Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

The Music of Silence, Jalan Panjang Andrea Bocelli

26 Mei 2020   17:33 Diperbarui: 26 Mei 2020   17:22 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The music of silence (dok.dvdlady.com)

Sedikit penyanyi opera yang bisa berkolaborasi dengan penyanyi di luar alirannya. Andrea Bocelli adalah satu dari sedikit penyanyi klasik yang klop berkolaborasi dengan penyanyi pop dan rock.

Sebagai penyanyi senior, ia tak tampak mendominasi ketika berduet. Duetnya dengan siapapun selalu enak terdengar di kuping.

Saya mengenal Andrea Bocelli ketika ia berduet dengan Sarah Brightman menyanyikan lagu Time To Say Goodbye pada tahun 1996.

Kala itu telinga saya sedang dimanjakan dengan lagu-lagu Bon Jovi, Scorpions dan lagu rock lainnya. Time To Say Goodbye langsung menggelitik kuping saya ketika saya mendengarnya di radio. Lagu seriosa kok enak? Pikir saya. Ketika itu lagu klasik opera memang saya sebut lagu seriosa.

Andrea Bocelli punya suara yang khas sekali. Suaranya keras tapi lembut. Lirik lagunya mudah ditangkap. Beda dengan kebanyakan penyanyi opera yang buat saya nggak terdengar jelas liriknya. Belakangan saya tau, penyanyi tenor dari Italia ini tuna netra. Tambah salut saya padanya.

Sering saya intip konsernya di YouTube. Pernah liat Andrea Bocelli menyanyikan Nessun Dorma? Wow suaranyaaaa... kalo kata anak muda kekinian "Gilllssss keren beeuuuttt".

Penyanyi pop lain yang pernah duet dengan Andrea Bocelli adalah Celine Dion (The Prayer) dan Ed Sheeran (Perfect). Andrea menjadikan dua lagu ini benar-benar perfect.

The music of silence (dok.dvdlady.com)
The music of silence (dok.dvdlady.com)
The Music of Silence, Kisah Andrea Bocelli

Kemarin saya menonton The Music of Silence di Mola TV. Mola TV adalah platform televisi digital yang memutar banyak sekali film dengan berbagai genre. Melihat daftar film di Mola TV, mulut saya nggak berhenti bilang wuih. Koleksi filmnya banyak, dari drama sampai action.

Untuk bisa menonton aneka film di Mola TV Movies, kita cukup mendaftar dengan cara mengisi form yang ada. Setelah subscribe, kita bisa langsung menyaksikan film-film pilihan di sini. Kualitas gambarnya bagus, kita bisa nonton lewat gadget atau lewat laptop.

Bisa juga melalui web atau aplikasi. Kalo saya sih memilih menonton lewat laptop, karena tampilan gambarnya besar. Puas nontonnya.

Karena sekarang masa pandemi, Mola TV membuka donasi untuk melawan Corona. Donasinya mulai dari 10 ribu rupiah. Saya juga lakukan donasi sebelum menonton film di Mola TV. Saya senang dapat hiburan dari Mola TV dan Andrea Bocelli dan saya juga ingin Corona segera pergi.

Saya langsung pilih menonton The Music of Silence, karena film ini berkisah tentang kehidupan masa kecil Andrea Bocelli hingga ia mencapai kejayaannya. Toby Sebastian berperan sebagai Amos Bardi, nama yang dipilih Andrea Bocelli untuk menampilkan sosoknya dalam film ini.

Amos Bardi dan sang maestro (dok.auccaravan.com)
Amos Bardi dan sang maestro (dok.auccaravan.com)
Amos Bardi lahir di Lajatico Toscana Itali, dari pasangan Edi (Luisa Ranieri) dan Sandro (Jordi Molla). Di usia 5 bulan Amos Bardi didiagnosa menderita Congenital Glaucoma yang menyebabkan matanya harus dioperasi dan ia tak dapat melihat dengan jelas.

Musik klasik ia dengar pertama kali ketika sedang diopname di rumah sakit setelah dioperasi. Usianya tiga tahun ketika itu.

Kemudian musik klasik kerap diperdengarkan oleh pamannya. Bakat menyanyi Amos Bardi muncul ketika ia bersekolah di sekolah khusus tuna netra. Pamannya, Giovanni, mengajaknya berlomba di kontes bakat dan Amos Bardi menang. Sayang, ketika ia sedang happy-happynya menyanyi, sebuah peristiwa membuatnya tak mau lagi bernyanyi. Ia lantas ingin menjadi pengacara dan bersekolah di sekolah hukum.

Di sekolah hukum ini ia berkenalan dengan Andriano, yang kemudian membuka jalan untuk Amos Bardi bermain piano di sebuah bar.

Kehidupan terus menemukan jalannya. Dari bar ini, Amos Bardi bertemu teknisi piano yang mengenalkannya dengan Maestro Suarez Infiesta yang merupakan seniman yang sering bekerja sama dengan para penyanyi opera.

Amos Bardi berusaha menyanyi lagi (dok.odt.co.nz)
Amos Bardi berusaha menyanyi lagi (dok.odt.co.nz)
Oleh sang Maestro, Amos Bardi kembali membangkitkan jiwa seninya. Diajar dengan keras, kemampuan Amos Bardi jauh meningkat.

Saya sungguh terpesona dengan sang Maestro. Antonio Banderas memainkan karakter sang Maestro dengan apik. Aktor luar negeri mah gitu ya, makin tua malah makin matang, berkharisma dan tetap ganteng.

Singkatnya, karir menyanyi Amos Bardi nampaknya akan gemilang ketika ia bertemu dengan musisi rock Italia, Zucchero. Zucchero membuat demo tape berisi nyanyian Andrea Bocelli dan mengirimkannya kepada Luciano Pavarotti, penyanyi opera yang sungguh legend. Pavarotti malah menyarankan Zucchero untuk berkolaborasi dengan Andrea Bocelli.

Zucchero mengiyakan saran itu, namun karena kesibukannya manggung di mancanegara, duet itu tak langsung terjadi. Amos Bardi dilanda kegalauan luar biasa karena karir menyanyinya menjadi tidak jelas. Di satu sisi, ada istri yang harus ia nafkahi.

Michael Radford sang Sutradara berhasil mengajak penonton untuk ikut larut dalam kegalauan Amos Bardi. Kasian sama Amos Bardi iya, tapi gemes sama Zucchero juga iya.

Michael Radford juga apik mengolah karakter Amos Bardi. Penampilan artis di panggung tentu berbeda dengan kesehariannya. Amos Bardi lebih banyak terlihat muram di keseharian ketika kehidupannya dewasa. Tambahan lagi ia pendiam. Padahal ketika kecil, ia bocah yang sering membangkang.

sang Maestro berjasa besar pada karir Amos Bardi (dok.makingacinephile.com)
sang Maestro berjasa besar pada karir Amos Bardi (dok.makingacinephile.com)
Perubahan watak ini wajar, karena lingkungan yang berbeda di masa kecil dan dewasa. Dengan siapa kita berteman juga bisa mengubah watak kita. Tapi spontanitas Amos Bardi tetap ada di masa kecil dan dewasa.

Ketika ia menjelang menikah, ia melakukan pengakuan dosa yang menyebabkan acara pernikahannya terlambat. Ketika ditanya oleh Andriano, kenapa ia melakukan pengakuan dosa sebelum menikah, Amos bardi bilang bahwa ia mengaku dosa karena bermimpi tidur dengan Kim Basinger, aktris top di masa itu. Polos amat yak.

Bagaimana kisah akhir The Music of Silence? Nonton aja di Mola TV ya. Selain kisah Amos Bardi alias Andrea Bocelli, dalam The Music of Silence kita disuguhi suasana pedesaan Italia akhir tahun 1950 an. Akan lebih terasa nuansa Italianya kalo bahasa yang digunakan dalam film adalah bahasa Italia. Tapi susah ngertinya nanti ya.

At the end dari film The Music of Silence kita tahu bahwa untuk meraih karir gemilang itu nggak mudah, Prosesnya panjang dan butuh dukungan banyak pihak. Mental benar-benar diuji dengan aneka kesulitan. Pun ketika sudah mencapai puncak karir, mental tetap diuji, justru dengan aneka kemudahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun