Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Mudik Cerdik Pilihan

Walau Macet 36 Jam dan Ditanya "Kapan Gemuk?", Mudik Tetap Asyik

2 Juni 2019   23:13 Diperbarui: 2 Juni 2019   23:25 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
mudik itu asyik (dok.freepik.com)

Momen mudik memang menjadi momen yang ditunggu-tunggu buat orang-orang perantauan. Setelah setahun bekerja di Jakarta dan meninggalkan orang tua dan sanak saudara di kampung halaman, saatnya Lebaran kembali pulang, menyambung silaturahmi yang putus karena kesibukan. Meski harus menempuh perjalanan panjang dan biaya yang tidak sedikit, nyatanya mudik masih menjadi dambaan banyak orang.

Malam ini twitter ramai dengan hashtag #PertanyaanLebaran dan sudah jadi trending topik nomor 1 Indonesia. Hashtag ini isinya lucu-lucuan, tentang pertanyaan yang mungkin ditanyakan sanak saudara pada kita. Termasuk saat kita mudik. Meski lucu-lucuan, terbersit ketakutan pada beberapa netizen soal kemungkinan pertanyaan yang akan ia terima. Jomblo misalnya, pertanyaan kapan nikah menjadi momok tersendiri.

Mengintip hashtag #PertanyaanLebaran, saya senyum-senyum sendiri. Beberapa pertanyaan yang disebutkan oleh para netizen yang bawelnya nggak ketulungan ini pernah ditanyakan sanak saudara di kampung saat saya mudik. Misalnya pertanyaan, kok nggak gemuk juga sih? Hm... saya paling sebel nerima pertanyaan ini. Gemuk kurus itu relatif kan. Buat saya, tiap mudik saya tuh gemuk, karena berat badan naik sekilo. Mayan lhooo sekilo.

mudik itu asyik (dok.freepik.com)
mudik itu asyik (dok.freepik.com)
Pertanyaan kedua.. eh bukan pertanyaan tepatnya, tapi pernyataan. Tentang kondisi pekerjaan saya. Mungkin udah bosen ya tanya di mana saya kerja, sekarang yang saya terima adalah komentar sekarang enak ya kerjanya, tiap mudik mobilnya ganti mulu. Lagi-lagi saya senyum aja. Itu mobil tiap mudik ganti karenaaaaa... saya sewa mobil buat mudik. Ya sudah pasti mobilnya ganti mulu.

Aneka pertanyaan dari yang biasa sampe yang ajaib emang bisa aja kita terima saat mudik. Kemungkinannya adalah karena saudara kita udah lama nggak pernah ketemu dan ingin tahu keadaan kita. Kemungkinan lainnya adalah karena saudara kita nggak pertanyaan lain. Kalo saya, mesti kadang sebel, cuman senyum aja menanggapi pertanyaan mereka. Ya namanya juga saudara, situasi Lebaran pula, jangan biarkan semua pertanyaan yang ngeselin itu bikin kita bete menikmati Lebaran di kampung halaman.

Sejujurnya aneka pertanyaan itu malah menambah uniknya berlebaran di kampung halaman. Kalau Lebaran di lingkungan biasa saya tinggal, kan orang udah tau gimana kehidupan saya. Kayaknya nggak mungkin ditanya tetangga kok mobilnya gonta ganti secara tetangga nggak pernah liat saya bawa mobil. Atau ditanya anak saya kelas berapa padahal tetangga sering lihat anak saya berangkat kerja.

mudik dan macet sudah biasa (dok.freepik.com)
mudik dan macet sudah biasa (dok.freepik.com)
So semua pertanyaan itu nggak bikin niat saya terhalang buat mudik. Rasa tanggung jawab menemani orang tua saat Lebaran, lebih besar ketimbang malesnya nerima pertanyaan aneh saat mudik. Makanya meski biaya mudik besar buat operasional mudik dan badan capek karena macet selama perjalanan tapi tetep ya mudik saya lakukan tiap Lebaran.

Soal macet, saya pernah punya pengalaman buruk. Tahun 2014 saya balik dari Jogja menuju Jakarta. Seperti biasa, saya sewa mobil untuk membawa keluarga. Hari itu 3 hari setelah Lebaran, saya pulang karena saya harus bekerja dan anak-anak juga menjelang masuk sekolah. Perhitungan saya, perjalanan dari Jakarta menuju Jogja memakan waktu 16 -- 20 jam, ini sudah di kondisi macet ya. So tiba di Jakarta saya dan anak-anak masih bisa istirahat barang sehari.

Mobil penuh dengan barang bawaan. Bawaan koper sih sedikit, yang banyak adalah bawaan beras. Ayah saya hobi membekali anak-anaknya dengan beras ketika balik ke Jakarta. Ayah yang petani punya simpanan beras yang banyak sekali dan tak habis dimakan sendiri. Jadi ketika anaknya pulang ya kesempatan untuk mengurangi persediaan beras yang menumpuk. Saya sih senang aja, lumayan pengeluaran bulanan jadi berkurang karena nggak perlu beli beras.

mudik itu happy (dok.freepik.com)
mudik itu happy (dok.freepik.com)
Keluar dari Jogja kala itu tak terkendala. Saya dan keluarga sempat makan di restoran Candi Sari Kebumen. Ini emang resto langganan kalau saya mudik karena suasananya enak, makanannya pun murah. Lepas Maghrib kami berangkat dari Candi Sari. Nah lepas dari Candi Sari inilah kondisi jalan mula merayap karena saat itu ada perbaikan jalan, ditambah dengan macetnya kendaraan yang tersendat karena di beberapa lokasi orang tumpah ruah menunggu bis untuk arus balik.

Macet mencapai puncaknya ketika saya tiba di Bumi Ayu. Duh itu kendaraan bener-bener nggak bergerak selama berjam-jam. Rute seterusnya pun begitu. Pak supir berusaha mencari jalan alternatif tapi tetep macet juga. Akhirnya kami pasrah aja udah. Saya nggak berani lagi melihat jam karena sudah lamanya kami di jalan. Untungnya anak-anak nggak rewel dan memilih menghilangkan bete dengan tidur. Udah gede sih yaaa jadi udah ngerti.

Dan.. tau nggak kapan saya sampai di Jakarta? Saya sampai di rumah setelah berkendara selama 36 jam dari Jogja. Iya segitu parah emang macetnya. Saya absen di kantor pada hari pertama masuk kerja setelah cuti, anak-anak saya juga absen masuk sekolah di hari pertama. Itu pengalaman mudik yang paling ter ter deh... tapi saya juga nggak kapok mudik setelah itu dan untungnya saya nggak pernah lagi mengalami macet separah itu. Mudik.. memang asyik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Mudik Cerdik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun