Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

(#LombaHumorPK) Modus Tahu Goreng

12 Februari 2016   18:39 Diperbarui: 12 Februari 2016   21:45 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ini tahu (Dok. ngopy.com)"][/caption]

Jarang-jarang saya bicara soal masa kecil, bukan karena nggak mau.. tapi udah lupa pada banyak kisah yang terjadi saat saya sedang lucu-lucunya puluhan tahun yang lalu. Karena tergiur hadiah dari lomba yang diadakan Planet Kenthir maka sebuah kisah ini saya tuliskan. Cuma sebuah... karena kisah yang lain udah nggak saya ingat lagi.. kan terjadi puluhan taun silam tadi saya bilang (kesannya tua banget saya). Mudah-mudahan kisah yang cukup memalukan dari seorang bocah yang sedang lucu-lucunya dan belum teracuni Rossi ini diganjar hadiah.. bantu saya berdoa ya pemirsa. Kisahnya begini... (mata menerawang).

Saat itu saya duduk di kelas 1 SD, usia menginjak 7 tahun. Saya nggak merasakan TK, pre school atau apalah namanya.. karena jaman saya dulu nggak booming itu yang namanya TK. First school ya SD. Sekelas terdiri dari 40 anak... tadinya sih mau nerima 46 anak, apadaya kursi tak sampai.. ehhh tak cukup. Saya nggak ingat berapa jumlah murid perempuan dan berapa jumlah murid laki-laki. Buat dapat hadiah kayaknya nggak perlu sedetil itu ceritanya. Pokoknyadari 40 anak murid di SD itu saya yang paling lucu, imut, nggemesin (kata orang tua saya).

Sekolah dasar ini dekat letaknya dari rumah saya, kira-kira 4 menit kalau lari atau 6 menit kalau jalan kaki. Jarak pastinya saya nggak tau karena nggak ngukur berapa meter jaraknya, saya nggak serajin itu ngukur jarak sekolah ke rumah saya, buat apa coba, tapi kalo untuk dapet hadiah harus diukur jaraknya yaaa saya nggak mau ngukur juga. Kerajinan pemirsa. Sekolah ini masih ada sampai sekarang. Tentu dengan kondisi yang lebih bagus karena bolak-balik di renovasi, gurunya pun sudah berganti. Sama seperti dulu, sekolah ini terbagi dua, yaitu sekolah pagi dan siang dengan nama yang berbeda. Iya jadi satu sekolah ada dua nama. Supaya irit gedung. Dua-duanya sekolah negeri.. jadi saat itu semua biaya sekolah gratis tis.

Meski sekolah saya gratis, orang tua saya nggak bersantai ria mencari uang. Ayah saya bekerja sebagai teknisi di sebuah hotel dan ibu saya membuka warung kecil-kecilan di rumah dengan makanan best seller nya adalah tahu goreng. Ibu saya menjual aneka macam gorengan.. pisang, tempe, bakwan tapi yang best sellernya ya tahu goreng. Tahu goreng buatan ibu saya paling enak kata tetangga. Entah mereka jujur atau basa-basi... yang pasti saya sendiri emang suka tahu goreng buatan ibu saya, gratis sih (eh).

[caption caption="Ini PK (Dok. PK)"]

[/caption]

Bukan cuma tetangga yang suka tahu goreng buatan ibu saya, tapi para guru di sekolah saya juga. Sering kali saat jam istirahat, ibu atau bapak guru meminta saya pulang untuk membelikan tahu goreng buatan ibu. Dulu.. tahu goreng harganya seratus rupiah. Plastik penuh tahu goreng isi campuran toge dan wortel yang masih panas adalah yang paling ditunggu oleh para guru di sekolah saya. Saya pun senang-senang saja disuruh bapak dan ibu guru karena dengan begitu saya bisa istirahat dan makan di rumah. Irit... mengingat uang jajan saya yang nggak seberapa... yang cuma bisa buat beli segelas limun.

Di masa sekolah dasar ada sebuah pelajaran yang paling tidak saya sukai... apakah itu? Bahasa Indonesia pemirsa.. karena saya tidak suka membaca. Kenapa saya tidak suka membaca? Karena menurut saya membaca itu sulit. Susah sungguh menghapal deretan huruf dari A sampai Z yang bentuknya ajaib. Sebenarnya ayah saya tiap malam mengajari saya membaca, tapi tetap aja saya nggak bisa baca juga. I.. N... I … Iniiiii.... B.. U.. D.. I.. Budiiii... Begitu setiap malam ayah saya mengajari membaca. Terkadang.. saya sampai menangis gara-gara diajari membaca karena bosen, ngantuk dan ogah membaca.

Suatu hari... ibu guru wali kelas saya memberikan tes dadakan, sebenernya soalnya gampang.... cuma mengisi nama benda yang gambarnya tertera di papan tulis... isinya di buku masing-masing lalu dikumpulkan. Secara saya nggak bisa membaca... tes dadakan yang simple ini sungguh mengerikan. Padahal benda-bendayang tergambar di papan tulis itu saya tau namanya... balon, sepeda, gelas, sendok. Otak saya berputar cari jalan.. saya nggak mau menyerahkan buku tulis dengan nilai O besar di dalamnya ke ayah saya yang rajin memeriksa buku anaknya. Lalu .. cling... saya menemukan ide...

“Bu... mau beli tahu goreng nggak, biasanya ibu saya udah selesai goreng nih jam segini.”
“Oh iya boleh nak.. ibu juga lapar belum sarapan, nih beli ya.. sekalian buat guru yang lain juga”, kata ibu guru memberikan uang kepada saya. Saya pun ngacir pulang.

Dan bisa ditebak.. saya baru kembali ke sekolah satu jam kemudian, setelah ulangan dadakan selesai. Apakah ibu guru marah? Alhamdulillah tidak pemirsa... karena tahu goreng panas buatan ibu saya terlalu mempesona. Ini modus paling parah yang pernah saya lakukan, modus sebelumnya dengan cara yang sama.. tapi untuk menghindari pelajaran olahraga dan ini adalah modus saya yang terakhir.. karena 3 kali modus nggak baik buat kesehatan.... dan berpotensi ketauan. Sekian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun