Ramadan dan Lebaran adalah dua momen besar yang patut disambut dengan suka cita. Ini kesempatan untuk  beribadah dengan sebaik-baiknya dan mencari pahala sebanyak-banyaknya. Namun bulan Ramadan dan Lebaran membuat pengeluaran makin besar karena banyaknya keperluan dalam menjalani puasa dan menyambut Lebaran. Yaaa untuk memasak selama bulan puasa, beli baju Lebaran sampai beli kue Lebaran. Keluar duitnya lumayan gede.
Untuk mereka yang bekerja kantoran, cukup happy karena bulan ini dapet uangnya dobel.. yaitu dari gaji dan dari THR. Lumayan banget yaaa ada tambahan dana buat beli keperluan Lebaran. Untuk mereka yang mudik saat Lebaran, THR pastinya sungguh bermanfaat buat biaya mudik dan jalan-jalan di liburan Lebaran. Tapi.. bagaimana dengan profesi freelancer atau pekerja lepas yang nggak dapat THR?
Saya menjalani profesi Blogger sepenuhnya sejak pertengahan 2016. Saya putuskan keluar dari pekerjaan saya di sebuah perusahaan biro perjalanan wisata yang nyaman dan dapat uang bulanan. Kenapa saya resign? Karena kondisi yang nyaman ternyata menuntut saya mengorbankan banyak hal... salah satunya soal waktu.
Ketika memutuskan keluar dari kerja kantoran dan menggeluti profesi blogger yang sebelumnya cuman jadi pekerjaan sampingan, saya pernah merasa ragu. Nanti gimana dapet duit buat memenuhi kebutuhan sehari-hari? Gimana membiayai anak sekolah? Nanti nggak bisa jalan-jalan lagi dong? Dan seterusnya. Tapi karena saya yakin rezeki dari Tuhan selalu ada, saya tinggalkan kantor dengan rasa optimis.
Tiba saat saya menjalani Ramadan dan Lebaran pertama kali tanpa THR. Blogger nggak ada THR nya kan. Jangankan THR, tiap bulan aja besaran penghasilannya nggak sama. Mumet juga awalnya karena nggak ada tambahan uang untuk Lebaran. Jujur pertama kali menjalaninya, saya cukup kacau mengatur keuangan. Saya pangkas beberapa pengeluaran agar cukup dengan uang yang saya punya. Jumlah baju Lebaran untuk anak-anak saya kurangi, saya sendiri malah nggak beli baju Lebaran. Nggak apa.. yang penting ada baju hasil endorsan (eh).
Karena saya kudu mudik saat Lebaran, maka uang untuk biaya mudik mengambil jumlah yang cukup besar. Saya harus mudik karena ada ayah yang harus saya sambangi di Jogja sana. Saya mudik tak menggunakan kereta api, karena nggak pernah kedapetan tiket, jadi kebayang kan berapa besar biayanya. Namun memandang wajah ayah yang happy didatangi cucu-cucunya membuat saya rela mengeluarkan banyak biaya.
Lebaran sudah lewat.. mulai dari nol lagi yaaaa. Nol... posisi keuangan saya ketika itu. Tapi saya tak akan mundur dari pekerjaan blogger dan maju terus pantang mundur.. merdekaaaaa. Kemudian inilah saya.. sampai detik ini masih berprofesi sebagai blogger yang nggak dapet THR kalo Lebaran. Namun sekarang kondisi saya jauhhh lebih baik dari kondisi dulu itu. Bukan karena dapet penghasilan lebih besar, namun karena saya sudah tahu bagaimana mengatur keuangan saya yang nggak dapat THR ini, saat Lebaran.
Setiap kalender berganti, saya selalu cek kapan Lebaran. Setelah tahu bulan jatuhnya Lebaran, saya berstrategi harus mendapat uang sekian setiap bulannya. Jumlah uang yang saya targetkan adalah uang untuk keperluan sehari-hari dan uang untuk Lebaran. Setelah tahu perkiraan jumlahnya, ya saya kerja keras untuk mendapatkan uang tersebut.
Kalau bulan ini nggak dapet jumlah sekian maka bulan depan harus dapat uang lebih besar lagi. Alhamdulillah bisa aja tuh target saya tercapai. Rumus saya supaya target saya tercapai adalah niat + usaha/kerja keras + doa = target tercapai. Kalau bulan ini penghasilan yang ditargetkan tidak tercapai ya kejar lagi bulan depannya. Begitu terus sampe VR46 jadi presiden... eehhh sampe target tercapai.
Keluarkan Uang sesuai Pos Pengeluaran
Step selanjutnya adalah melihat apa aja kebutuhan saya dan keluarga sehari-hari. Ini yang harus dipenuhi. Kebutuhan bulanan saya adalah biaya kebutuhan rumah tangga, ongkos, biaya listrik, biaya TV kabel, biaya pulsa dan biaya sekolah anak-anak. Kebutuhan ini nggak bisa diutak-atik.
Saya sisihkan juga biaya untuk rupa-rupa tapi nggak besar, secukupnya aja. Biaya rupa-rupa ini contohnya untuk beramal, untuk ngopi atau ke coworking space. Saya tuh nggak punya kantor buat tempat kerja makanya butuh tempat buat kerja. Jadi kadang saya ke caf atau ke cowoking space buat numpang kerja sekalian numpang wifi sik... atau kadang buat meeting diskusi kerjaan lagi. Biaya rupa-rupa ini kudu dikontrol supaya nggak bikin kantong bolong.
Dari penghasilan yang saya kejar tiap bulannya, saya sisihkan 30% untuk saya dan keluarga menjalani puasa dan Lebaran. Misal saya kerja keras selama 6 bulan sebelum Lebaran maka saat Lebaran saya punya 6 x 30%. Tiga puluh persennya berapa sik kisarannya? Ciyeeee kepo yaaa. Saya nggak mau kasih tau sih takut ada yang malak hahahha. Namun jumlah itu cukuplah buat saya dan anak-anak beli baju Lebaran, mudik plus jalan-jalan di libur Lebaran.
Menyisihkan dana seperti ini bisa kok bikin saya happy di hari Lebaran. Kuncinya adalah disiplin dengan rencana yang telah dibuat. Kalo udah niat 30% disisihkan buat Lebaran yaa harus dilakukan. Jangan malah uangnya digunakan buat belanja barang diskonan di Harbolnas.
Sisihkan Dana di Rekening Tersendiri
Supaya uang yang disisihkan itu aman nggak kena keluar sebelum waktunya, simpan dana tersebut di rekening tersendiri. Bedakan dengan rekening untuk biaya hidup sehari-hari. Jaman sekarang bikin rekening itu mudah kok. Nggak perlu keluar rumah. Bangun tidur juga bisa bikin rekening bank.
Sekarang BCA makin menggunakan kedahsyatan dunia digital untuk melayani para nasabahnya. Salah satunya dalam hal membuka rekening baru. Cuman lewat aplikasi BCA mobile aja, kita sudah bisa membuat rekening baru dengan mudah. Buatlah rekening baru dan isi dengan dana untuk THR Lebaran. Dengan pemisahan rekening begini THR aman dan kita happy menjalani Lebaran.
Meski begitu yang wajib diingat adalah jangan habiskan seluruh THR hanya untuk Lebaran. Terutama orang-orang yang profesinya pekerja lepas kayak saya. Rayakan Idul Fitri dengan sederhana namun penuh suka cita.
Username FB : Ya Yat
Akun FB : facebook.com/yatya46