Mohon tunggu...
Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap Mohon Tunggu... Jurnalis - Organisasi Kemanusiaan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menjadi organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global untuk mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik http://act.id Aksi Cepat Tanggap (ACT) Foundation is a professional global humanitarian organization based on philanthropy and volunteerism to achieve better world civilization

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemenang Timur, Desa Tanpa Es Krim

3 September 2018   15:57 Diperbarui: 3 September 2018   16:06 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya, papan itu pun menjadi tanda ketegasan. Tanda yang terpaksa ditulis, agar anak-anak di tenda pengungsian Dusun Trengan Lauq tidak menangis kejer lagi karena meminta dibelikan es krim.

Mengalihkan rengekan "ingin es krim" jadi tawa

Terhenyak dengan tanda papan itu, sejumlah relawan ACT makin bergegas bertemu dengan anak-anak di Dusun Trengan Lauq. Lukman Solehuddin, Koordinator Posko ACT di Pemenang mengatakan, relawan ACT tiba disambut tawa dan suka cita khas bocah,

"Relawan ACT hadir dengan membawa cemilan-cemilan enak dan sehat seperti susu dan lainnya. Meski bukan es krim, mereka terlihat bersemangat mengikuti permainan dan kuis-kuis yang dimulai oleh teman-teman relawan," kata Lukman.

Sejenak es krim dilupakan. Teman-teman relawan ACT datang menjadi teman bermain dan teman bercerita. "Program Trauma Healing atau Dukungan Psikososial nyatanya dapat membangun interaksi yang baik dengan anak-anak pengungsian. Hadirnya teman baru yang menguatkan adalah salah satu hal yang mereka butuhkan," tambah Lukman.

Akhirnya, keinginan untuk semangkuk kecil es krim benar-benar dilupakan. Berganti jadi tawa lepas. "Riuh tenda pengungsian saat mereka mengangkat tangan untuk menjawab kuis. Semua anak-anak bersemangat untuk mendapatkan hadiah atau snack, atau sekadar bersenda gurau di pangkuan para relawan," kisah Lukman.

Sebulan pascagempa, pemulihan sedang dimulai. Sejumlah orangtua mulai sibuk mencari nafkah apa adanya, sebagai bentuk kemandirian mereka membangun ekonomi keluarga yang ikut ambruk dengan robohnya rumah.

Dari Lombok Utara, dr. Muhammad Riedha selaku Koordinator Aksi Dukungan Psikososial ACT menceritakan, anak-anak di pengungsian menghabiskan waktu dengan bermain dan mengaji di surau darurat dari tiang-tiang bambu dan terpal biru yang terhampar luas sebagai atap.

"Perlahan, insyaAllah Lombok sedang bangkit. Meski diiringi rengekan manja buah hati anak-anak pengungsian, karena sepotong atau semangkuk kecil es krim yang gagal ditebus karena tidak ada uang," ujar dr. Riedha.

Papan tentang "dagang es krim dilarang masuk" adalah satu dari sekelumit cerita lain, tentang ironi sederhana yang memilukan pascagempa meluluhlantakkan Lombok bagian Utara, Nusa Tenggara Barat. Lombok memang belum pulih, tapi satu hal yang harus diyakini bahwa, Indonesia Bersama Lombok. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun