Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Si Mas Buka Cabang

10 Desember 2009   07:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:59 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bu... mampir bu.. " seorang mas penjaga warung rokok yang saya lewati menyapa saya.
"Lho... kamu ngapain disitu mas..."
"Lagi jaga warung bu... ini warung baru saya.."
"ooo... pindah lokasi ya.. "
"Nggak bu... ini warung cabang saya ... "
"ooo... " sambil berlalu saya tersenyum. Hebat si mas.. warung rokok aja bisa buka cabang.
Si mas itu pemilik dari warung sejenis di sebelah kiri kantor saya. Seingat saya belum 2 tahun warung
itu berdiri. Kemudian dia membuka warung lagi di sebelah kanan kantor saya, tepat disebelah warteg
yang barusan saya lewati. Warung si mas tidaklah besar. Sering lihat kan warung-warung rokok di
pinggir jalan, yang kalau kita tiduran di dalamnya kakinya menjulur keluar. Seperti warung lain yang
sejenis, warung si mas ini menjual makanan-makanan ringan buat cemilan selain rokok tentunya.
Makanan ringan itu seperti permen, kacang, kerupuk, kapas... ringan kan ?

Warung rokok si mas jadi tempat kumpulnya messenger dan OB saya kalau istirahat. Katanya disitu
enak, bisa merokok sepuasnya dan bayar belakangan pula. Warung itu juga jadi pelarian teman-teman
kantor saya yang hobinya makan mie instant. Ini hobi yang muncul diatas tanggal 10 berbarengan
dengan munculnya penyakit kan-ker.

Di satu kesempatan saya bertanya kepada si mas ini mengenai warung cabangnya. Dia bercerita
mengenai jerih payahnya menyisihkan keuntungan yang tidak seberapa agar bisa punya 1 warung
lagi. "Saya nggak punya keahlian lain bu selain dagang kecil kecilan begini. Modal yang saya punya
ya cuma warung ini. Kalau saya nggak bisa kembangkan warung saya ini saya nggak bakal bisa
mengumpulkan duit lebih buat keluarga saya nantinya."

"Nggak bikin di daerah lain mas ?"
"Insya Allah bu... ini pas ada kesempatan dikasih tempat sama yang punya warteg sana. Insya Allah
ngumpulin duit lagi."

Perlu ketelatenan dan kesabaran untuk mengumpulkan rupiah demi rupiah hasil keuntungan penjualan
menjadi satu warung baru. Si mas ini satu contoh kecil saja dari orang-orang yang bisa memanagemen
keuangannya. Pasti masih banyak lagi orang yang lebih berhasil dari itu. Salah satunya mungkin menjadi tetangga kita.

Jadi sekarang... ada 2 tempat kumpul di kantor saya. Kalo messenger tempat kumpulnya di warung kiri dan OB tempat kumpulnya di warung kanan. Kalo teman-teman saya yang hobi mie ?.. ya tergantung...
kalau sudah banyak kas bon mienya di warung kiri ya pindah kas bon mie di warung kanan....
Hmm... dalam waktu dekat si mas mungkin bisa buat 1 warung lagi nih...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun