Jalan-jalannya udah lama, tepatnya saat liburan Lebaran pada bulan Juni lalu. Seperti kebiasaan tahun-tahun sebelumnya, saya mudik ke Jogja menengok ayah saya sekalian menyegarkan diri dari pekatnya debu jalan Jakarta. Jalan ke lokasi wisata di Jogja termasuk agenda wajib saat saya dan keluarga mudik. Untungnya anak-anak saya setuju untuk datang ke lokasi wisata yang penuh dengan pohon hijau dan bukan ke pusat perbelanjaan.
Seribu Batu Songgo Langit, begitu tempat wisata ini disebut. Lokasinya ada di desa Sukarame Mangunan Kecamatan Dlingo Bantul Jogjakarta. Seribu Batu Songgo Langit letaknya berdekatan dengan Hutan Pinus Mangunan dan Kebun Buah Mangunan. Kalau Hutan Pinus Mangunan lokasi nya naik ke atas, Seribu Batu Songgo Langit letaknya masih di bawah dan untuk mencapainya tak perlu melalui jalan menanjak seperti ke Hutan Pinus Mangunan.
Setelah membayar tiket kami berjalan di jembatan kayu menuju ke tengah-tengah pepohonan. Jajaran pohon pinus menyambut kami. Matahari yang memancar panas tak terasa karena terhalang teduhnya daun-daun. Deretan rumah kayu adalah tujuan pertama kami. Malam sebelumnya hujan deras melanda Jogja. Bahkan rintik hujan masuk turun saat kami berangkat setelah subuh.
Puas berfoto, kami berjalan lebih jauh menuju spot berikutnya, yaitu spot yang menjadi jualan utama lokasi wisata ini, rumah Hobbit. Ngetopnya film Lord of the Ring menginspirasi pengelola Seribu Batu Songgo langit untuk membuat tiruan rumah Hobbit di sini. Pada akhirnya adanya rumah Hobbit memang menarik pengunjung untuk datang. Cukup kreatif. Tak banyak rumah Hobbit yang dibangun, hanya 3 kalau tak salah. Meski sedikit, rumah Hobbit sudah cukup membuat anak-anak yang datang ke sini senang.
Karena ada di perbukitan maka lokasi wisata ini areanya naik turun. Yang bosan menikmati kehijauan bisa naik flying fox yang disediakan di sini. Jika lelah berjalan kaki, kita bisa istirahat di warung-warung yang ada di lokasi wisata. Warung-warung ini tertata letaknya jadi tak bikin kumuh area wisata.Â
Jangan takut harga makanan akan dikemplang seperti layaknya lokasi wisata di Jakarta. Harga makanan di warung-warung ini sama dengan harga makanan di pinggiran jalan Jogja. Kalau Anda ke sini, pesanlah wedang uwuh dan minum sambil memandang jajaran pinus. Anda akan bersyukur dengan nikmatnya hidup.
Di bagian lain ada jembatan yang lagi-lagi terbuat dari kayu. Saya menunggu di ujung jembatan sebelum menyeberang karena dari arah berlawanan sepasang pengantin sedang berjalan di jembatan kayu. Lokasi ini memang sering menjadi tempat calon pengantin berfoto untuk pre-wedding. Si pengantin wanita mengangkat bagian bawah gaun pengantinnya yang seperti baju Cinderella itu. Sementara pengantin lelaki menggandengnya. Romantis. Di belakang pasangan ini ada beberapa orang yang membawa kamera dan perlengkapan foto.
Tak terasa hari beranjak siang dan pengunjung makin ramai datang, saya dan keluarga beranjak pergi dari tempat asri ini menuju tujuan berikutnya. Saya akan datang lagi tahun depan... minum wedang uwuh sambil memandang jajaran pinus yang pasti sabar menunggu saya datang.