Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Hanya Karena Ingin Dekat, Jangan Sembarang Pindah Kursi di Pesawat

9 Januari 2019   17:15 Diperbarui: 10 Januari 2019   14:48 1500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
jaga kelakuan di dalam kabin.. ini bukan kaki saya (dok.hipwee)

Saya sudah duduk dengan nyaman di kursi pesawat Air Asia tujuan Jakarta pada suatu malam di bulan November lalu. Akhirnya... saya dapat masuk ke pesawat dan duduk dengan nyaman setelah pesawat reschedule lebih dari dua kali. Ini tak pernah terjadi ketika saya menumpangi pesawat Air Asia.

Pesawat yang saya tumpangi ini seharusnya berangkat dari Kuala Lumpur jam 17.25 sore. Kemudian ada pemberitahuan bahwa pesawat reschedule dan akan berangkat pada jam 19.00 malam waktu setempat. Nyatanya pemberitahuan reschedule saya dapatkan lagi. Pesawat akan terbang pada jam 20.00 malam waktu setempat.

Saya dan seorang teman yang barengan terbang dari Kuala Lumpur kala itu heran, tak biasanya Air Asia seperti ini. Tapi karena kami santai dan tak diburu waktu ya kami ikuti saja jadwal Air Asia yang berubah begini. Tak ada penjelasan kenapa jam keberangkatan pesawat ini terlambat.

duduklah sesuai nomor kursinya (dok.medium.com)
duduklah sesuai nomor kursinya (dok.medium.com)
Teman saya yang seorang jurnalis, malah bersyukur keterlambatan pesawat membuatnya bisa menulis satu artikel untuk medianya. Sementara saya bersyukur pesawat terlambat terbang karena mendengar kabar beredar di antara penumpang, ada cuaca buruk di rute yang akan dilewati pesawat. Jika itu benar, saya rela pesawat reschedule hingga beberapa kali lagi. Tiba dengan selamat di rumah adalah harapan semua orang.

Jika saya terbang pada sore atau malam hari, saya memilih untuk duduk di kursi dekat lorong kabin. Melihat cuaca gelap di luar jendela agak bikin saya cemas, makanya lebih baik saya memandang lorong kabin saja. Sebenarnya duduk di dekat lorong ada kerugian dan keuntungan. Keuntungannya, lebih mudah untuk ke restroom. Kerugiannya, agak terganggu dengan orang yang mondar mandir di lorong kabin.

Seperti malam itu, kenyamanan saya duduk berubah menjadi rasa kepo (pengen tahu banget artinya) karena ada seorang wanita yang mondar-mandir di lorong kabin sambil menenteng kopernya. Tambah kepo ketika wanita tersebut balik lagi ke arah belakang tempat duduk saya diikuti seorang pramugara senior.

duduk anteng kayak mas ini gitu lho (dok.tirto)
duduk anteng kayak mas ini gitu lho (dok.tirto)
Saya menolehkan kepala ke arah belakang, ingin tahu dengan apa yang terjadi. Pramugara ini meminta seorang penumpang laki-laki menunjukkan boarding pass-nya. Kemudian pramugara ini meminta si laki-laki untuk pindah tempat duduk. Ternyata penumpang tersebut tidak duduk sesuai nomor kursinya, yang mana kursi yang ditempati oleh bapak itu adalah kursi milik penumpang wanita yang memanggil sang pramugara.

Si bapak menolak untuk pindah, dengan alasan ia menemani sang istri. Jadi suami istri ini pisah tempat duduknya. Tempat duduk asli si bapak ada di depan saya. Pramugara tetap meminta si bapak untuk duduk sesuai tempat duduknya, kali ini dengan suara yang lebih tegas, dengan bahasa Melayu (tadinya bahasa Inggris) karena penumpang yang ngeyel ini ternyata penumpang dari Indonesia. Namun si bapak tetep aja keukeuh nggak mau pindah.

Lalu terdengar beberapa suara penumpang di belakang saya yang ikutan meminta si bapak untuk menempati tempat duduknya semula atau pesawat yang sudah terlambat berangkat akan makin terlambat buat terbang. Karena beberapa penumpang ikut menegur, akhirnya si bapak mau pindah. Wanita tadi lalu duduk di kursi sesuai boarding pass-nya.

jaga kelakuan di dalam kabin.. ini bukan kaki saya (dok.hipwee)
jaga kelakuan di dalam kabin.. ini bukan kaki saya (dok.hipwee)
Tapi... kursi si bapak ternyata ada yang menempati. Tugas pramugara nampaknya belum selesai buat membereskan masalah kursi pesawat. Untungnya penumpang yang tak duduk sesuai kursinya ini nggak sengeyel penumpang sebelumnya karena penumpang ini adalah teman si bapak ngeyel yang pindah duduk gara-gara mau dekat dengan temannya. Ribet yak.

Sungguh masalah penumpang yang menganggap remeh nomor kursi pesawat ini bukan sekali saya temui. Akhir Desember kemarin ketika saya terbang ke Jogja, ada juga wanita yang ngeyel pindah kursi gara-gara mau dekat dengan teman seperjalanannya. Lalu siang tadi teman saya bercerita, penumpang tak tahu aturan ini ia temui juga. Teman saya adalah orang yang kursinya ditempati penumpang lain gara-gara penumpang ini ingin dekat dengan rombongan teman-temannya.

Kebanyakan orang memang masih memandang remeh nomor kursi pesawat. Dipikirnya bisa aja gitu kita pindah-pindah kursi sesuka hati macem di bus aja. Padahal duduk sesuai nomor kursi yang tertera di boarding pass kita itu penting adanya. Menyangkut nyawa, kasarnya begitu.

Ketika kita check in, komputer mencatat data-data kita termasuk nomor kursi pesawat. Data ini disimpan dalam manifest. Jika terjadi kecelakaan, manifest digunakan untuk mengidentifikasi penumpang. Kebayang nggak, misal dalam manifest tercatat kita duduk di 25B, ternyata di dalam pesawat kita pindah duduk di 14F, lalu kecelakaan terjadi.

Taruh koper di bagasi kabin (dok.womantalk.com)
Taruh koper di bagasi kabin (dok.womantalk.com)
Penumpang yang pindah tempat duduk bisa menghambat penyelidikan. Seorang teman yang jadi korban penumpang ngeyel pernah berkata tegas pada si penumpang "Kalau terjadi kecelakaan, saya nggak mau mayat Anda yang dikirim ke rumah saya karena Anda menempati tempat duduk saya". Tindakan yang ekstrim tapi ketegasan seperti itu memang dibutuhkan. Ya emang nggak ada yang mau mengharapkan terjadinya kecelakaan, tapi musibah kan nggak ada yang tahu.

Sebenernya ada cara kok biar bisa dapat tempat duduk berdampingan kalo kita terbang dengan pasangan atau teman. Beberapa maskapai memberlakukan check in online untuk memudahkan penumpang. Gunakan kesempatan check in online untuk memilih tempat duduk berdampingan dengan pasangan atau teman barengan. Kita bisa bebas memilih kursi kalau kita check in lebih awal. Makanya sebaiknya check in lebih awal.

Jika kita check in di counter, sampaikan pada petugas check in bahwa kita ingin seat yang berdampingan. Namun petugas check in hanya bisa membantu jika masih ada seat kosong yang berdampingan, yang mana jika check in di waktu yang lebih awal, ini akan mudah dilakukan. Check in lebih awal adalah kunci.

Untuk sebagian orang, duduk berdampingan dengan pasangan atau teman seperjalanan dalam kursi pesawat itu penting. Namun jangan sampai kepentingan ini mengabaikan kepentingan orang lain. So... terbang ke mana lagi kita?

Salam terbang

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun