Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mereka Tetap Memilih Indonesia

15 Juni 2010   07:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:32 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Melihat tayangan Kick Andy minggu lalu menyisakan rasa penasaran buat saya. Yang dibahas saat itu adalah tentang para pengungsi Timor-Timur yang di paksa pergi dari tanah kelahirannya karena Timor-Timur melepaskan diri dari bagian Negara Indonesia. Indonesia kalah dalam jajak pendapat ketika itu. Saya tak ingin membahas dari sisi politik tentang kejadian 11 tahun yang lalu itu. Biarlah sisi politik di bahas oleh para ahlinya saja. Mereka yang memilih tetap menjadi warga negara Indonesia pergi dari Timor-Timur dengan apa adanya. Tanpa bekal sedikitpun, tanpa persiapan apapun. Yang penting menyelamatkan nyawa. Merinding saya mengetahui kisah pelarian mereka. Bahwa akhirnya keluarga menjadi tercerai berai karenanya adalah hal yang sangat mungkin terjadi di dalam kondisi yang serba chaos. Anak terpisah dari orang tuanya, istri terpisah dari suaminya, entah terpisah dalam keadaan hidup atau dalam keadaan mati. Harta benda yang susah payah dikumpulkan musnah seketika. Seorang ibu yang kisahnya kemudian diangkat menjadi film Tanah Air Beta mengisahkan sempat tidak makan 2 malam pada saat membawa anak-anaknya menuju pengungsian di Kupang. Sementara ibu yang lain yang adalah istri tentara harus menerima kematian suaminya dengan cara keji dalam peristiwa itu. Dia mengungsi ke Kupang bersama 2 anaknya sementara 3 anaknya masih tertinggal di Timor-Timur dan belum pernah bertemu dengan mereka hingga kini. Setelah tiba di pengungsian dengan selamat pun bukan kehidupan layak yang mereka terima. Mereka tinggal dalam rumah seadanya beratap rumbia. Bantuan dari pemerintah hanya mereka dapatkan di tahun-tahun pertama. Sampai kini mereka hidup sendiri dengan dengan masa depan yang tak jelas karena tak ada jaminan kesejahteraan dari pemerintah. Seorang narasumber di situ bercerita bahwa pada tahun 2002 ada sebuah keluarga 9 anaknya meninggal dunia karena 2 minggu tidak makan. Banyak bayi yang tak lagi mendapat ASI karena ibunya berhari hari tak makan. Jangankan berpikir tentang pendidikan. Sedangkan untuk makan sehari-hari pun susah. Lalu apa mereka menyesal karena tetap memilih Indonesia ? Tidak. "Saya tidak pernah menyesal karena saya sudah cinta merah putih" katanya. Kalimat yang berkesan bombastis bila orang yang tak tahu bagaimana perjuangan mereka mendengarnya. Tapi begitulah adanya. Saya yakin para pemimpin kita bangga mendengar kata mereka. Hanya, para pemimpin kita butuh waktu untuk mewujudkan masa depan cerah bagi mereka yang menjaga merah putih tetap berkibar di dadanya. Semoga saudara kita di pengungsian Tuapukan dan Oebelo di Kupang sana sabar menunggu. Lalu alasan apalagi yang membuat mereka tetap memilih Indonesia ? hmmm... saya belum punya jawabannya. Sembari menunggu diputarnya film Tanah Air Beta tanggal 17 Juni nanti, yang mungkin bisa menjawab rasa penasaran saya tentang kenapa mereka memilih Indonesia, saya beri foto yang saya ambil pada saat pameran Flora dan Fauna di Jakarta tahun lalu. Hasilnya tak bagus karena diambil dari kamera amatir oleh orang yang amatir. Tapi saya suka.... merah putih itu memang indah. [caption id="attachment_166865" align="aligncenter" width="500" caption="setujui saja bahwa merah putih memang indah ( doc. yayat )"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun