Indonesia kaya akan cerita. Segala cerita legenda dan pengembangan cerita dari dongeng yang sudah duluan beredar, banyak tersebar. Di era digital seperti sekarang, membaca cerita-cerita seperti itu lebih gampang lagi. Banyak tersedia website khusus untuk kumpulan cerita dan fiksi. Salah satunya Cerita.net. Website ini khusus untuk tulisan bergenre drama, sejarah, horor dan fantasi.
Tulisan di cerita.net tayang secara bersambung. Satu cerita bisa terdiri dari belasan episode. Cerita di web ini semuanya terjadwal jadi misalkan kita baca sebuah cerita yang bersambung ke episode berikutnya, tinggal cek aja kapan episode selanjutnya ditayangkan. Beda dengan tulisan blog yang tayangnya bisa terserah pada penulisnya.
Di cerita.net saya membaca satu cerita.. judulnya Legenda Lamafa, sebuah cerita drama dunia persilatan. Saya suka membaca kisah bergenre fantasi karena saat membacanya saya ikut berimaginasi. Cerita ini terbit setiap senin, rabu dan jumat. Sampai hari ini sudah tayang sebanyak 53 episode. Setiap episode nya diberi judul. Legenda Lamafa tayang perdana pada 4 Januari 2017.
Legenda Lamafa dikarang oleh Pendekar Bayang. Sepertinya bukan nama asli. Tokoh-tokoh dalam kisah ini beberapa diambil dari nama tempat di NTT seperti Lamalera dan Lembata. Mengenai perburuan paus sendiri, saya pernah tuh melihat tayangannya di BBC Earth. Di NTT tradisi ini sudah ada sejak dulu. Di tayangan itu, orang yang bisa menangkap paus menjadi tokoh yanag dihormati di kampungnya.
Sinopsis
Legenda Lamafa berlatar belakang kebudayaan di Nusa Tenggara Timur (NTT). Berkisah tentang Bintang Tenggara, seorang pemuda yang ingin menjadi Lamafa, sebuah gelar untuk penikam paus. Gelar Lamafa diturunkan secara turun temurun dari para leluhur. Untuk mendapatkan gelar ini, seseorang harus memiliki keberanian dan kemampuan selain reflek yang cepat.
Bintang Tenggara tinggal di Paledang Paus. Ia hidup berdua dengan ibunya, Bintang Wulan, karena ayahnya hilang saat berburu paus. Bintang Tenggara punya seorang sahabat, gadis bernama Lamalera. Bintang Tenggara bertekad menemukan ayahnya kembali. Ia berguru kepada Nagaradja, seekor komodo raksasa yang menurunkan ilmunya kepada Bintang Tenggara.
Perjalanan Bintang Tenggara tak mudah karena harus melalui berbagai halangan dan rintangan. Namun.. halangan dan rintangan adalah bagian dari kehidupan, di mana kita akan mendapat pelajaran atasnya. Halangan dan rintangan adalah bekal untuk naik ke kelas kehidupan yang lebih tinggi. Halangan dan rintangan untuk Bintang Tenggara adalah terjadinya peperangan antara manusia melawan siluman. Peperangan ini sudah berlangsung selama ratusan tahun. Peperangan selalu merugikan, menyisakan abad kegelapan bagi manusia.
Perkelahian dalam kisah ini ditulis dengan detail. Misalnya dalam episode ke 35 yang berjudul Binatang Siluman Kasta Perak.
“Bintang terpaksa, atau lebih tepatnya dipaksa, melompat mundur ke belakang. Panglima terus merangsek maju tanpa ragu, dan tentunya siap menerima serangan balik. Namun, seketika kakinya menapak dari lompatan mundur tadi, Bintang tidak langsung menerjang maju sesuai perkiraan Panglima. Bintang malah berputar satu kali di tempat, baru kemudian melecut bersama Tempuling Raja Naga. Gerakan berputar di tempat tersebut, berhasil merusak momentum Panglima yang sebelumnya siap menerima kemungkinan serangan balik.”
Banyak istilah dalam cerita ini yang membuat saya bertanya pada opah google. Contohnya Paledang. Paledang adalah sebuah perahu kecil yang digunakan para Lamafa untuk menangkap paus. Saya baru membaca kisah ini hingga episode 48. Si pengarang menulis cerita ini dengan asyik, selain detail, membuat rasa penasaran untuk tahu bagaimana kelanjutan kisahnya.
Membaca kisah Legenda Lamafa juga membuat saya terkenang kembali ke saat di mana saya suka membaca serial Kho Ping Hoo. Dulu komik silat ini ngetop banget. Legenda Lamafa sudah dibaca oleh lebih dari 25 ribu pembaca dan masuk dalam cerita terpopuler di cerita.net. Saya tak tau cerita ini akan berakhir di episode berapa. Penasaran? Silakan lho ya.. langsung ke cerita Legenda Lamafa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H