Saya menepikan motor yang sedang saya kendarai siang itu. Suara dering handphone yang tak berhenti, membuat saya memutuskan berhenti berkendara sejenak dan mengangkat telepon genggam saya yang tak henti menjerit. Nampaknya ada hal penting yang membuat si penelepon menelpon saya berkali-kali.
Motor saya pinggirkan di dekat gerobak cendol milik seorang lelaki yang sedang melayani pembelinya. Siang panas begini memang nikmat meminum es cendol yang dingin. Namun bukan karena ingin es cendol makanya saya berhenti. Saya mengambil telepon genggam dari dalam tas, tertera nama yang begitu saya kenal di layar telepon genggam saya, nama si anak bungsu.
Ternyata si bungsu menelepon berkali-kali karena urusan yang dianggap penting untuknya, ia minta ijin untuk membeli schetch book di sebuah toko buku, di mal besar di daerah saya. Begitu penting hingga ia ingin saya menjawab teleponnya dan memberinya ijin. Doh.. bikin deg-degan aja anak ini. Kirain ada masalah apa.
Telepon saya tutup setelah saya ijinkan si bungsu pergi, tak lupa berpesan agar ia kembali segera setelah buku yang dicarinya sudah dibeli. Saya bersiap memakai helm dan kembali mengendarai motor lagi, namun gerobak cendol yang berjarak beberapa meter dari saya membuat saya urung berangkat lagi. Kok nikmat ya kalau saya minum es cendol dulu.
Sambil menikmati es cendol, saya melihat sekeliling. Jalan raya di bilangan Depok ini cukup lebar, namun tak terlalu ramai dilalui kendaraan karena merupakan jalan alternatif. Pohon-pohon besar berjajar rapi, menjadi pembatas jalan dua arah ini. Pohon-pohon ini sama jenisnya dengan pohon yang menaungi saya. Pohon Trembesi namanya.
Trembesi kerap ditanam di jalan raya. Kanopi daunnya yang tumbuh melebar membuatnya menjadi pohon peneduh jalan raya. Seperti barisan Trembesi yang ada di depan saya. Kanopi daunnya meneduhkan jalan yang berlawanan arah. Kalau Anda sedang melintasi jalan tol, Trembesi akan menjadi pohon yang sering Anda temui.
Sejatinya Trembesi bukan hanya pohon peneduh. Ia adalah pohon dengan bermacam manfaat. Pohon yang sering disebut Ki Hujan ini, mengurangi polusi karena menyerap CO2 yang keluar dari kendaraan bermotor. Satu pohon trembesi mampu menyerap 28 ton CO2 per tahun. Akarnya yang kuat mampu mengikat air hujan hingga tak segera mengalir ke laut. Makanya Trembesi kerap ditanam untuk program penghijauan dalam rangka mengurangi dampak pemanasan global.
Kata ayah, sawah belum bisa ditanami padi karena tak ada air. Bukan hanya sawah ayah saya aja yang seperti itu, tapi seluruh sawah di areal persawahan di kampung saya. Memang ada yang menanami sawahnya dengan tanaman yang tak terlalu membutuhkan banyak air. Tanaman ubi jalan misalnya. Tapi itu tak banyak. Karena itu ketika beberapa hari belakangan ini hujan sering turun, saya sungguh bersyukur karena sawah bisa segera ditanami.
Jangan sampai pemanasan global berdampak makin parah. Menghijaukan bumi kembali harus dilakukan dengan segera dan kita harus melakukannya bersama-sama. Salah satu pihak swasta yang memberi perhatian besar pada program penghijauan adalah Djarum Foundation melalui programnya Djarum Trees For Life (DTFL) Trans Jawa. DTFL Trans Jawa punya misi menanam 8.400 Trembesi di ruas Tol Trans Jawa.