Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Ananda Mikola tentang MotoGP di Sentul : The Show Must Go On!

30 Januari 2016   08:39 Diperbarui: 1 Februari 2016   11:44 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Management Sirkuit Sentul (dok.yayat)"][/caption]Prediksi saya sejak awal bahwa Sentul akan urung melangsungkan balapan MotoGP terbukti. Pihak Kemenpora telah mengemukakan bahwa Sirkuit Sentul batal menggelar MotoGP karena banyak hal, salah satunya adalah segi pendanaan yang menggunakan APBN. Sentul ada di bawah managemen swasta dan pemerintah tidak menyetujui penggunaan APBN untuk swasta murni. Namun pihak Kemenpora masih mewacanakan bahwa Indonesia akan tetap melangsungkan MotoGP dengan menggunakan sirkuit lain yang akan dibangun. Membingungkan sih kalo mendengar rencana Kemenpora ini. Semacam membangun sirkuit baru itu gampang aja, sementara Indonesia ingin menggelar MotoGP di tahun 2017.

Saat ini saya tidak akan mengulas tentang bagaimana rencana Kemenpora untuk MotoGP di Indonesia karena kemarin malam. Saya “nyasar” ke acara bincang-bincang antara managemen Sentul dengan wartawan media. Ibu Lola Moenek selaku GM Sirkuit Sentul menyebut acara non formal ini sebagai ajang ramah tamah dengan media, berlangsung di Joglo Beer di bilangan Jeruk Purut Jakarta, 29 Januari kemarin. Di acara ini saya ketemu lagi dengan Mas Joni Lono Mulia yang mewakili Otomotif yang datang bersama 3 temannya. Lalu ada wartawan CNN Indonesia, Detik.com, Mobilinews, Msportsnet dan beberapa wartawan media lainnya. Saya jadi satu-satunya blogger yang nyelip di situ. Thanks to Adek Saras Jurnalis Msportsnet.

Managemen Sentul hadir secara lengkap. Ada Ananda Mikola sebagai Manager Sentul, pak Tinton Soeprapto sebagai Direktur Sentul, Ibu Lola Moenek sebagai GM sirkuit Sentul, pak Ermil yang lama berkecimpung di dunia racing, pak Rio Sarwono pemilik Joglo dan Komisaris Sentul dan pak Irawan Sucahyono konsultan racing Sentul. Lengkap banget kan. Acara berlangsung lebih dari dua jam. Di tulisan ini saya akan menulis komentar-komentar dari mas Ananda Mikola, mantan pembalap yang sekarang jadi manager sirkuit Sentul. Untuk pendapat dari managemen Sentul yang lain akan saya tulis di tulisan berikutnya, dengan catatan saya nggak lupa dan nggak sibuk (sok sibuk banget). Hasil reportase ini berdasar pertanyaan para wartawan di sana ya. Saya modal nguping aja soalnya semua pertanyaan saya udah diborong para wartawan yang lebih jago (alasan).

MotoGP di Sentul adalah soal kepercayaan dunia

Menurut Ananda Mikola, niat Sentul menyelenggarakan MotoGP sebenarnya bukan untuk keuntungan pribadi tapi untuk keuntungan masyarakat. Masyarakat bisa mengambil untuk melalui hunian hotel-hotel, dari penjualan barang dan lain-lain. Keuntungan pribadi buat Ananda Mikola hanyalah ia bisa ketemu muka dengan Valentino Rossi. Suer ini mas Ananda Mikola yang bilang begitu hehehe. Ia seneng seandainya pembalap lokal macam Yudhistira bisa balapan dengan Tito Rabbat. Ia ingin memberikan sesuatu untuk NKRI. Karena mas Ananda Mikola passionnya di balapan maka ia ingin memberikan hal yang spesial dari balapan.

Menyelenggarakan MotoGP adalah harga mati menurut mas Ananda Mikola karena ini soal kepercayaan dunia pada Indonesia dan momentumnya tepat. Jika sampe Indonesia gagal menyelenggarakan MotoGP maka kepercayaan dunia akan berkurang. Belum tentu 10 tahun lagi Dorna akan datang ke Indonesia dan meminta Indonesia menyelenggarakan MotoGP.

[caption caption="Pak Tinton Soeprapto (dok.yayat)"]

[/caption] Jangan bicara bisnis, ini soal sikap kenegarawanan

Sebenarnya di awal kedatangan Carmelo Ezpeleta ke Indonesia, pihak Kemenpar menyetujui akan mengurus proses pelaksanaan MotoGP di Indonesia. Pihak Kemenpar tahu perhelatan ini akan membawa dampak bagus untuk kemajuan pariwisata di Indonesia. Tapi di pertengahan jalan, Kemenpora mengambil alih dengan alasan balapan itu ada di bawah naungan Kemenpora. Masalahnya Kemenpora ingin terlibat lebih dalam. Mas Ananda Mikola minta mengenyampingkan urusan bisnis dalam hal ini. Dahulukan sikap kenegarawanan dan bukan sejarawan. Maksudnya, jangan mikirin masa lalu Sentul mulu, tapi pikirkan efek bagi Indonesia bila balapan MotoGP terselenggara di sini. Kepercayaan dunia Internasional pada otomotif Indonesia akan semakin besar.

Sebenarnya komentar mas Ananda lebih cocok dikasih ke bu Puan Maharani yang mengkaji ulang rencana penyelenggaraan MotoGP di Indonesia. Beliau ingin mempelajari dulu apa aja keuntungan yang di dapat Indonesia bila menggelar acara ini. Bu Puan, kalo gelaran MotoGP nggak menguntungkan ya masaaaaa negara-negara pada berebut menggelar MotoGP sik. Bu Puan lucu deh.

APBN bukan wacana dari pihak Sentul

Mas Ananda Mikola meluruskan berita soal penggunaan dana APBN yang disebut-sebut oleh Kemenpora. Jadi Kemenpora dan pihak Sentul telah melakukan 11 kali pertemuan. Banyak banget kan. Nah di tengah-tengah pertemuan itu pihak Kemenpora mewacanakan akan menggunakan dana APBN untuk menutupi biaya renovasi Sentul. Jadi keluarnya kata “Dana APBN” ini sebenarnya dari pihak Kemenpora. Pihak Sentul sendiri yakin bahwa renovasi akan bisa berjalan tanpa dana APBN karena Sentul akan menggaet para investor. Pihak Sentul hanya membutuhkan payung hukum, sesuai syarat yang diminta oleh Dorna Sport. Sentul tidak ingin menyanyikan Indonesia Raya sendirian, katanya. Sentul ingin mengajak ratusan juta rakyat Indonesia berbarengan menyanyikan lagu yang sama. So, Sentul harus menggandeng pemerintah.

Bila menggunakan dana APBN maka pihak-pihak lain akan dilibatkan di sini, contoh KPK. Secara birokrasi dan administrasi akan lebih ribet. Kan tau sendiri penggunaan satu sen pun dana APBN harus ada pertanggungjawabannya. Itu uang rakyat soalnya. Sementara kalo penggunaan dana APBN sulit, maka Sentul akan menggunakan dana private dari investor. Cuma, Sentul butuh pemerintah untuk menjembatani itu. Jadi intinya pemerintah memback up Sentul begitu. Tapi, Kemenpora keukeuh mau pakai APBN.

[caption caption="Mas Ananda Mikola dan mas Joni Lono (dok.yayat)"]

[/caption]Penyelenggaraan MotoGP tidak harus di Sirkuit Sentul tapi Dorna inginkan Sentul

Sebenarnya pihak Sentul tidak mewajibkan pemerintah menyelenggarakan MotoGP di Sirkuit Sentul. Pihak Sentul mempersilakan pemerintah menyelenggarakan MotoGP di sirkuit lain yang lebih cocok jika Sentul dirasa tidak kompeten menyelenggarakan perhelatan ini. Namun, apakah ada sirkuit lain yang siap menyelenggarakan MotoGP? Tidak ada, Sentul siap melaksanakannya karena saat ini kondisi sirkuit Sentul 60 persen, tinggal poles-poles dikit lah. Jadi daripada cari sirkuit lain atau membangun sirkuit baru yang akan makan biaya lebih besar kenapa nggak pakai sirkuit yang udah jadi aja, kata mas Ananda Mikola.

Biaya 200 M yang dibutuhkan Sentul itu bukan biaya pertahun tapi sudah biaya untuk 3 tahun sekaligus untuk maintenance Sentul juga. Ada rumor bahwa pemerintah ogah bekerjasama dengan Sentul karena sejarah masa lalu. Itu lho, kan ada pak Tommy Soeharto di belakang sirkuit Sentul. Ini sih rumor yang mengada-ada kata pak Ermil. Kenapa harus mempermasalahkan masa lalu sementara Dorna udah “klik” dengan Sentul.

Anggaplah misal Dorna oke bila MotoGP tidak diadakan di Sentul, tapi apa ada sirkuit di Indonesia yang sesuai dengan syarat Dorna? Kalau Dorna nggak mau Sentul, ngapain juga ia datang ke Sentul dan membawa Hermann Tilke, emang Hermann Tilke bisa dimainin? Kata mas Ananda Mikola. Hermann Tilke adalah desainer sirkuit Internasional. Ia dulu yang mendesain Sirkuit Sentul. Tambahan lagi, Dorna mau semua yang berhubungan dengan penyelenggaraaan MotoGP harus sesuai dengan standar FIM. Dari mulai Marshall, medical dan fasilitas-fasilitas di sirkuit harus punya standar FIM. Sentul memiliki itu semua.

The Show must go on

Setelah Sentul “di out” oleh pemerintah, apa yang akan di lakukan oleh Sentul? The Show must go on, secara tegas mas Ananda Mikola mengatakan ini. Seperti dikatakan di awal bahwa penyelenggaraan MotoGP di Indonesia adalah masalah kepercayaan dunia Internasional pada Indonesia, maka MotoGP harus tetep kudu bin wajib terlaksana di sini. Pihak Sentul bersedia duduk bareng lagi dengan pemerintah.

Pihak Kemenpora mewacanakan (lagi-lagi wacana yeeeee) akan menyediakan lahan untuk sirkuit baru. Lokasinya adalah GBK (suer meennn.. GBK!), Jakabaring di Palembang dan sebuah lokasi lagi, tapiiiii ketiga lokasi ini masih kudu dikaji ulang. Sementara saat ini pemerintah nggak ada duit buat membangun sirkuit baru. Mengenai hal ini, Mas Ananda berkomentar, kalo kita mau bikin rumah baru tapi nggak ada uang ya ngapain juga bikin rumah baru. Ya sik bener juga. Apalagi dateline pemenuhan syarat-syarat ke Dorna udah mepet. 

[caption caption="Mas Ananda Mikola : The Show must go on! (dok.yayat)"]

[/caption]Pak Tinton Soeprapto ikutan bersuara. Ini saatnya kita nggak lagi berkomentar ini itu tapi ini saatnya bergerak. Lakukan yang harus dilakukan karena waktu sudah dekat. Kalender MotoGP 2017 akan keluar bulan September tahun ini. Dorna akan melakukan penilaian kelayakan sirkuit pada bulan Juni dan November, kalo Indonesia nggak bisa memenuhi ini ada denda 2 juta euro yang harus dibayar. Itu tertulis dalam surat Dorn, padahal pihak Kemenpora bilang nggak ada denda (garuk-garuk jidat).

Demi kepercayaan dunia internasional, pihak Sentul mau membuka diri pada pemerintah dan meluruskan miskomunikasi yang terjadi terutama di soal pendanaan. Sentul tuh awalnya emang nggak bilang opsi pendanaan dari investor karena Kemenpora membuka wacana penggunaan dana APBN. Nah giliran udah deket dateline, Kemenpora baru bilang bahwa dana APBN tidak bisa digunakan. Dateline Dorna mengenai jaminan pemerintah Indonesia untuk pelaksanaan MotoGP sih tanggal 30 Januari, tapi mas Ananda bilang sepertinya Dorna memberikan perpanjangan time limit. Nah Kemenpora bisa nggak nih menggunakan masa injury time dengan sebaik mungkin.

Kalo nggak ada payung hukum dari pemerintah, maka susah juga Sentul melaksanakan gelaran MotoGP karena yang pertama, ini bukan gelaran swasta pribadi tapi gelaran atas nama negara makanya nanti akan disebut Indonesian GP dan bukan Sentul GP. Dorna ogah melanjutkan proses kalo nggak ada payung hukum dari pemerintah. Kedua, Dorna yang menawarkan Indonesia untuk menggelar MotoGP, kalo tawaran yang sudah disetujui Indonesia ini nggak jadi terlaksana maka jelek sudah nama sirkuit Sentul dan Indonesia di mata Internasional. So, pihak Sentul akan tetap mempersiapkan diri menggelar hajatan besar ini sembari berdiskusi lagi dengan pemerintah. Yaaaa mudah-mudahan ada solusi yang baik gitu. Kalo saya pribadi sih ngeri-ngeri sedap dengan akhir drama gelaran MotoGP di Indonesia, tapi saya penasaran dengan prosesnya dan saya sangat menghargai keyakinan mas Ananda Mikola yang optimis MotoGP terselenggara di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun