Lalu sampah plastik yang tak bisa sepenuhnya terurai bisa termakan oleh ikan. Nah ikannya kita makan karena kalo nggak makan ikan kan ditenggelamkan sama bu Susi Pudjiastuti. Jadi ada bakteri dari sampah yang termakan oleh kita. Kurang ngeri apa coba.
Jadi hayuk deh kurangi menghasilkan sampah dan jangan buang sampah sembarangan. Mengubah prilaku itu harus. Saya setuju banget dengan bu Susi Pudjiastuti yang bilang biarlah kita menjadi nomor dua negara penghasil sampah terbesar tapi kita harus jadi negara nomor satu yang mampu mengurangi sampah paling besar.
Makanan juga menyumbang sebagian besar sampah. Kemana larinya makanan yang tidak habis kita makan? Pastinya terbuang dan akhirnya jadi sampah. Nah buibuk yang doyan masak sebaiknya kalau masak diperhitungkan kebutuhan keluarganya. Jangan sampe anggota keluarga cuman 5 eh masaknya buat porsi 20 orang. Mubazir itu.
Jika kita sudah menyadari bahayanya sampah dan sudah berbuat sesuatu untuk mengurangi sampah, ajak orang lain ikut serta biar efeknya makin nyata. Sadar lingkungan akan lebih bermanfaat jika dilakukan secara masal. Saya sendiri sekarang sedang intens bergaul dengan orang-orang yang punya tujuan Zero Waste. Melalui akun sosmednya, mereka kerap menyebar informasi mengenai cara mengurangi sampah. Misalnya mengolah cangkang telur menjadi pupuk atau membuat pembersih kaca dari cairan kulit jeruk yang dicampur cuka.
Bersyukurnya memang banyak pihak yang tergerak mengurangi sampah saat ini. Seperti yang dilakukan oleh Bakti Lingkungan Djarum Foundation. Dengan aksi Siap Darling, Bakti Lingkungan Djarum Foundation mengajak kita semua bergerak mengurangi sampah. Pemerintah punya target mengurangi sampah hingga 70% lho. Harus didukung lah itu. Segera kurangi sampah sebelum laut kita isinya cuma sampah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H