinggal mati induknya (dok: yayat)
Milo yang ditinggal mati induknya (dok: yayat)

As we know, Indonesia menargetkan dapat mencapai Net-Zero Emissions (NZE) selambat-lambatnya tahun 2060. Berbagai kebijakan pembangunan rendah karbon pun diterapkan di berbagai sektor. Berbagai tantangan dan resiko yang dihadapi untuk mewujudkan NZE tidaklah sedikit, mulai dari biaya yang tinggi, teknologi yang mutakhir, SDM yang mumpuni, serta kesadaran masyarakat untuk bertransisi ke produk-produk ramah lingkungan.

Selain membuat bumi jadi lebih hijau dan ramah bagi umat manusia, NZE juga mampu memberikan keuntungan ekonomi yang lebih tinggi melalui peningkatan income per kapita dan pertumbuhan ekonomi. Nah, sebagai cat lovers, kita bisa kok ikut mendukung Net-Zero Emissions yang bukan hanya melestarikan bumi dan lingkungan tapi juga mensejahterakan para kucing.

pelet kayu ramah lingkungan (dok: yayat)
pelet kayu ramah lingkungan (dok: yayat)

Menggunakan Pelet Kayu untuk Sarana Kucing Membuang Hajat

Sama seperti manusia, kucing membuang hajat beberapa kali dalam sehari. Untuk mereka yang memelihara kucing dalam rumah, perlu menyediakan tempat khusus untuk para kucing membuang kotoran. Tempat khusus ini namanya litter box. Litter box diisi dengan pasir gumpal wangi, ampas tahu atau pelet kayu, pasir zeolite atau silika.

Saya menggunakan pelet kayu untuk pengisi litter box. Pelet kayu ini berasal dari kayu pohon pinus yang dibentuk berupa gelondongan kecil. Pelet kayu akan hancur ketika terkena pipis dan pup kucing. Kayu yang hancur menjadi serbuk bisa dijemur dan dipakai ulang. Jadi ya irit, nggak usah sering membeli isi litter box. Wangi pellet kayu juga natural dan disukai para kucing.

pelet kayu dari pinus (dok: yayat)
pelet kayu dari pinus (dok: yayat)

Kucing biasa mengubur kotorannya dan ini membuat isi litter box berceceran. Dengan menggunakan pelet kayu, serbuk kayu yang berceceran mudah dibersihkan serta aman untuk pernafasan kucing dan penghuni rumah. Serbuk kayu ini juga bisa digunakan sebagai pupuk tanaman. Jika dibuangpun, serbuk kayu mudah mengurai di tanah.

Bandingkan dengan penggunaan pasir gumpal yang banyak digunakan orang. Pasir sulit mengurai di tanah. Debunya juga sulit dibersihkan serta membahayakan pernafasan. Harga pelet kayu tidak mahal. Untuk berat 10 kilogram, saya beli seharga 130 ribu rupiah, penggunaan 1 bulan untuk 10 kucing saya.

Haku, emak kucing judes (dok: yayat)
Haku, emak kucing judes (dok: yayat)

Tekan Over Populasi Kucing dengan Steril

Tahu nggak? Seekor kucing bisa melahirkan 3 kali setahun dan bisa melahirkan 2 sampai 5 kucing dalam 1 kali kelahiran. Anak kucing mulai timbul birahi di usia 5 bulan. Makanya kucing itu cepet banget beranak pinak. Efek kucing yang over populasi adalah  makin meningkatnya resiko penularan penyakit di antara kucing dan manusia.

Kucing liar yang jumlahnya terlalu banyak, bisa membuang kotoran di mana mana tanpa bisa dicegah. Kotoran ini bisa menyebarkan bakteri penyakit dan membuat lingkungan menjadi kotor. Belum lagi jika kucing liar sakit dan akhirnya mati karena perawatannya terabaikan akibat terlalu banyak kucing yang berkeliaran. Jumlah kucing yang tak bisa dikontrol juga mengganggu lingkungan dengan suaranya yang berisik.

Mada yang terlantar ditinggal induknya (dok: yayat)
Mada yang terlantar ditinggal induknya (dok: yayat)

Dengan melakukan sterilisasi, jumlah kucing yang over populasi bisa dicegah. Kucing berumur lebih panjang karena sterilisasi bisa mencegah ia tertular penyakit yang menyerang organ reproduksi. Steril juga mengurangi kebiasaan kucing untuk spraying atau marking, yaitu pipis sembarangan untuk menandai wilayah kekuasaannya.

Steril utamanya mengurangi hasrat kucing untuk kawin, artinya perkembangbiakan kucing bisa dicegah dan populasi bisa dikurangi dengan sehat. Jika populasi kucing bisa dikontrol maka kucing tidak menjadi "hama" yang mengganggu kehidupan manusia dan lingkungan.

Hiro beratnya 6,2 kilo (dok: yayat)
Hiro beratnya 6,2 kilo (dok: yayat)

Sampai saat ini saya telah melakukan sterilisasi terhadap 9 kucing. Tujuh kucing adalah kucing milik sendiri dan 2 kucing adalah kucing liar akamsi (anak kampung sini). Kucing yang saya steril tumbuh sehat dan gemoyyyy serta jarang sakit. Kucing-kucing ini saya steril ketika usianya menginjak 7 bulan.

Syarat untuk melakukan sterilisasi adalah kucing dalam kondisi sehat, berusia minimal 7 bulan dan berat badannya minimal 2,5 kilogram. Biaya untuk sterilisasi kucing mencapai ratusan ribu rupiah. Namun biaya ini sungguh murah jika dibandingkan dengan biaya berobat kucing yang bolak balik sakit. Sungguh murah dibandingkan dengan patah hati dan sedihnya melihat kucing-kucing kecil tanpa daya dibuang orang karena over populasi.

Moui si sapi (dok: yayat)
Moui si sapi (dok: yayat)

Sterilisasi bisa lebih murah jika kita bekerjasama dengan komunitas kucing atau klinik hewan. Banyak kok komunitas kucing dan klinik hewan yang sering melakukan steril subsidi untuk kucing. Kerjasama dengan komunitas hewan dan klinik ini lumayan bikin irit kantong.

Itulah dua hal yang saya lakukan sebagai cat lovers untuk ikut berkomitmen melestarikan lingkungan dan mendukung Net-Zero Emissions. Sebuah tindakan kecil tapi saya percaya, jika tindakan kecil ini dilakukan oleh orang banyak maka efeknya akan besar juga. Haku, Chio, Hiro, Moui, illa, Miki, Milo, Mada, Wani, Lathi, Enes dan Chip mendukung Net-Zero Emissions, bagaimana dengan Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun