Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Mas Ninoy N Karundeng, Jangan Salahkan Motor

18 Desember 2014   04:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:05 997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_360079" align="aligncenter" width="576" caption="Kebayang nggak kalo kejebak di tengah situ (dok.riowinto.wordpress.com)"][/caption]

“Jadi tepat langkah Ahok melarang pengendara motor melewati jalan protokol. Diharapkan nanti motor akan dilarang di seluruh ruas jalan utama dari Fatmawati, Lebak Bulus, Cililitan, Cengkareng, Cakung, Pluit tak boleh dilalui kendaraan berupa motor yang terbukti merusak peradaban. Motor telah membuat karakter sosial masyarakat berubah menjadi tidak sopan dan beringas. Kenapa? Karakter bangsa dilihat dari cara berkendara di jalanan. Dan … pengendara motor di jalanan Indonesia 90% tidak sopan dan ugal-ugalan.”

Kalimat-kalimat di atas adalah alinea terakhir dari tulisan mas Ninoy Karundeng yang nangkring di Headline Kompasiana hari ini. Kalimat-kalimat ini spontan membuat kepala saya cenat-cenut, bukan karena mumet baca tulisan mas Ninoy, tapi mumet abis meeting seharian. Banyak yang ingin saya kritik dari tulisan mas Ninoy di atas. Kritik pertama adalah.. kenapa tulisan mas Ninoy Headline dan bukan Trending Article, biasanya kan nangkring di trending article mas, coba deh jangan menggusur kedudukan saya dari headline (pedeh bin geer).

Mas Ninoy yang doyan pakai sarung…

Menurut saya lebay dot kom mas kalo mas bilang 90 persen pengemudi motor itu ugal-ugalan dan tidak sopan. Entah mas Ninoy dapet data dari mana. Tapi data menurut saya adalah 460% pengemudi motor sopan dan taat peraturan, 4.6% pengemudi motor tak taat peraturan karena kondisi memaksa demikian, misalnya nerobos lampu merah karena kebelet mau ke jamban. Daripada beser di jalan mending nerobos lampu merah kan? Lalu 46% pengemudi motor bersikap seperti yang mas sebutkan, yaitu tidak sopan dan ugal-ugalan. Nggak setuju dengan data saya? Emang saya pikirin.

Mas Ninoy yang suka pakai kacamata hitam…

Motor tidak bisa dijadikan satu-satunya kambing hitam biang permasalahan di jalan raya Jakarta mas. Mari kita cari kambing yang lain. Angkutan umum semacam mikrolet, bajaj, kopaja, metromini dan semacamnya, juga ugal-ugalan di jalan. Angkutan umum ugal-ugalan ini juga sering bikin kecelakaan yang menewaskan orang. Pernah naik metromini atau mikrolet mas? Saya akan banyak berdzikir kalo terpaksa naik angkutan ini. Sering kali sebelah kaki saya belum turun tapi kendaraannya udah ngacir mas. Kasian cewek imut ini kan, bisa terkapar di jalan (ngelap jidat).

[caption id="attachment_360081" align="aligncenter" width="400" caption="Begini kalo mudik (dok.smun100jakarta.blogspot.com)"]

14188244621734277970
14188244621734277970
[/caption]

Tadi pagi saat saya ngantor bersama bebek saya yang setia, ada seorang pengendara motor terkapar di tengah jalan. Gara-gara pengemudi kopaja di depannya menghentikan laju bisnya secara mendadak karena ada penumpangnya mau turun di situ. Si sopir bis dengan tanpa dosa menurunkan si penumpang tanpa menepi dulu. Pengendara motor pun mengerem tiba-tiba dan jatuh. Untung saya nggak bawa helm cadangan mas, kalo saya bawa helm cadangan udah saya lempar helm itu ke sopir bis tadi.

Selain pengemudi angkutan umum, pengemudi mobilpun ugal-ugalan juga. Ada berapa kali saya baca mobil nyemplung dengan sukses di bunderan HI. Ada beberapa kali juga saya baca pengemudi mobil menyerempet pejalan kaki dan berakibat si pejalan kaki tewas. Anda tentu masih ingat tragedi Tugu Tani kan mas? Atau tragedi anaknya Ahmad Dhani?

Mas Ninoy yang baik hati, tidak sombong dan semoga rajin menabung…

Motor bukan satu-satunya yang menyebabkan kemacetan parah di Jakarta. Banyaknya mobil yang bersliweran di Jakarta menyebabkan macet juga. Angkutan umum yang sembarangan berhenti sama menyebabkan macet juga. Saya pernah membahasnya di tulisan saya dulu, judulnya Mengusir Motor dari Jalan Protokol. Alhamdulillah tulisan itu nggak headline mas, tapi saya senang karena tulisan itu dibaca oleh lebih dari 46 orang (hlaaa malah curcol).

Saya sangat setuju dengan peraturan dari pak Ahok yang melarang motor bersliweran di jalan protokol. Saya dukung aturan pemerintah demi Jakarta yang lebih baik. Pengendara motor lainnya pun mendukung juga. Nggak ada kan demo dari para pengendara motor yang menolak aturan pelarangan motor di jalan protokol? Kami damai sentosa mas, ikhlas menerima aturan pemerintah ini.

Cuman mbok ya… mobil itu dikasih aturan juga. Memang ada aturan three in one di jalan protokol buat mobil. Tujuannya buat mengurangi kemacetan. Tapi itu belum sepenuhnya membuat jalan raya di Jakarta lancar, di jalan alternative pun kena macet juga. Jadi.. kalo motor diusir dari jalan protokol, sebaiknya mobil diusir juga dari jalan alternatif, biar lancar jaya tuh jalan raya, bisa guling-gulingan sambil koprol kita di sana, piye mas? Setuju tho?

[caption id="attachment_360082" align="aligncenter" width="560" caption="Jangan coba-coba berlaku kayak gini di jalan raya (dok.motogp.com)"]

14188256201509828011
14188256201509828011
[/caption]

Mas Ninoy yang selalu bahagia...

Karakter bangsa dilihat dari cara berkendara. 460% saya setuju dengan kalimat mas Ninoy ini. Suer mas saya setujuh sedelapan sepuluh sebelas seduabelas (hlaaaa malah ngitung). Tapi saya tidak setuju dengan kalimat mas bahwa motor telah membuat karakter masyarakat menjadi tidak sopan dan beringas. Mas lagi nggak nangkring di markas FPI kan?

Karakter masyarakat yang nggak sopan dan beringas itu karena salah pergaulan mas. Mungkin karena banyak bergaul dengan FPI atau KMP (ngelus jidat). Atau mungkin demo naik gaji nya nggak disetujui pemilik pabrik (ala buruh banget). Atau dibayar agar bersikap nggak sopan dan beringas. Macam-macam tho sebabnya. Memang ada pengendara motor yang beringas dan nggak sopan, tapi ini bukan gara-gara ia naik motor. Mungkin gara-gara ia lama menjomblo dan putus asa karenanya (lalu ditimpukin para jomblo).

Sebagian kecil pengendara motor mungkin ada yang bersikap barbar seperti dalam tulisan mas, sebagian kecil saja. Karena menurut saya, pengendara motor justru punya sikap solidaritas yang teramat tinggi. Kalau ada seorang pengendara motor kecelakaan, maka pengendara motor yang lain akan menghentikan motornya dan membantu si pengendara yang celaka.

Ada yang menggotong atau memapahnya ke pinggir jalan, ada yang membangunkan motornya dan menepikannya di pinggir jalan, ada yang mengatur lalu lintas di tempat kecelakaan agar nggak jadi kemacetan yang panjang. Mereka akan memastikan si pengendara yang celaka ini kondisinya baik-baik aja, baru mereka pergi. Kalau ternyata lukanya parah, mereka akan membantu si pengendara motor yang celaka ini ke rumah sakit. Tanpa pamrih mas. Saya pernah mengalaminya sendiri…. Beberapa kali.

Tulisan ini bukanlah pembelaan saya terhadap para pengendara motor, tapi kalo mas dan para pembaca menganggap tulisan ini adalah pembelaan, maka benarlah itu adanya (mbulet). Kapan-kapan saya ajak mas dan para kompasianer konvoi naik motor… ke Itali.. mencari Valentino Rossi (tepar .. tepar dah).

Salam 46

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun