Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Manulife Prime Assurance dan 10 Kelebihannya

12 Desember 2018   23:46 Diperbarui: 13 Desember 2018   00:14 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
para pembicara (dok.agung han)

Cafe ini tak besar. Mengambil lahan kosong yang biasa digunakan untuk parkir, cafe yang letaknya di dekat rumah saya ini tak pernah sepi. Orang-orang senang datang ke cafe ini untuk numpang bekerja sembari ngopi atau ngopi sembari meeting. Saya adalah salah seorang pelanggan yang datang ke cafe ini dengan tujuan ngopi sembari nebeng wifi.

Perkembangan cafe ini cukup pesat. Awal tahun ini, cafe dibuka dan ruangan sngat sempit. Saking sempitnya sampai pesan kopi harus berdiri dan minum kopinya di teras yang menghadap langsung ke jalan raya. Namun racikan kopi di cafe ini enak, harganya pun sangat bersahabat buat para anak-anak muda yang masih meminta uang pada orang tuanya.

Enam bulan berikutnya, sang pemilik cafe yang ramah luar biasa, mengundang saya ke acara syukuran pindah lokasi. Lokasi barunya masih di daerah yang sama, tak jauh dari lokasi lamanya. Bangunan sederhana dibangun di lahan kosong yang jadi tempat parkir tak resmi. Jadi tanahnya sewa dan bangunannya milik sendiri. Bangunan terdiri dari ruangan indoor dan outdoor. Barista meracik pesanan kopi di sebuah gerobak beroda yang sengaja dibeli. Unik jadinya sih, bar kopinya di dalam gerobak.

Ketika berkesempatan ngobrol panjang dengan si pemilik cafe, ia bilang bahwa modal untuk membuat new cafe ini berasal dari warisan yang ia dapat dari orang tuanya. Orang tuanya masih sehat, namun melihat keteguhan si anak berwiraswasta membuka kedai kopi, orang tua yang bijak memberinya bagian warisan dalam bentuk rumah di pinggiran Bekasi. Rumah disewakan dan uangnya dikumpulkan untuk membangun cafe ini.

financial goals (dok.freepik.com)
financial goals (dok.freepik.com)
Mangatur keuangan tuh susah-susah gampang. Pemilik cafe tadi, jika nggak punya kedisiplinan dalam mengatur uangnya dan nggak fokus pada target bisnisnya, nggak akan bisa mengatur warisannya dengan bijak. Yang ada malah bisnis hancur dan uang warisan lenyap.

Pada acara yang diadakan oleh Manulife dan Kompasiana minggu lalu, ada pak Pandji Harsanto seorang Financial Planner. Di acara bertema "Solusi Premium untuk Kemapanan Kini dan Nanti" itu, pak Pandji menjelaskan tentang piramida perencanaan keuangan. Urutannya dari yang terbawah adalah Kebutuhan Primer, Perlindungan Keluarga, Tabungan, Property/Kendaraan dan yang paling atas adalah warisan.

Piramida ini menjadi acuan kita untuk merencanakan keuangan. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang mengambil jatah keuangan paling besar harus selalu dipenuhi. Bagian-bagian di atasnya merupakan pos-pos untuk persiapan masa depan. Pada cerita soal pemilik cafe di atas, orang tua sang pemilik cafe sudah menyisihkan dana untuk warisan dan warisan digunakan untuk bisnis anaknya.

para pembicara (dok.agung han)
para pembicara (dok.agung han)
Lalu... dalam hidup terkadang ada saat di mana pendapatan tidak dapat menutupi kebutuhan sehingga kita harus berhutang. Bolehkah? Pak Pandji bilang berhutang boleh saja namun sebaiknya hutang itu adalah hutang yang produktif. Artinya hutang menghasilkan uang yang digunakan buat membayar hutang.

Ada rumusan buat hutang, yaitu total hutang tidak boleh lebih besar dari 50% total aset dan pastikan cicilan utang kurang dari 30% pendapatan. Dengan rumusan ini, cashflow keuangan keluarga tidak terganggu. Makanya penting untuk menyisihkan dana buat tabungan, properti atau asuransi. Asuransi paling cocok buat meng-cover musibah yang tak direncanakan, misalnya sakit.  Jika ada asuransi maka kita tak perlu berhutang jika mengalami sakit dan butuh berobat.

Manulife Prime Assurance

Raymond Sung, Teritory Head Manulife, menjadi orang yang memberi penjelasan soal Manulife di acara itu. Anda pasti pernah mendengar tentang Manulife, karena asuransi ini sudah beroperasi di Indonesia selama 33 tahun. Saat ini Manulife Indonesia telah memiliki 2,4 juta konsumen dan pada tahun 2017 telah menangani klaim sebesar 6,6 trilyun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun