Di era digital, perbedaan budaya antara generasi orang tua dan anak muda semakin tampak, terutama dalam hal memanfaatkan teknologi dan tren media sosial. Fenomena ini sering kali memunculkan sensasi, baik dalam bentuk kesalahpahaman, kritik, maupun kehebohan di dunia maya. Salah satu aspek yang paling menonjol adalah bagaimana kedua generasi memandang dan berpartisipasi dalam tren video yang sedang viral.Â
Budaya orang tua cenderung dipengaruhi oleh norma dan nilai yang lebih tradisional, seperti kehati-hatian dalam berperilaku, menghargai privasi, dan menjaga reputasi keluarga. Sebaliknya, generasi muda lebih terbuka terhadap eksplorasi ide baru, kebebasan berekspresi, dan penggunaan media sosial sebagai alat untuk menampilkan diri.Â
Ketika sebuah tren video viral muncul---misalnya tantangan dance, konten lucu, atau video storytelling---anak muda sering kali lebih cepat mengikuti tren tersebut tanpa terlalu memikirkan konsekuensi jangka panjang. Bagi mereka, ini adalah cara untuk menunjukkan kreativitas dan terhubung dengan komunitas global. Di sisi lain, banyak orang tua yang menganggap tren tersebut tidak penting, kurang sopan, atau bahkan berisiko mencoreng nilai-nilai budaya yang mereka junjung.Â
Ketegangan ini semakin mencolok ketika orang tua mencoba mengikuti tren video anak muda. Beberapa melakukannya untuk mendekatkan diri dengan generasi muda, namun tidak jarang hal ini menimbulkan reaksi beragam. Video mereka bisa dianggap menghibur, menggemaskan, atau justru memalukan oleh anak muda.Â
Sebaliknya, kritik orang tua terhadap tren yang dianggap berlebihan atau tidak sesuai norma juga sering memicu perdebatan di media sosial. Generasi muda merasa orang tua tidak memahami esensi dari tren tersebut, sementara orang tua merasa anak muda terlalu menyepelekan nilai-nilai moral.
Untuk mengatasi kesenjangan ini, komunikasi dan saling pengertian menjadi kunci. Orang tua perlu memahami bahwa tren video adalah bentuk kreativitas dan kebebasan berekspresi anak muda. Sebaliknya, anak muda juga perlu menghargai kekhawatiran orang tua, terutama yang berkaitan dengan dampak jangka panjang dari konten yang diunggah ke internet.Â
Misalnya, keluarga dapat membuat tren video bersama sebagai bentuk kolaborasi antargenerasi. Tidak hanya mempererat hubungan, tetapi juga mengajarkan bahwa kreativitas dan norma dapat berjalan beriringan.Â
Perbedaan budaya antara orang tua dan anak muda dalam merespons tren video memang sering kali memunculkan sensasi. Namun, dengan saling memahami dan berdiskusi, kedua generasi dapat menemukan cara untuk mendekatkan diri tanpa mengorbankan nilai-nilai masing-masing. Bagaimanapun, setiap generasi memiliki cara unik untuk mengekspresikan diri, dan perbedaan tersebut seharusnya menjadi kekayaan, bukan sumber konflik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H