Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Menyumbang Lewat Relawan Kardus? Pikir Lagi!

11 September 2012   07:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:38 1791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


[caption id="attachment_205150" align="aligncenter" width="420" caption="Foto penderita penyakit yang kondisinya mengenaskan terpampang di kardus (dok.jayteroris)"][/caption]

Anda tahu relawan kardus? Baru dengar istilah ini? Kalau Anda melihat beberapa orang di lampu merah perempatan, menggunakan blazer sewarna layaknya seragam sebuah perguruan tinggi, membawa-bawa kardus yang ditempeli gambar seorang anak yang menderita penyakit berat dengan kondisi mengenaskan, nah inilah yang namanya relawan kardus.

Orang-orang ini meminta sumbangan dari pengendara mobil dan motor yang berhenti di lampu merah dengan cara menyodorkan kardus. Si penyumbang tinggal memasukkan uang sumbangannya ke kardus itu. Sepintas orang-orang ini seperti mahasiswa dari perguruan tinggi tertentu yang mengadakan bakti sosial guna menolong si penderita yang fotonya ditempel di kerdus.

Benarkah orang-orang ini adalah mahasiswa dan menjadi relawan bagi si penderita penyakit? Saya sejak awal tak percaya dengan apa yang dibuat oleh orang-orang ini. Saya tak percaya mereka mahasiswa dan saya tak percaya mereka memberikan hasil sumbangan orang-orang pada si penderita penyakit. Saya yakin mereka mencari uang buat keuntungan sendiri.

Nyatanya perkiraan saya benar adanya. Tadi pagi saya membaca kultwit dari bang Zaenal Abidin di akun @jayteroris mengenai relawan kardus ini. Bang Jay sama seperti saya yang tak percaya dengan “bakti sosial ala relawan kardus”. Bang Jay mendapat informasi dari seorang pelopor gerakan Sedekah Rombongan, mas Saptuari, tentang apa dan bagaimana relawan kardus ini.


[caption id="attachment_205151" align="aligncenter" width="420" caption="Salah satu "]

13473469032030347660
13473469032030347660
[/caption]

Aksi relawan kardus ini digerakkan oleh seorang oknum di bawah payung yang berbadan hukum yayasan. Orang-orangnya direkrut dari sebuah tempat di Purwakarta dan diberi penginapan khusus. Setiap hari mereka disebar ke seantero Jakarta dengan diberi kelengkapan yaitu seragam dan kardus serta diberi uang transport sepuluh ribu rupiah sehari.

Cuma segitu uang yang didapat oleh orang-orang ini? Tentu tidak. Mereka mendapat bagian sebesar 45 % dari hasil sumbangan yang mereka dapat. Misalnya mereka mendapat 100 ribu rupiah sehari, maka uang yang menjadi bagian mereka adalah empat puluh lima ribu sehari. Kalikan itu dalam sebulan. Berapa dapatnya? Sangat lumayan kan, mereka nggak perlu memeras otak, hanya cukup berdiri di lampu merah menyodorkan kardus.

Para relawan yang tergabung dalam gerakan Sedekah Rombongan pernah menemui foto pasien mereka terpampang di kardus tersebut. Buat Anda yang tak tahu apa itu Sedekah Rombongan saya beri info sedikit ya. Sedekah Rombongan adalah gerakan yang membantu para pasien penderita penyakit berat yang tak mampu berobat.

Uang yang digunakan untuk mengobati pasien dari kalangan masyarakat miskin ini adalah uang hasil sumbangan dari orang-orang yang memang ikhlas menyumbang. Daftar penyumbangnya jelas, uang yang di dapat jumlahnya jelas dan yang terpenting uang sumbangan digunakan dengan sangat jelas. Laporannya ada.

Nah, relawan Sedekah Rombongan tadi mengklarifikasi ke pasien yang bersangkutan mengenai para relawan kardus yang mencari sumbangan mengatasnamakan nama si pasien. Hasilnya mudah ditebak.


[caption id="attachment_205152" align="aligncenter" width="480" caption="Para "]

134734697184490828
134734697184490828
[/caption]

Si pasien tidak kenal dengan orang-orang relawan kardus, tak tahu yayasan yang membawahi mereka, tak kenal dengan nama oknumnya dan tak pernah dimintai ijin untuk memasang foto dirinya. Bahkan ketemu muka saja tak pernah. Dapat uang dari kiprah mereka? Boro-boro. Kasihan ya. Pasien yang kondisinya mengenaskan, tak ada uang untuk berobat malah dieksploitasi sedemikian rupa untuk kepentingan pribadi.

Sulit untuk bertanya siapa yang mestinya bertanggungjawab pada masalah ini. Dinas sosial? Dinas kesehatan? Mereka semua sibuk mengurus hal-hal yang lebih besar dan lebih penting dari ini. Tak bisa juga menyalahkan orang-orang yang cari duit dengan cara begini.

Untuk menjamin uang yang kita sumbangkan sampai pada si pasien, lebih baik Anda memberikan sumbangan ke lembaga-lembaga yang telah jelas kedudukan dan badan hukumnya. Telah jelas bagaimana kiprahnya. Bisa juga Anda salurkan sumbangan Anda melalui rumah-rumah ibadah yang dengan senang hati akan memberikan sumbangan Anda pada orang yang berhak.

Mungkin buat Anda seribu dua ribu uang yang Anda sumbangkan itu tak berarti tapi bagi mereka, penderita penyakit berat yang tak mampu berobat dan pasrah pada kondisinya uang sekecil apapun sangatlah bermanfaat. Jadi.. cerdaslah dalam menyumbang. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun