Murah? Bangeetttt. Mata saya tertumbuk pada meja di depan mamak penjual ikan keropa. Seorang ibu sedang menjual ikan yang besar sekali. Ikan dimasukkan ke dalam plastik. Selembar uang lima puluh ribu diberikan oleh ibu yang membeli ikannya. Hah... ikan sebesar itu cuma lima puluh ribu?
Saya hampiri si ibu dan saya tak bisa menahan diri untuk bertanya. Ikan yang dijual si ibu ikan Fo namanya. Ikan itu hasil tangkapan suaminya sendiri. Ternyata begitulah yang terjadi di pasar ini,Â
Para penjualnya adalah wanita karena yang laki-laki tugasnya menangkap ikan. Ikan tadi dijual murah karena memang tangkapan sendiri. "Tak rugi?" tanya saya. Si ibu tersenyum dan bilang harga pasarnya memang segitu dan bisa lebih murah kalau belinya banyak. Woww...
Dengan harga yang murah dan segar begini, ikan selalu ada dalam menu sehari-hari. Maka anak-anak Kepulauan Kei tumbuh menjadi anak-anak yang kuat karena makan makanan yang bergizi. Sejak saya tiba di Langgur Sabtu kemarin, ikan saya makan setiap hari.
Puas melihat-lihat ikan segar, saya berjalan menuju area penjual sayuran. Saya disambut dengan tomat dan bawang yang ditempatkan dalam piring-piring kecil. Melangkah lebih jauh ke dalam, barisan penjual sayuran sedang sibuk melayani pembeli.Â
Sayuran yang dijual sungguh segar-segar. Sayuran dijual per tumpuk. Jantung pisang yang sudah diiris dan ditempatkan dalam sebuah piring dijual 10 ribu per porsinya.Â
Lalu ada mamak penjual daun papaya. Setumpuk daun papaya segar dijual sepuluh ribu dan kita bisa beli seharga 15 ribu jika mengambil 2 tumpuk.
Saya ikuti walau dalam hati heran, memangnya ini kacang sudah matang? Yang saya tahu kacang kenari digoreng atau dipanggang dulu sebelum bisa dikonsumsi.