Saya sudah duduk dengan nyaman di kursi pesawat Air Asia tujuan Jakarta pada suatu malam di bulan November lalu. Akhirnya... saya dapat masuk ke pesawat dan duduk dengan nyaman setelah pesawat reschedule lebih dari dua kali. Ini tak pernah terjadi ketika saya menumpangi pesawat Air Asia.
Pesawat yang saya tumpangi ini seharusnya berangkat dari Kuala Lumpur jam 17.25 sore. Kemudian ada pemberitahuan bahwa pesawat reschedule dan akan berangkat pada jam 19.00 malam waktu setempat. Nyatanya pemberitahuan reschedule saya dapatkan lagi. Pesawat akan terbang pada jam 20.00 malam waktu setempat.
Saya dan seorang teman yang barengan terbang dari Kuala Lumpur kala itu heran, tak biasanya Air Asia seperti ini. Tapi karena kami santai dan tak diburu waktu ya kami ikuti saja jadwal Air Asia yang berubah begini. Tak ada penjelasan kenapa jam keberangkatan pesawat ini terlambat.
Jika saya terbang pada sore atau malam hari, saya memilih untuk duduk di kursi dekat lorong kabin. Melihat cuaca gelap di luar jendela agak bikin saya cemas, makanya lebih baik saya memandang lorong kabin saja. Sebenarnya duduk di dekat lorong ada kerugian dan keuntungan. Keuntungannya, lebih mudah untuk ke restroom. Kerugiannya, agak terganggu dengan orang yang mondar mandir di lorong kabin.
Seperti malam itu, kenyamanan saya duduk berubah menjadi rasa kepo (pengen tahu banget artinya) karena ada seorang wanita yang mondar-mandir di lorong kabin sambil menenteng kopernya. Tambah kepo ketika wanita tersebut balik lagi ke arah belakang tempat duduk saya diikuti seorang pramugara senior.
Si bapak menolak untuk pindah, dengan alasan ia menemani sang istri. Jadi suami istri ini pisah tempat duduknya. Tempat duduk asli si bapak ada di depan saya. Pramugara tetap meminta si bapak untuk duduk sesuai tempat duduknya, kali ini dengan suara yang lebih tegas, dengan bahasa Melayu (tadinya bahasa Inggris) karena penumpang yang ngeyel ini ternyata penumpang dari Indonesia. Namun si bapak tetep aja keukeuh nggak mau pindah.
Lalu terdengar beberapa suara penumpang di belakang saya yang ikutan meminta si bapak untuk menempati tempat duduknya semula atau pesawat yang sudah terlambat berangkat akan makin terlambat buat terbang. Karena beberapa penumpang ikut menegur, akhirnya si bapak mau pindah. Wanita tadi lalu duduk di kursi sesuai boarding pass-nya.
Sungguh masalah penumpang yang menganggap remeh nomor kursi pesawat ini bukan sekali saya temui. Akhir Desember kemarin ketika saya terbang ke Jogja, ada juga wanita yang ngeyel pindah kursi gara-gara mau dekat dengan teman seperjalanannya. Lalu siang tadi teman saya bercerita, penumpang tak tahu aturan ini ia temui juga. Teman saya adalah orang yang kursinya ditempati penumpang lain gara-gara penumpang ini ingin dekat dengan rombongan teman-temannya.