Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Upaya Bulog Stabilkan Harga, Dukung dengan Beli Produk KITA

18 Mei 2018   16:08 Diperbarui: 19 Mei 2018   11:56 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Tri Wahyudi Direktur Komersial Bulog (dok.Kompasiana)

Sebentar lagi kita memasuki bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah bulan istimewa yang sepatutnya disambut dengan istimewa pula. Kewajiban untuk menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan membuat para ibu, terutama, mengubah jam memasaknya. Juga memikirkan dengan lebih seksama mau masak menu apa.

Sama seperti saya. Saya mengubah jam memasak dan mengubah menu juga saat bulan puasa. Sebagai seorang ibu, penting untuk saya memikirkan asupan gizi dan protein bagi anak dan suami serta saya sendiri yang sedang berpuasa. Jangan sampai ibadah terganggu karena asupan gizi dan proteinnya kurang.

Belakangan ini pasar tradisional di dekat rumah saya selalu penuh dengan pembeli. Kondisi pasar yang penuh ini akan bertahan sampai Idul Fitri. Biasanya nih... pasar tradisional itu penuh di bawah jam 9 pagi. Kalo sudah siang pasar kosong.. ibu-ibu sudah balik ke rumah dan memasak bahan makanan yang dibeli. Tapi.. menjelang Ramadhan seperti sekarang ini, pasar penuh sampai siang hari.

Pasar penuh tentu karena para ibu berbelanja kebutuhan bahan pokok. Namun menjelang dan saat Ramadhan, kebutuhan pokok yang dibeli para ibu menjadi berlipat. Alasannya ya karena puasa. Lumrah para ibu memasak 2 kali selama Ramadhan dengan menu yang berbeda dari biasanya. Lebih spesial gitu.

Gula KITA (dok.antara)
Gula KITA (dok.antara)
Padahal lumrah juga jika menjelang puasa dan menjelang Idul Fitri, harga barang pokok merangkak naik. Tadi pagi saya membeli telur dengan harga 26 ribu per kilo, minggu lalu harganya masih 22 ribu perkilo. Sementara sayuran seperti bayam, yang biasanya harganya 2000 per ikat, tadi pagi harus saya bayar seharga 3000 per ikat. Harga cabe juga merangkak naik.

Sudah biasa seorang ibu harus putar otak agar uang belanja cukup untuk memenuhi kebutuhan masak sehari-hari. Namun ya sih pening juga karena harga barang-barang pokok naiknya barengan. Telur, gula, beras, minyak.. kompak naik bareng. Kompak itu bagus tapi kalo kompaknya beginian kan emak jadi puyeng.

Para ibu jadi kompak juga jadinya. Di lingkungan saya, bahan rumpian para ibu-ibu adalah di mana bisa beli barang kebutuhan pokok dengan harga lebih murah. Saya akui ibu-ibu tuh jago bener kalo cari info soal barang promo atau diskon dan para ibu akan datengin penjualnya meski jaraknya jauh dari rumah. Dateng demi barang murah.

Nah para ibu di tempat saya udah hapal nih kalo bulan puasa suka ada operasi pasar dari BULOG alias Badan Urusan Logistk. Itu tuh... Bulog membuka penjualan sembako dengan harga murah di bawah harga pasar. Meski belinya berdesakan dan berpanas-panasan, tapi wajah para emak akan happy karena dapet sembako dengan harga murah.

operasi pasar Bulog (dok.Bulog)
operasi pasar Bulog (dok.Bulog)
Bulog memang sering mengadakan operasi pasar di saat Ramadhan dan jelang Lebaran, tujuannnya adalah untuk menstabilkan harga barang pokok yang masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). Operasi pasar yang sering dilakukan oleh Bulog adalah penjualan beras dengan murah.

Stabilisasi harga yang dilakukan oleh Bulog dilakukan melalui menjaga stabilitas harga tingkat produsen, menjaga stabilitas harga tingkat konsumen dan menjaga stok pada jumlah tertentu untuk melakukan intervensi pasar pada saat dibutuhkan oleh pasar seperti saat darurat dan lain-lain.

Ada dua macam operasi pasar yang dilakukan oleh Bulog yaitu operasi pasar dan operasi pasar khusus. Dua operasi ini sasarannya berbeda. Operasi pasar adalah upaya stabilisasi harga dengan sasaran masyarakat umum. Sedangkan operasi pasar khusus adalah operasi pasar yang menyasar kalangan rumah tangga.

Barang-barang yang dijual oleh Bulog bukan cuma murah tapi mutunya juga terjamin. Bulog tentu nggak mau sembarangan menjual produknya karena Bulog dituntut untuk memperoleh keuntungan juga. Nah gimana mau untung kalo barang yang dijual mutunya jelek. Malah konsumen nggak mau membelinya dan penyetabilan harga bisa gagal.

Pak Tri Wahyudi Direktur Komersial Bulog (dok.Kompasiana)
Pak Tri Wahyudi Direktur Komersial Bulog (dok.Kompasiana)
Salah satu cara Bulog mencari keuntungan adalah dengan  menjual produk unggulan yang diberi merk "KITA". Produk KITA ini ada bermacam-macam ya. Ada produk beras, gula, minyak goreng, terigu, daging, cabe dan lain-lain. Kesemuanya adalah produk-produk yang biasanya harganya membumbung tinggi saat Ramadhan dan Lebaran.

Pada tanggal 3 Mei 2018 ada event KITANgopiwriting yang diselenggarakan oleh Bulog dan Kompasiana dan berlangsung di Kanawa Coffee Jakarta. Di situ lebih dijelaskan mengenai brand KITA dari Bulog. Perdagangan komoditi Bulog dengan nama KITA berada dalam kendali Divisi Penjualan Distributor dan Divisi Penjualan Langsung. Jaringan penjualannya sebelum mencapai konsumen rumah tangga dilakukan oleh Hotel Restoran Caf, Pasar Rakyat, Baitul Mal dan Rumah Pangan Kita.

Bulog membuat brand "KITA" karena ingin membuat standar produk. KITA juga menegaskan bahwa ada pergeseran aktivitas Bulog menuju komersil. Itulah kenapa Bulog membuat Rumah Pangan Kita (RPK) yang merupakan hasil kerjasama dengan masyarakat. Warga yang menjadi agen RPK mendapat suplai kebutuhan pangan seperti beras, gula, minyak, daging dan lain-lain.

RPK adalah upaya Bulog untuk bisa mensejahterakan rakyat bukan hanya dari pemilikan produk namun juga dengan cara menjualnya. Yap masyarakat bisa mendirikan RPK dan saat ini Bulog sudah memiliki 39.000 RPK. Harga-harga di RPK tentu lebih rendah dibandingkan harga produk lain yang sejenis. Pada acara KITANgopiwriting itu Direktur Komersial Bulog Tri Wahyudi mengatakan bahwa produk KITA sudah diterima dengan baik di pasaran.

Rumah Pangan Kita (dok.Republika.com)
Rumah Pangan Kita (dok.Republika.com)
Bulog memang nggak asal "ngecap" bahwa produknya murah dan berkualitas bagus tapi memang kenyataannya demikian. Gulanya sama putih dan manis seperti gula lain yang beredar di pasaran dan butirannya pun sama halusnya. Minyaknya tidak membuat hasil gorengan berbau tengik. Lalu berasnya.. makanan pokok masyarakat Indonesia ini juga pulen ketika dimasak. Cap premium di kemasan berasnya menunjukkan bahwa kualitas berasnya memang premium.

Karena mulai tahun 2018 Bulog tak lagi mendapatkan tugas buat membagikan beras sejahtera seperti tahun sebelumnya, maka Bulog juga bekerjasama dengan Transmart/Carrefour untuk menjual beras premium KITA. Dengan cara begini beras premium KITA bisa langsung dipasarkan ke masyarakat. Kerjasama Bulog dan Transmart ini saling mengisi.. jadi Bulog suplai beras ke Transmart dan Transmart bisa suplai kebutuhan bahan pokok ke RPK.

Ada beberapa keuntungan sih dengan cara Bulog menyebar produk KITA melalui Transmart yang dalam hal ini berperan sebagai distributor. Kalo melihat dari data Bulog mengenai realisasi stabilisasi harga bulan April 2018 80% nya dilakukan oleh distributor/mitra, 16% oleh satgas Bulog dan 4 persennya oleh RPK. Melihat data ini, sudah pasti bahwa stabilisasi harga melalui distributor itu lebih berpengaruh. Dari sisi distributor, ada peningkatan transaksi akibat penjualan bahan-bahan pokok dari Bulog.

Macam-macam produk KITA (dok.Bulog)
Macam-macam produk KITA (dok.Bulog)
Di sisi konsumen, tentu konsumen jadi lebih mudah mendapatkan produk KITA yang harganya lebih murah. Konsumen juga mendapatkan produk yang mutunya terjamin sesuai dengan jaminan dari Bulog bahwa standar produk KITA itu berkualitas dan layak edar. Para ibu emang suka barang dengan harga murah namun kualitas barangnya bukan murahan.

Bahan pokok itu pengaruhnya pada kesehatan maka mutu harus dikedepankan. Lagipula dengan adanya produk KITA di distributor maka para ibu nggak harus berpanas-panasan antri demi mendapatkan bahan pokok dengan harga murah. Misalpun tetep antri di kasir toko distributor tapi kan nggak panas lagi.. ada AC nya.

Produk KITA adalah produk lokal jadi dengan membelinya berarti kita sudah mendukung keberadaan produk lokal. Mendukung produk lokal sama artinya mendukung perekonomian Indonesia. Ekonomi yang maju akan membuat negaranya menjadi kuat. Mau negara kita ekonominya kuat? Ya belilah produk lokal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun