Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Mati Sebagai Pesepakbola

29 Maret 2011   08:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:19 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_97518" align="aligncenter" width="640" caption="Timnas Indonesia (dok.laili-fitri.blogspot.com)"][/caption] Koleksi poster anak saya bertambah lagi. Oh iya mengenai koleksi poster anak-anak saya, saya pernah menceritakannya di tulisan saya di sini yang berjudul "Poster" (silahkan cek). Tapi saya tak akan bercerita tentang koleksi-koleksi posternya anak-anak saya lagi, melainkan tentang si bintang iklan yang berpose di situ. Poster itu berasal dari kantor dimana suami saya bekerja, yaitu sebuah perusahaan otomotif. Tak akan saya sebutkan namanya karena ini bukan iklan. Si bintang iklan mengiklankan sebuah produk motor terbaru dari perusahaan otomotif tersebut. Motor itu rencananya akan dilaunching pada awal April ini. Si bintang iklan adalah seorang pemuda, anggota timnas sepakbola kita yang jadi idola di mana-mana, Irfan Bachdim. Kalau bukan lebih dulu mengenalnya sebagai pemain bola, pasti saya akan meyakini bahwa si pemuda yang berpose di sebelah motor baru itu adalah seorang model kelas tinggi. Tampang ganteng, senyum manis dengan tatapan mata yang akan memesona siapapun yang memandangnya. Jujur saja, saya sampai melupakan Rossi sementara hahaha. Tapi saya tak akan membicarakan soal kegantengan si Bachdim ini lebih lanjut. Mari kita bicarakan yang lain, yaitu tentang banyaknya pemain bola kita yang wara-wiri sebagai bintang iklan di televisi. Memang wajar saja kok bila para atlet kita mempunyai kerja sampingan sebagai bintang iklan. Posisi mereka sebagai public figure yang amat dikenal masyarakat pasti membuat para pembuat produk berbondong-bondong menggandeng mereka untuk mengiklankan produknya. Terlebih bila si public figure punya tampang lebih dari lumayan. Produk yang di iklankan oleh para public figure pastinya akan lebih mengena di benak masyarakat kita dibandingkan bila di bintang iklan tidak dikenal oleh masyarakat. Walaupun harga untuk menggandeng seorang public figure lebih mahal daripada harga bintang iklan yang tidak ternama. Sementara dari sisi si public figure itu sendiri, ada kentungan juga selain keuntungan dari sisi materi. Namanya akan makin dikenal oleh masyarakat. Makin ngetoplah dia. Dengar-dengar sih produk motor baru dengan mas Bachdim sebagai bintang iklannya lebih laku daripada ketika menggandeng Sule sebagai bintangnya. Permintaan sudah banyak, begitu kata suami saya. Meski saya belum sepenuhnya percaya. Tak mungkin kan pegawai perusahaan akan bilang produk perusahaannya tak laku. Tapi saya doakan produk motor ini laku keras, karena dengan begitu, akan ada penghasilan lebih yang bisa dibawa pulang (maaf matre hahahaha). Kembali ke laptop eh Irfan Bachdim. Dia mengikuti jejak para pemain sepakbola lainnya yang telah lebih dulu terjun dalam dunia iklan. Bambang Pamungkas dan Cristian Gonzales diantaranya. Secara kebetulan di hari ini mas Bambang Pamungkas menjawab seorang penanya di twitter tentang komentarnya atas banyaknya para pemain bola yang terjun ke dunia iklan. Seperti biasa jawaban mas Bepe tidak panjang lebar, ia hanya memberikan sebuah link tulisan di websitenya. Tulisan itu diposting bulan Mei 2010. Judul tulisannya saya pinjam sebagai judul tulisan saya, yaitu "Mati sebagai pesepakbola". [caption id="attachment_97520" align="aligncenter" width="399" caption="Bambang Pamungkas (dok.onlinepersada.com)"]

1301385466883105170
1301385466883105170
[/caption] Di tulisan itu mas Bepe mengatakan bahwa ia sempat disalahkan oleh banyak orang atas prestasinya ketika itu yang jatuh ke titik nadir, yang menurut orang-orang itu disebabkan karena ia terlalu asyik dengan dunia di luar sepak bola. Karena ia waktu itu rajin beredar di beberapa kegiatan sosial, rajin tampil di iklan, rajin menulis sampai rajin ngetwit. "Kerajinan" inilah yang membuatnya tidak fokus bermain bola. Namun mas Bepe menolak bila prestasinya yang terjun bebas itu dikaitkan dengan kesibukkannya di luar dunia sepak bola. "Saya bukanlah pesepakbola yang baru setahun dua tahun bermain bola, saya tahu betul kapan harus membagi waktu antara pekerjaan, keluarga dan kegiatan lainnya", begitu belanya. Mas Bepe mengatakan bahwa aktivitasnya di luar dunia sepakbola adalah perlu untuk menambah wawasannya. Ia tak ingin terbelenggu oleh tembok-tembok yang mengitarinya. Ia ingin bersosialisasi dengan dunia luar, di mana ia mengambil banyak manfaat dari situ. Mas Bepe bilang pikirannya lebih terbuka pada banyak hal akibat dari pergaulannya dengan dunia luar. Contohnya ketika ia diajak menyambangi anak-anak penderita kanker. Mas Bepe memutuskan untuk selalu men-support segala kegiatan anak-anak itu. Kabarnya beberapa persen dari hasil penjualan buku yang akan diterbitkannya diberikan untuk anak-anak penyandang kanker ini. Selain pikiran yang terbuka, aktivitas di luar dunia sepakbola juga disebut mas Bepe sebagai persiapan bila ia nanti pensiun. Bila ia telah "mati sebagai pesepakbola (gantung sepatu)" ada dunia lain yang bisa ia geluti, hingga ia tak akan benar-benar mati karena kehidupannya terus bergulir, karena ia terus tertantang untuk terus menggali kemampuan. Bukan tak mungkin "dunia lain" itu akan bisa menghidupi ia dan keluarganya pada suatu hari nanti. Saya tak tahu apakah Irfan Bachdim, Cristian Gonzales atau atlet sepakbola kita yang lain mempunyai pemikiran sama seperti mas Bepe. Maklum, suami saya yang berkesempatan makan malam dengan si Bachdim tidak mendapat kesempatan untuk menanyakan ini padanya. Mau foto bareng aja susah mah, begitu kata suami saya. Saya malah bersyukur suami saya tak bisa foto bareng dengan mas Bachdim, karena Anda bisa menebak kan foto siapa yang justru akan saya pajang di depan kompie saya. Sungguh saya tak mau ada pertempuran Bharatayudha di keluarga saya hahahahah. Namun saya berharap, bahwa para atlet kita mempunyai sikap profesional sama seperti mas Bepe. Bahwa mereka akan bisa mengatur waktu antara pekerjaan dan kegiatan di luaran. Bahwa nantinya prestasi mereka di timnas kita tak terganggu oleh banyaknya iklan atau sinetron yang mereka bintangi. Karena prestasi timnas kita sudah cukup terganggu dengan sinetron Nurdin Halid yang entah kapan berakhir, yang panjangnya sudah melebihi sinetron Tersanjung atau Cinta Fitri. Semoga saja... “Tidak ada seorangpun yg mampu berdiri di tempat yg sama selamanya dan Tidak ada siapapun di dunia ini yg mampu menjadi nomer satu untuk selamanya” - Bambang Pamungkas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun