[caption id="attachment_195018" align="aligncenter" width="640" caption="Robot yang sayang emak (dok.yyt)"][/caption]
Senin, 16 Juli 2012 kemarin saya berkesempatan mengikuti blogshop yang diadakan oleh Kompasiana bekerjasama dengan @america (pusat kebudayaan Amerika) di Pacific Place. Sebenarnya saya sempat ragu-ragu untuk datang ke sana meski nama saya telah terdaftar sebagai peserta. Sebuah peristiwa yang terjadi di Minggu lalu memang membuat saya tak mood untuk melakukan beberapa kegiatan. Namun akhirnya saya bawa bebek saya ke sana setelah saya yakin saya akan dapat banyak ilmu dari blogshop ini. Lagipula anggaplah ini buat menghibur hati saya yang sedang down, bad mood dan semacamnya. Melinda J. McAdams, awalnya saya tak tau siapa wanita ini (belakangan saya baru tau wanita ini pakar jurnalisme online). Tapi penjelasan-penjelasan yang ia sampaikan begitu mudah di cerna, walau saya harus ekstra fokus karena ia menyampaikan materinya dalam bahasa Inggris. Maaf saja saya lebih mahir berbahasa Jawa dengan sedikit campuran Italia. Dua hal yang diterangkan olehnya, dari sisi foto jurnalistik dan sisi wawancara narasumber. Buat saya materi foto jurnalistik lebih menarik hati saya karena saya memang suka memotret dan lebih suka dipotret. Selama ini saya selalu fokus mengambil foto dengan posisi objek di bagian tengah, eh ternyata kata Mrs. Mindy ini salah total. Amatir banget kalo ambil foto seperti itu, bikin bosan tauuuu.. begitu katanya. Yang paling membuat foto jadi menarik adalah bila posisi objek di pinggir.
[caption id="attachment_195019" align="aligncenter" width="640" caption="Robot cilik (dok.yyt)"]
Gimana cara menempatkan objek agar di di pinggir? Bayangkan saja layar kamera Anda di bagi 3 kotak berjajar. Nah tempatkan objek di kotak paling kiri atau kotak paling kanan. Dari contoh-contoh foto yang diperlihatkan oleh Mrs. Mindy ternyata foto yang objeknya di pinggir memang terlihat lebih menarik. Selanjutnya adalah momen. Momen memegang peranan penting dalam pengambilan sebuah foto. Untuk menghasilkan hasil foto yang menggambarkan momen yang bagus tak bisa diambil dari hanya sekali jepret. Minimal 20 kali jepret kata Mrs. Mindy. Ya kalau saya menjadi objek foto sih saya nggak keberatan di foto sebanyak 20 kali hahaha. Era digital yang ada sekarang ini memang memungkinkan kita untuk mengambil foto selama berkali kali. Kalau jaman dulu, Anda bisa bayangkan habis berapa rol film bila untuk memotret sebuah objek saja harus 20 kali jepret. Thanks to technology. Perlu kesabaran untuk mendapat momen berharga, kitanya juga kudu aktif, nggak hanya menunggu di tempat. Ambil foto objek dari beberapa posisi, selain itu posisi kita dalam memotret juga harus berubah-ubah. Maksudnya sambil jongkok, berdiri atau telentang.. kalo nggak malu tapi. Ya secara kalo motret sambil berdiri mematung objeknya malah takut kali hahaha. Lalu ada hal lain yang tak kalah penting, yaitu background. Dalam memotret sebuah objek akan lebih baik kalau backgroundnya juga terlihat. Mrs. Mindy mencontohkan foto seekor penguin yang latar belakangnya langit berwarna kemerahan. Haduh.. cantikkkkk banget.. Kayak saya (dilarang protes ya, wong tinggal baca aja kok protes). [caption id="attachment_195020" align="aligncenter" width="640" caption="Dari sekian banyak anak-anak cuma satu yang sadar kamera (dok.yyt)"]
Background ini termasuk juga objek di sekitar objek yang kita potret. Misalnya jika Anda mau memotret sebuah bis maka potretlah bis yang ada orang-orang di sekitarnya. Begitu juga jika Anda ingin memotret sebuah bangunan. Potretlah bangunan yang ada orang di sekitarnya. Ini akan membuat hasil foto Anda tampak hidup. Tentu aturan ini tak berlaku jika Anda memotret suasana di kota mati alias kota yang telah ditinggalkan penduduknya. Kalau Anda maksa buat ikutan kena potret malah kesan "mati" nya hilang, kecuali memang Anda ingin dianggap penampakan. Hiiiyyyy... kok jadi horor begini. Bila hasil foto kita tidak memuaskan kita bisa mengedit foto tersebut. Tapi ingat... jangan sekali-kali menghilangkan (menghapus) apa yang ada di foto atau menambahkan objek ke dalam foto. Ini akan membuat foto Anda tidak nyata lagi alias foto palsu. Biarlah objek yang ada di dalam foto seperti adanya. Namun jika Anda ingin meng-croping atau memperjelas warna objek di foto itu boleh-boleh saja asal hasil fotonya nanti tetap natural. Yang terakhir.. ambil foto dalam posisi vertikal. Posisi ini penting jika Anda ingin menempatkan foto Anda di website karena pas dengan posisi layar monitor. Foto yang hasilnya horizontal hanya bagus dipasang di majalah atau koran. Jika dipasang di website maka akan terdapat tempat kosong di pinggir kanan dan kiri foto. Sebenarnya banyak lagi ilmu yang diberikan oleh Mrs. Melinda J. McAdams. Teman-teman kompasianer yang hadir di sana sejak kemarin telah banyak menuliskannya buat Anda. Tinggal search saja di Kompasiana bila Anda ingin menambah pengetahuan lagipula siapa tau Anda juga menemukan penampakan saya yang sedang narsis di tulisan mereka. Salam ceklik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H