Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mereka yang Dimakan Usia di Antara Hijaunya Sawah

25 Juni 2018   15:04 Diperbarui: 26 Juni 2018   03:07 2899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Capek mbak jadi petani itu, duitnya nggak ada. Mendingan saya jadi ojek online, tiap hari bawa pulang uang.. begitu katanya ketika saya tanya apa pernah tertarik mengikuti jejak ayahnya jadi petani. Jawaban yang sama saya dapatkan ketika saya bertanya ke pengemudi ojek online yang lain. Jadi ojek online lumayan banget mbak, capek emang tapi uangnya lumayan, katanya.

pak Sumardi dan sawahnya (dok.yayat)
pak Sumardi dan sawahnya (dok.yayat)
Lalu.. jika orang tua mereka tak lagi bisa turun ke sawah dan mewariskan sawah-sawah itu untuk anaknya, bagaimana? Tinggal suruh buruh aja mbak, banyak kok buruh yang mau kerja di sawah.. kompak mereka menjawab. Buruh yang mereka maksud adalah orang-orang yang tak punya pekerjaan dan tak punya sawah. Buruh seperti ini biasanya dibayar dengan cara bagi hasil.

Jangan harap usia para buruh ini sama seperti usia para pengemudi ojek online yang saya tanya tadi. Buruh-buruh ini usianya sudah lumayan tua juga. Lebih dari 55 tahunan... dan memang banyak. Ketika ayah saya, saya larang untuk ke sawah lagi karena kesehatannya, banyak buruh tani datang ke rumah dan minta ijin mengolah sawah ayah saya.

mbah dan sepedanya (dok.yayat)
mbah dan sepedanya (dok.yayat)
Sebenernya saya tak tega menolak para orang tua ini, tapi ayah sudah menyerahkan pengolahan sawah pada adik-adiknya. Penasaran saya bertanya kepada buruh yang datang ke rumah.. anaknya kemana kok tetep kerja? Ternyata.. anak para buruh sudah bekerja sendiri. Sebagai buruh pabrik, buka warung.. atau pengemudi ojek online. Hmmm...

Pilihan para anak muda ini memang nggak bisa disalahkan. Tuntutan ekonomi makin tinggi dan ada lapangan pekerjaan yang menghasilkan uang lebih banyak dari bertani.. seperti jadi pengemudi ojek online. So.. kenapa nggak diambil? Mereka happy karena kebutuhan ekonomi terpenuhi, penumpang happy berkat ojek online sekarang jadi gampang pergi kemanapun. Sama-sama happy sebenernya.

sawah yang hijau (dok.yayat)
sawah yang hijau (dok.yayat)
Saya jadi berkaca pada diri sendiri. Ayah saya menyerahkan pengolahan sawah kepada adik-adiknya karena tahu saya tak mungkin bisa mengolah sawah. Saya nyaman dengan kehidupan saya di belantara hutan beton Jakarta. Kalaupun pada akhirnya sawah itu harus saya urus sendiri, saya akan panggil para buruh. Cara bagi hasil bikin buruh happy dan saya happy.

Akhirnya... menikmati hijaunya sawah memang nggak usah mikir berat. Mumpung para orang tua ini masih bisa menanami sawahnya.. mumpung sawah masih diairi air... mumpung padi masih bisa dipanen.. mumpung saya masih bisa datang dan menikmatinya maka nikmatilah. Mumpung... 

bukan petani cuman numpang jalan pagi (dok.yayat)
bukan petani cuman numpang jalan pagi (dok.yayat)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun