Seorang blogger tak bisa lepas dari tulis menulis.. yaiyalah.. karena menulislah maka ia disebut blogger. Seorang blogger yang baik menulis apa yang ia pikirkan, rasakan dan apa yang ia lihat. Seorang teman yang sudah lama malang melintang di dunia perbloggeran bilang bahwa dalam menulis, blogger mestinya jujur dengan tulisannya. Selain jujur, blogger juga mesti mampu mengolah kalimat hingga membuat orang yang membacanya nyaman dan pesan yang tersirat tersampaikan.
Blogger terbagi dalam macam-macam tipe,tergantung pada fokusnya pada sebuah topik. Misalnya, ada blogger otomotif yang memfokuskan diri pada semua hal tentang otomotif. Ada blogger fashion yang mengkhususkan diripada semua hal yang menyangkut dunia fashion. Ada lagi food blogger yang mengkhususkan diri pada bidang kuliner dan banyak blogger khusus lainnya.
Kalau saya sih masuk blogger tipe kadang-kadang. Kadang-kadang ke otomotif, kadang-kadang ke fashion, kadang-kadang ke kuliner. Di luar sana blogger seperti ini disebut blogger gado-gado karena belum mengkhususkan diri pada sebuah hal. Padahal saya lebih suka disebut blogger mie ayam daripada gado-gado karena saya lebih menyukai mie ayam (((dibahas))).
Rasa adalah soal selera. Beda orang bisa berbeda pula seleranya. Kalau saya, nggak suka makanan dengan keju berlimpah atau susu putih yang terlalu banya tapi suka makanan pedas. Orang lain mungkin malah suka makanan dengan campuran keju yang royal banget. Selera ini mempengaruhi kita dalam menulis. Namun, selera ini mesti dikompromi jika kita punya tugas melakukan review sebuah makanan. Blogger yang baik harus memegang kendali dalam menghubungkan tulisan dengan selera orang.
Dalam me-review sebuah hidangan, ambil rata-rata selera orang. Kalau saya suka makanan yang pedes banget maka ambil standar kepedasan yang orang-orang sukai kecuali tulisan ditujukan untuk para cabe lover. Kalau saya nggak suka makanan dengan keju yang over banget maka ambil standar selera orang pada hidangan keju yang sedang-sedang aja. Ini salah satu cara memegang kendali dalam review.
Kita nggak selalu dapat makanan yang enak. Sering juga kan kita makanmakanan yang asinnya kebangetan atau malah nggak ada rasa. Saya pernah makan gulai kepala kakap di sebuah resto. Tau kan yaaa gulai kepala kakap adalah sebuah hidangan yang dibuat dari bumbu-bumbu rempah yang kaya rasa. Sayangnya kepala kakap yang begitu menggoda itu bertolak belakang dengan rasanya. Rasanya cemplang banget pemirsa, tawar gitu. Entah apa yang masak lupa memasukkan garam atau penyedap rasa.
Nah kalau kita pas diundang sama pemilik resto untuk mencoba hidangannya dan ternyata hidangannya nggak enak gimana? Pernah nonton acara pak Bondan yang terkenal dengankata Maknyuss-nya? Pernah ada yang tanya ke pak Bondan, bagaimana jika makanan yang ia makanan di di acara itu nggak enak? Pak Bondan menjawab ia tak akan menayangkan makanan itu demi menjamin mutu acara dan tidak ingin menjatuhkan makanan tersebut di acaranya.
Kalau blogger nggak bisa seperti itu. Tugas blogger adalah menulis hasil ia mencoba sebuah masakan jika ia memang ditugasi untuk itu. Jadi enak nggak enak ya tetep ditulis gitu. Namun cara menulisnya yang harus dikendalikan. Kita harus pegang kendali jika menulis makanan yang rasanya nggak enak. Jangan offside. Jujur itu harus tapi elegan juga penting. Tulis rasa yang nggak enak itu dengan elegan dan berikan saran.
Lalu ke soal makanan, tulis dulu kelebihan-kelebihan makanan tersebut. Misal udangnya banyak, dagingnya empuk atau tampilannya menggiurkan. Informasikan juga proses lama memasaknya. Misal ketika saya menulis soal dodol Betawi, saya bilang bahwa proses memasak dodol itu butuh waktu 8 sampai 9 jam. Supaya pembaca tahu bahwa dodol yang sederhana itu butuh kerja keras buat memasaknya. Nggak semua orang rela mengaduk dodol selama 9 jam.
Nah sekarang kebagian yang nggak enaknya. Pilih kata-kata yang aman berdasarkan selera orang kebanyakan seperti yang saya info di awal tulisan. Misal kalau rasanya terlalu cemplang, bilang bahwa akan lebih baik jika masakan itu rasanya lebih gurih atau lebih asin. Jika makanan terlalu manis, katakan “makanan ini lebih enak lagi lho kalau manisnya dikurangin sedikit”.
Jadi kita tetap menunaikan tugas sebagai blogger yang baik, yang jujur dalam tulisan tapi juga tidak menjatuhkan pihak pengundang. Semangat “saatnya pegang kendali” yang disuarakan Danamon, patut diaplikasikan dalam tulisan supaya kita menjadi blogger yang baik.
Selain soal rasa, hal lain yang mempengaruhi kita dalam membeli makanan adalah soal harga. Rasa makanan enak tapi harga mahal masih bolehlah, tapi kalau makanan rasanya nggak enak udah gitu harganya mahal, ya bikin kapok membelinya kan. Kalau saya, harga sebuah makanan membuat saya memberikan ekspektasi tinggi terhadap makanan tersebut.
Misal semangkuk soto yang rata-rata bisa kita beli dengan harga 12 hingga 15 ribu, tiba-tiba ada yang jual harga semangkuknya 50 ribu rupiah, langsung saya mikir, ini harusnya rasa sotonya di atas rata-rata.. enak banget gitu. Harga sebuah makanan juga bisa dipengaruhi oleh tempatnya. Misalnya harga di restoran sebuah hotel memang lebih tinggi dari harga makanan rata-rata karena “menjual” suasana.
Kita bisa membeli makanan dengan lebih murah, salah satunya membeli saat diskon. Promo diskon kadang-kadang ada masanya. Misalnya hanya berlaku pada jam-jam atau hari-hari tertentu. Tapi jangan sedih, kita tetep bisa dapet makanan dengan harga diskon lho, caranya.. pake DanamonFlazz.
Selain untuk membayar parkir, tol dan membeli bensin, Danamon Flazz juga bisa digunakan di merchant rekanan Danamon, ada 80 ribu jumlahnya. Nah para merchant ini sering memberikan diskon bila kita melakukan transaksi menggunakan Danamon Flazz. Tinggal tanya ke merchant yang bersangkutan ya dan perhatikan syarat dan ketentuannya.
Dengan menggunakan Danamon Flazz, kita memegang kendali pada pengeluaran kita. Untuk tau update terbaru soal gaya hidup terkini dan kiat cerdas mengelola keuangan follow yuk Twitternya Danamon di @myDanamon serta Instagram dan Facebook Danamon di @myDanamon. Ini merchant DanamonFlazz :