Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Takjub di Petronas, Terseok di Central Market

28 Oktober 2014   03:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:30 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_350243" align="aligncenter" width="480" caption="Menara Petronas (dok.yayat)"][/caption]

Kelar dari nonton kualifikasi saya dan teman-teman mampir ke KLCC, mau liat menara Petronas kita. Katanya ada yang bilang kalo belum liat Petronas maka belum ke Malaysia, jadi walau kaki gempor, letih lunglai dan mata ngantuk berat tetep deh saya dan teman-teman menyambangi Petronas.

Dari Sepang saya naik bis Rapid KL ke KLCC, ongkosnya RM 18. Tiba di KLCC ternyata baru aja selesai hujan. Di bawah Menara Petronas ada mall, kami masuk melalui mall itu untuk sampai ke belakang mall di mana menara Petronas lebih jelas terlihat. Untungnya pake kaos VR46 adalah orang-orang pada ngeliatin kami. Dan karena ada tulisan Indonesia nya maka orang Indonesia yang kebetulan berpapasan dengan kami langsung menegur. Dari Indonesia ya? Katanya. Jadi kenalan lah kami.

Tiba di belakang mall kami langsung di suguhi air mancur. Iya air mancur. Badan yang panas bau matahari setelah berjemur di sirkuit bikin saya pengen nyebur ke taman air mancur ini. Lalu setelah saya liat ke atas wwwooowwwww menara Petronas menjulang. Sementara temen-temen langsung narsis ber poto ria saya masih bengong menatap Petronas. Takjub saya.

[caption id="attachment_350244" align="aligncenter" width="640" caption="Drama ala malaysia (dok.yayat)"]

14144152291959644307
14144152291959644307
[/caption]

Kalo nggak diteriakin temen buat poto bareng pasti saya masih bengong di situ. Ndeso banget ya saya. Sejam saya dan teman-teman nongkrong di situ kemudian saya balik ke hotel di China Town. Dari Petronas ke China Town kami naik kereta dengan ongkos RM 1. Tiba di stasiun pasar seni ternyata temen-temen nggak langsung ke hotel tapi mampir dulu ke central market cari souvenir. Lokasi central market emang deket sama China Town.

Yang namanya pasar souvenir ya pasti isinya souvenir dan lain-lain. Harganya lumayan murah. Gantungan kunci isi 6 dijual seharga RM 5, lumayan buat oleh-oleh. Oh iya sebelum masuk ke central market saya denger ada orang teriak-teriak kayak orang marah. Langsung saya mencari sumber suara. Ternyata lagi ada drama pemirsah, drama khas Malaysia.

Saya cuman sebentar aja di dalam central market karena kaki udah lemes dibawa jalan, padahal besok saya harus berangkat pagi-pagi lagi buat nonton race. Jadi saya langsung makan di Restaurant Yusof yang ada dekat situ. Sejak saya tiba di Kuala Lumpur saya belum makan nasi. Saya pikir restaurant fast food macam Mc Donal sedia nasi seperti di Jakarta, tapi ternyata mereka hanya menjual burger, kentang dan ayam goreng. Makanan yang benar-benar fast.

[caption id="attachment_350246" align="aligncenter" width="640" caption="Toko Souvenir (dok.yayat)"]

14144153061239373895
14144153061239373895
[/caption]

Ada cerita lucu saat saya memesan minuman di restoran ini. Saya minta es teh manis ke pelayannya. Pelayan bilang nggak ada es teh manis, adanya sweet ice tea or not. Setau saya es teh manis itu sodaraan sama sweet ice tea. Tapi ternyata di Malaysia dua es teh ini tetanggaan.

[caption id="attachment_350247" align="aligncenter" width="640" caption="Lucu yaaaa (dok.yayat)"]

14144154011572652534
14144154011572652534
[/caption]

Kelar makan saya balik ke hotel dan begitu sampai ke jalanan menuju hotel saya takjub lagi pemirsah. Jalan menuju hotel penuh sesak sama pedagang. Saya tau sih kalo sekitar lokasi hotel emang buat dagang tapi saya nggak nyangka sepadat ini. Dasar saya seneng liat pernak-pernik yang dijual di sini maka dengan melupakan kaki yang udah malas dibawa melangkah saya masih motret sana sini. Sampe hotelnya kelewatan oleh saya.

Begitu masuk kamar, saya langsung nulis buat koompasiana, nulisnya juga dengan mata setengah terpejam. Kelar nulis langsung tidur, nggak sempet mandi, cuci muka, ganti baju, keramas bahkan luluran.. capek beratttzzzz.

[caption id="attachment_350248" align="aligncenter" width="640" caption="Kupu-kupu lucu yang nggak bisa lagi terbang (dok.yayat)"]

14144154631998360480
14144154631998360480
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun