Gudeg (dok.yayat)
Terkadang saya suka lupa bahwa banyak kuliner yang masuk ke jajaran kuliner tempo dulu di sekitar saya, setelah kuliner itu tumplek blek di satu tempat baru deh saya “ngeh”. Begitulah yang saya rasakan ketika hadir di acara Kampoeng Tempo Doeloe yang diadakan di La Piazza Kelapa Gading kemarin, 30 April 2016. Festival ini diadakan dalam rangka Jakarta Fashion dan Food Festival, berlangsung dari tanggal 22April hingga 22 Mei 2016.. pas sebulan. Dekorasi yang diambil kali ini adalah pecinan.. makanya stand-stand peserta dibuat ala pecinan, pernak-pernik di arena pun full ala pecinan.
Saya menyambangi Kampoeng Tempo Doeloe bersama teman-teman Kompasianer dari KPK (Kompasianer Penggila Kuliner). Kenapa tema Tionghoa diambil sebagai tema kuliner kali ini? Karena sebenarnya kuliner Tionghoa nggak jauh berbeda dengan kita. Budaya Tionghoa dan Budaya Indonesia menyatu sejak dulu. Banyak sekali kuliner Indonesia yang terinspirasi dari kuliner Tionghoa begitu juga sebaliknya. Jadi kuliner Tionghoa mah nggak aneh lah ya buat kita. Oh ya.. Kampoeng Tempo Doeloe ini disponsori oleh BCA. Jadi untuk membeli makanan di area ini menggunakan flazz BCA. Cashless.. nggak pake repot cari kembalian. Tinggal gesek.. sek.
Tema festival kuliner ini adalah Aneka Mie Nusantara. Tapi nggak seluruh stand menjual mie kok, banyak booth yang menjual makanan di luar mie, misal ayam, bebek, martabak, es duren dan lain-lain. Hari sudah sore, nggak membuang waktu lagi saya berkeliling ke area La Piazza. Area di penuhi stand penjual makanan, ada 88 peserta UKM kuliner yang menyajikan lebih dari 200 menu. Puas banget mestinya.. sayangnya lagi asyik keliling stand peserta eeeehhh hujan deras turun, pakai angin pula, terpaksa deh saya nggak bisa explore acara ini dengan puas.
Untungnya sebelum hujan turun saya sudah menyambangi semua warung yang ada. Ada warung martabak imut dengan aneka topping yang akhirnya saya beli sebagai oleh-oleh sebelum pulang. Harganya berkisar antara 16 ribu sampai 27 ribu tergantung toppingnya. Kalau beli 4 Anda akan dapat free 1. Lalu ada penjual serabi solo yang ramai pembeli. Ada gerobak angkringan juga dengan menu andalan nasi kucing plus lauknya. Jalan lagi lebih jauh saya ketemu gerobak kue rangi, makanan khas betawi.Dulu banyak penjaja kue rangi di seputar rumah saya tapi saat ini tukang kue rangi sudah jarang saya temui.
Semakin sore semakin ramai area Kampoeng Tempo Doloe ini. Rata-rata pengunjung datang bersama keluarganya. Di sebuah warung ada jajanan sunda tempo dulu. Ada coklat ayam jago dan kwaci gajah dijual disini. Juga ada permen cicak dan jajanan masa kecil lainnya. Sejenak saya bernostalgia ke masa kecil saya. Masa kecil yang belum diracuni oleh Valentino Rossi hihihih. Di depan area panggung utama berjejer stand-stand makanan yang labih banyak lagi.
Ada ayam bakar Gathari, ayam bakar tempo dulu yang ngetop hingga kini. Lalu ada stand martabak medan yang sedang diantri pembeli. Saya urung membeli Martabak Medan karena hujan. Toples-toples besar berisi biji kopi menarik perhatian saya. Biji-biji kopi ini digiling dan disajikan langsung ke pembelinya. Kopi-kopi ini berasal dari beberapa daerah seperti mandailing, Lampung dan lain-lain.
Karena temanya Mie Nusantara maka banyak menu mie yang tersaji. Mie celor, mie cakalang, mie Aceh, Soto mie Theresia, Laksa Sari adalah beberapa diantaranya. Laksa adalah salah satu makanan favorit saya. Laksa dengan kuah kuning kental, pertama kali saya santap karena diberi oleh tetangga saya dulu kala saat lebaran. Tinggal di wilayah di mana orang-orang betawi lebih banyak ada adalah sebuah keuntungan tersendiri karena seringkali tetangga yang baik hati ini memberi makanan khas betawi buatan mereka. Sayangnya saat ini di wilayah saya, penduduk Jakarta asli sudah jauh berkurang. Ada yang pindah ke daerah pinggiran ada juga yang sudah wafat. Keluarga penerusnya sudah jarang membuat penganan khas Betawi.