Jumat, 28 Oktober 2016 benar-benar luar biasa di sirkuit Sepang. Saya mengalami 3 kali apes pemirsa. Ada sesi meet and greet di Sepang siang kemarin dan dilanjutkan dengan pitlane walk. Seperti yang telah direncanakan, saya berangkat pagi-pagi sekali dari hotel bersama teman-teman saya. Untuk mengejar antrean sesi tanda tangan, kami emang kudu sampai sirkuit Sepang sepagi mungkin karena yang antre buat sesi tanda tangan ini bejibun. Sayangnya, mobil yang kami sewa buat ke Sepang nyasar, jadi tiba terlambat di meeting point. Jadilah kami berangkat 30 menit lebih lambat dari jadwal. Apes yang pertama itu.
Tiba di sirkuit Sepang, antrean fans sudah mengular padahal kami tiba pukul 08.00 pagi waktu Malaysia dan cara antrean berbeda dengan tahun lalu. Kalau tahun lalu, fans yang akan ikut sesi autograph itu ada dalam satu barisan. Jadi sesi autograph kan terbagi 2 sesi, nah sekarang antrean dibedakan per sesi. Sesi 1 antre di sebelah kiri dan sesi dua antre di sebelah kanan. Tahun-tahun sebelumnya, antrean ada dalam 1 baris.
Ada hal lucu dari dua antrean ini. Antrean sesi 2 sudah sampai keluar pagar tapi antrean di sesi 1 belum mencapai setengah pagar. Kenapakah? Penyebabnya adalah nama-nama rider yang akan hadir di sesi autograph. Sesi 1 dihadiri oleh Marc Marquez, Dani Pedrosa, Jorge Lorenzo, Cal Crutchlow, Jack Miller, Tito Rabat, Alvaro Bautista, Stefan Bradl, Hector Barbera dan Loris Baz.
Sementara sesi 2 ada Valentino Rossi, Andrea Dovizioso, Andrea Iannone, Bradley Smith, Pol Espargaro, Yonny Hernandez, Eugene Laverty, Aleix Espargaro, Maverick Vinales, Scott Redding dan Danillo Petrucci. Yes… antrean sesi dua penuh dengan fans Valentino Rossi. Makin siang antrean di sesi 2 makin mengular panjang, kayak ular naga panjangnya bukan kepalang (nyanyik). Tapi antrean di sesi 1 bahkan belum mencapai pagar pembatas terakhir, beda banget.
Menjelang sesi 1 dimulai, host mengumumkan bahwa Marc Marquez batal hadir di sesi autograph karena sakit. Sontak terdengar teriakan kecewa dari barisan sebelah. Saya pernah mengalami itu. Tahun 2014 saat saya ikut di sesi Autograph dan udah antre berpanas-panas, Valentino Rossi juga batal hadir di sesi ini. Beeuuhhh sakitnya tuh di sini (nunjuk jempol).
Nggak berapa lama para rider sesi 1 datang. Teriakan riuh terdengar dari antrean sebelah dan antrean sesi 2 nggak kalah heboh. Langsung dorong-dorongan. Sampai host mengancam mau menghentikan acara. Fans The Doctor udah nggak sabar, padahal sesi 2 masih akan dimulai 30 menit lagi. Keadaan ini sungguh berbeda dengan antrean sesi 1 yang santai banget bergerak ke depan. Mau koprol di antrean 1 juga bisa, tapi di sesi 2 nafas aja susah. Sesi 1 selesai dan para rider meninggalkan lokasi. Barisan antrean 2 makin heboh dan host kembali teriak-teriak untuk tidak saling dorong.
Saya sedikit lagi menuju pagar batas antrean di depan. Ada kali ya 10 orang gitu di depan saya. Kalau orang-orang yang lagi minta tanda tangan di depan sudah selesai maka kami bisa langsung dibolehkan menghampiri meja para rider untuk meminta tanda tangan. Lalu apa yang terjadi pemirsah… host mengumumkan bahwa sesi dua sudah selesai dan Valentino Rossi beranjak pergi. Rider lain pun bergantian bangkit untuk pergi juga. Saya cuman bisa bengong. Bengong sebengong-bengongnya sambil memegang 2 kaus. Kaus Kompasiana untuk ditandatangani para rider dan kaus RV46 untuk ditandatangani oleh Vale. Nasib membuat kaus tersebut masih bersih dan tidak dikotori oleh coretan spidol. Apes yang kedua ini.
Berusaha move on dari rasa kecewa, saya dan teman-teman berjalan menuju jajaran stand yang memamerkan barang dagangan. Meski saya masih tetep ngomel. Gini kali ya rasanya balapan tapi gitu mau finish ehhh malah jatuh jadi gagal finish. Stand-stand ini belum terlalu ramai. Area stand akan lebih ramai hari Sabtu dan akan mencapai puncak ramainya di hari Minggu. Stand VR46 Racing Aparel menjadi stand yang paling ramai dikunjungi penonton. Stand ini adalah stand resmi produk-produk Valentino Rossi.
Sejam setelah antre, kami masuk ke tribun Ducati dan antre lagi untuk masuk ke tunnel. Jadi di bawah trek itu ada dua terowongan buat nyebrang ke paddock. Kami melalui tunnel ini menuju paddock. Sebelum masuk ke tunnel hujan turun deras. Saya hampir membatalkan ikut pitlane walk, tapi udah nggak bisa mundur fans di belakang sangat padat, mau nggak mau ya terus deh. Kami masuk tunnel diiringi hujan deras. Jalan di tunnel lumayan jauh. Saya jalan santai aja.
Tiba di atas, kami antre lagi sebelum masuk ke area pitlane. Hujan masih deras. Alamat nggak bisa jalan santai di pitlane kalau hujan begini. Ketika antre di sini, Johann Zarco lewat diikuti timnya. Fans langsung heboh. Ini Zarco juga ngapain nyasar lewat sini. Akhirnya pitlane dibuka, fans langsung menuju area pitlane. Karena hujan deras, saya nggak bisa foto-foto di sepanjang pitlane. Saya lihat tak ada pembalap yang nangkring di paddock-nya. Mungkin para pembalap udah balik ke hotel dan lagi ngopi-ngopi ganteng.
Bersama orang-orang saya keluar dari pitlane, masuk terowongan lagi untuk menuju tribun. Setelah sampai tribun, ndilalahnya hujan berhenti. Dari tribun saya melihat rombongan fans yang tadi antre di belakang saya sedang berjalan di pitlane. Ternyata mereka nungguin hujan berhenti dulu baru masuk pitlane. Lagi-lagi saya bengong sebengong-bengongnya. Momen untuk narsis di pitlane hilang. Untuk masuk ke dalam lagi nggak mungkin karena akses di tunner sudah ditutup. Lagi pula begitu saya sampai di pitlane juga sesi pitlane udah selesai. Apesss yang ketiga.
Saya balik ke hotel dengan kedinginan karena kaos basah dan saya nggak bawa baju ganti. Perjalanan menuju KL Sentral tempat saya naik monorail menuju hotel cukup macet. Lama banget deh rapid KL yang saya tumpangi sampai di KL Sentral. Ketika akhirnya saya sampai di KL Sentral kaus saya kering sudah. Untung nggak ada yang nyanyi baju satu kering di badan (halah).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H