Saya bukan orang yang suka berganti-ganti pada satu hal. Misal merk handphone. Saya setia pada 1 merk sejak dulu yang menurut saya paling bagus performanya. Meski sekarang banyak handphone baru bertebaran dengan spesifikasi yang lebih canggih, namun tetap handphone favorit saya adalah Samsung. Pun dengan pekerjaan. Dulu saat masih kerja kantoran saya baru pindah ke kantor lain setelah bekerja di tempat yang sama minimal 5 tahun.
Seumur-umur punya nomor handphone, saya baru ganti nomor dua kali. Yang pertama kali terpaksa saya ganti karena handphone beserta nomornya hilang kecopetan dua belas tahun yang lalu. Setelah itu saya ganti dengan nomor yang saya pakai sekarang ini... nomor dari provider XL. Pilihan saya jatuh ke XL karena XL menawarkan beragam pelayanan yang okeh punya.
Kesetiaan saya pada XL membuahkan berbagai promosi. Saat XL sedang melakukan proses perpindahan sinyal ke 4G, saya ganti kartu 4G dengan bonus gratis kuota internet 10GB. Lumayan banget buat internet addict seperti saya. Lalu sudah setahun ini saya menggunakan paket internet 26GB sebulan dan free 20 menit telepon. XL sering memberikan promo pada pengguna lama yang setia menggunakan kartu XL. Promo paket 26GB ini salah satunya. Paket ini saya beli seharga 129 ribu aja.
Kuota internet saya gunakan buat blogging, browsing dan mengurusi akun-akun sosial media saya. Selain itu, jika malam hari, kuota internet ini digunakan oleh anak-anak saya juga dengan cara tethering. Saya berikan anak-anak kuota internet sekedarnya di masing-masing handphone, cukup untuk mereka gunakan siang hari. Ini salah satu cara menghemat penggunaan internet dari anak-anak.
Pekerjaan saya sepenuhnya tergantung pada internet dan sinyal internet yang lancar. Pekerjaan menulis memang tidak sewaktu-waktu tapi pekerjaan saya di sosial media tak bisa terhalang gara-gara sinyal internet up and down. Pekerjaan apa sih? Buzzer. Secara garis besar, Buzzer adalah pengguna sosial media yang dibayar untuk mempromosikan produk tertentu.
Dalam rangka bekerjasama dengan seorang buzzer, ada brand yang memilih buzzer dengan ketertarikan tertentu. Misalnya brand kamera, ia akan memilih buzzer seorang selebtwit yang hobby traveling atau brand alat masak akan memilih buzzer yang hobby dengan masak memasak. Namun di Indonesia nggak melulu seperti ini yang terjadi.
Yang pernah saya alami, banyak brand yang lebih memilih kuantitas alias membayar banyak pemilik akun twitter dengan jumlah follower yang ditentukan. Nominalnya juga macam-macam, tergantung kesepakatan pemilik brand dan akun twitter yang di-hire. Beberapa yang pernah saya alami, bukan hanya fee yang saya dapatkan tapi saya bisa pergi ke sebuah daerah yang sebelumnya tak pernah terpikir bisa saya datangi.Â
Apakah promosi lewat twitter ini efektif bagi para pemilik brand? Pengguna twitter di Indonesia mencapai 328 juta dan ini menyebabkan Indonesia masuk dalam 5 besar negara dengan jumlah pengguna twitter terbanyak. Saking senengnya mencuit, seringkali hashtag dari Indonesia masuk dalam jajaran trending topic dunia karena itu lepas dari sisi efektif atau tidak efektif, promosi lewat twitter akan terus dilakukan. Minimal orang-orang tau bahwa sebuah brand sedang diperbincangkan di twitter.