Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Nonton Ramayana, Ketika Rama Meragukan Shinta

10 Februari 2020   19:21 Diperbarui: 10 Februari 2020   19:21 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shinta yang ditawan (dok.yayat)

Gedung Kesenian Jakarta di bilangan Pasar Baru Jakarta, malam tanggal 4 Februari 2020 lalu ramai dengan pengunjung. Mereka akan menonton gelaran tari dengan lakon Ramayana yang diadakan oleh Kridha Hambeksa. Ini adalah kali keempat bagi Kridha Hambeksa menggelar pertunjukan tari tersebut. Kridha Hambeksa adalah komunitas tari yang terdiri dari ratusan anggota dengan berbagai latar belakang. Menariknya, hanya sedikit yang berprofesi sebagai penari profesional.

Saya menjadi salah satu dari dua orang kompasianer yang beruntung diajak Ketapels menonton gelaran tari ini. Kompasianer satunya lagi adalah mas Daniel Mashudi. Saya datang ke GKJ jam 7 malam, sementara pertunjukan dimulai jam 8 malam. Nggak apa menunggu sebentar ketimbang telat. 

Beberapa pengunjung yang sudah hadir terlihat saling berbincang satu sama lain. Saya senang bukan hanya para orang tua yang hadir menonton tapi banyak juga anak-anak muda. Ada yang seperti pulang dari kantor, ada pula yang ala-ala anak kuliah. Senang rasanya pagelaran tari seperti ini masih diminati oleh anak-anak muda. Lepas dari mereka datang karena diundang atau karena tertarik untuk menonton.

Ramayana (dok.yayat)
Ramayana (dok.yayat)
Jam 20.00 wib, gong di depan ruangan pertunjukan dipukul. Ini adalah tanda kami bisa masuk ke dalam ruangan pertunjukan. Saya kebagian duduk di barisan J, posisinya agak di tengah, namun bisa melihat panggung dengan jelas. Masih menunggu beberapa saat hingga pertunjukan benar-benar dimulai.

Pertunjukan tari kali ini melibatkan 170 penari, mulai dari yang amatir hingga profesional. Termasuk juga 24 anak yatim piatu yang diajak serta merasakan serunya gelaran tari Ramayana sekaligus mengajarkan pada mereka untuk mencintai budaya bangsa sejak dini. Turut ambil bagian, para penari dan musisi dari Kridha Hambeksa, Kagama Beksan, Sekar Tanjung Dance Company, Alumni PSTK ITB, Alumni ISI Surakarta, Sanggar Seni Bulungan dan komunitas tari lainnya.

salah satu adegan Ramayana (dok.yayat)
salah satu adegan Ramayana (dok.yayat)
Ketika Rama Ragu pada Kesetiaan Shinta

Cerita Ramayana adalah cerita yang begitu terkenal dan entah sudah berapa kali dipentaskan. Namun tak ada yang bosan mendengar cerita tentang Rama dan Shinta. Cerita Ramayana yang dipentaskan oleh Kridha Hambeksa malam itu diambil dari potongan cerita dalam buku Anak Bajang Menggiring Angin karya Sindhunata. Ini adalah salah satu buku favorit saya.

Lakon Ramayana yang dipentaskan oleh Kridha Hambeksa menceritakan usaha Rama berusaha membebaskan Shinta dari tawanan Rahwana. Usaha yang tak mudah karena Rahwana menghalangi dengan berbagai cara. Rama dibantu oleh para wanara atau kera yang dipimpin Hanoman. Akhirnya Rama bisa membebaskan Shinta, namun Rama malah dilanda galau. Ia ragu bahwa Shinta masih cinta dan setia pada dirinya.

bersama para anak yatim piatu (dok.yayat)
bersama para anak yatim piatu (dok.yayat)
Tari Gambyong membuka acara. Penarinya adalah para ibu yang usianya tak lagi muda. Namun melihat mereka menari, saya tahu mereka bukan penari amatiran. Lenggak lenggoknya sungguh gemulai. Tari Gambyong adalah tari yang biasa dipersembahkan untuk membuka pertunjukan atau menyambut tamu.

Selesai tari Gambyong, tampil belasan penari wanita dan seorang penari pria. Penari pria itu adalah Rama yang dikisahkan sedang menyebrangi lautan untuk pergi ke Alengka. Ia dihadang oleh raksasa Alengka. Pertempuran terjadi antara Rama dan para Pandawa dengan pasukan Rahwana.

Rama diingatkan bahwa Shinta tetap setia (dok.yayat)
Rama diingatkan bahwa Shinta tetap setia (dok.yayat)
Panggung begitu semarak ketika lakon pertempuran. Puluhan penari ada di satu panggung bermandikan cahaya lampu yang didominasi merah dan biru. Berbeda dengan pagelaran tari yang pernah saya lihat, Kridha Hambeksa cukup kreatif memasukan penari dari arah penonton. Ini tak disangka oleh para penonton yang langsung heboh melihat anak-anak kecil berkostum kera masuk ke panggung melewati barisan penonton.

Cara yang sama dilakukan oleh penari berkostum raksasa. Beberapa penari lewat di samping saya dan sempet bikin saya kaget. Maklum kostumnya merah hitam dengan rambut hitam dan panjang pula. Mana lampu hanya menyorot panggung dan gelap di bagian penonton.

Pementasan yang liar biasa (dok.yayat)
Pementasan yang liar biasa (dok.yayat)
Lakon tari sempat diselingi oleh goro-goro, yaitu lawakan yang muncul di tengah tarian dan ceritanya tidak berhubungan dengan lakon Ramayana. Goro-goro ini cukup mengundang gelak tawa penonton. Bercerita tentang seorang wanita yang diperebutkan dua pria.

Tak terasa 2 jam sudah pertunjukan tari Ramayana dipentaskan. Seluruh penari berdiri di panggung memberi salam. Pertunjukan tari yang luar biasa, mengingat tak seluruh penari adalah penari profesional. Saya angkat 4 jempol untuk mereka. Namun gedung tak langsung kosong karena penonton malah ikutan menyerbu panggung untuk berfoto bersama para penari. Hanoman termasuk idola, yang ingin berfoto dengannya banyak sekali.

para kera (dok.yayat)
para kera (dok.yayat)
Saya pulang dengan perasaan puas. Terima kasih pada Kridha Hambeksa dan Ketapels. Semoga saya bisa menonton pagelaran tari dari Kridha Hambeksa selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun