Ribuan orang berbondong memasuki gerbang sirkuit Sepang, Malaysia hari itu. Minggu adalah hari dilangsungkannya balapan MotoGP. Hari yang ditunggu oleh penggemar MotoGP di seluruh dunia. Saya selalu menjadwalkan diri untuk menonton MotoGP secara langsung di Sepang, Malaysia. Ada keseruan yang tidak saya dapatkan ketika menontonnya di televisi. Saya memilih Malaysia karena biaya untuk menonton langsung di sini masih terjangkau oleh kantong saya.
Sepang Malaysia juga menjadi seri balapan di mana penonton yang berasal dari Indonesia terbanyak jumlahnya dibandingkan dengan negara lain. Tahun lalu, saya hadir bersama 150-an teman-teman penggemar Valentino Rossi di Indonesia, jumlahnya meningkat dibandingkan tahun sebelumnya dan ini teman-teman yang komunitasnya sama dengan saya lho, belum dari komunitas lain atau penggemar pebalap lain.
Makanya susah untuk mendapat hotel dan tiket pesawat jika balapan sudah menjelang karena hotel dan tiket pesawat sudah di-bookingoleh para penggemar dari jauh hari. Komunitas tempat saya bergabung biasanya sudah membeli tiket pesawat dan mem-booking hotel dari awal tahun, padahal seri Sepang baru dilangsungkan bulan Oktober. Ini mencerminkan animo para penggemar balapan MotoGP di Indonesia tinggi sekali.
Kemudian rencana Sentul kandas seiring dengan tidak kunjung adanya sponsor yang mau membiayai balapan MotoGP di Sentul. Biaya persiapan balapan memang tinggi karena sirkuit Sentul harus melakukan pembenahan menyeluruh di sirkuitnya agar sesuai dengan standar dari Dorna dan FIM selaku penyelenggara MotoGP. Setelah Sentul, pemerintah daerah Palembang mengajukan diri untuk menjadi penyelenggara balapan MotoGP.
Jakabaring adalah lokasi yang diajukan oleh Menpora Imam Nahrawi kepada Dorna. Gubernur  Alex Noerdin malah sudah bertemu langsung dengan pihak Dorna untuk menyatakan keseriusannya dan memberikan desain sirkuit Jakabaring. Desain sirkuit ini lagi-lagi disambut antusiasme tinggi oleh para penggemar balapan di Indonesia, tetapi berita tentang persiapan Jakabaring dan sampai di mana persetujuan Dorna pada Jakabaring tidak terdengar kini. Padahal, Menpora dan Pemda Palembang menyatakan ingin menyelenggarakan MotoGP di tahun 2018 dan 2019.
Lalu apakah balapan di Indonesia berkurang gara-gara MotoGP belum bisa terselenggara di sini? Tentu tidak, saya melihatnya sendiri. Balapan lokal masih terus berlangsung dan punya penggemar yang cukup banyak juga. Bulan Juli lalu saya melihat balapan yang diselenggarakan sebuah ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) di sirkuit Sentul Bogor. Balapan ini balapan antar komunitas yang memang diselenggarakan secara rutin oleh merk motor ini untuk memberikan tempat bagi para penggemar balapan.
Meski bukan balapan profesional, tapi penonton dan pesertanya cukup banyak, bahkan mereka datang dari luar Jakarta. Biaya untuk balapan ini didapat melalui patungan para anggotanya. Yap.. sebegitu besarnya antusias para penggemar balapan sampai mau membiayai balapan lewat kantong sendiri. Tentu...biaya keseluruhan yang dikeluarkan juga tidak sedikit.
Pertamina memang serius ingin memajukan balapan di tingkat lokal. Di ajang balap mobil, Pertamina punya Pertamax Motorsport Team di mana Rizal dan Rifat Sungkar tergabung menjadi pebalapnya. Di ajang Kejurnas Sprint Rally 2017 putaran pertama bulan April lalu, duo Rizal dan Rifat menggondol juara 1 dan 2. Lumayan...
Berbicara kiprah Pertamina mendukung pebalap di balapan kelas Internasional tentu kita nggak bisa lepas dari nama Rio Haryanto. Saat Rio Haryanto naik kelas ke Formula One, nama Pertamina sebagai salah satu sponsor Rio Haryanto sering disebut. Merupakan satu kebanggaan ada pebalap Indonesia yang disponsori oleh perusahaan dari negeri sendiri.