Wanita penghuni pengungsian yang bersebelahan dengan Gelanggang Olahraga KLU ini sedang bertutur, menceritakan keadaan dirinya selama di pengungsian.
Tinggal bersama anak dan cucunya, siang itu Hasanah sedang berada di luar tenda. Hawa panas mengepung seisi terpal berwarna biru itu. "Kalau siang kepanasan, malamnya kedinginan," ungkap Hasanah, Sabtu (25/8).
Selain hawa yang membuat tidak nyaman, ada juga ancaman lain bagi pengungsi di sana. Lapangan yang menyatu dengan sawah dan perkebunan ini terkadang kedatangan tamu hewan liar, seperti ular. "Waktu itu (ularnya) mau masuk tenda," tambah Hasanah sambil mengajak tim ACT untuk masuk melihat ke dalam tendanya.
Melihat kenyataan itu, ACT bersama berbagai pihak mendirikan Integrated Community Shelter (ICS) di Lapangan Gondang. Progres pembangunan yang diresmikan 19 Agustus lalu, kini sudah 30%.Â
Di dalamnya akan berdiri 160 rumah yang ada di tempat satu keluarga. Di kompleks yang ditargetkan selesai satu bulan pengerjaan ini juga akan berdiri masjid dan sekolah untuk memenuhi kebutuhan pengungsi.
"Setelah memenuhi kebutuhan logistik, kami bangun tempat tinggal untuk para pengungsi," ungkap Ahyudin Presiden ACT, Sabtu (25/8).
Per tanggal 26 Agustus lalu, BNPB menetapkan Lombok memasuki masa pemulihan. Di masa transisi darurat ke pemulihan ini, ACT terus mendampingi para pengungsi dan memastikan kebutuhan pokok mereka terpenuhi.
Selain memasok logistik di seluruh titik pengungsian dan menyediakan hunian sementara yang layak, ACT juga berikhtiar membangun Lombok. Bersama Global Wakaf, pembangunan Lombok yang lebih mandiri tengah diwujudkan melalui program Desa Wakaf. []Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H