ACTNews, LOMBOK - Genap sebulan bencana gempa bumi mengguncang Pulau Seribu Masjid. Jika memandang hamparan tanah Lombok dari rekaman aerial, terlihat jelas begitu besarnya dampak dari rentetan gempa bumi yang telah menghantam Lombok. Bukan puluhan gempa susulan, tapi ratusan kali.
Tercatat sejak Ahad (29/7) silam, gempa mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat. Rentetan gempa juga terus terjadi setelah itu, hingga paling besar terjadi tepat satu pekan setelahnya, Ahad (5/8) petang.Â
Potensi tsunami dikeluarkan bagi penduduk yang berada di sepanjang pantai bagian utara Lombok. Hingga satu jam kemudian, peringatan tsunami dicabut dan warga dinyatakan aman dari gulungan air itu.
Berduyung-duyung warga yang bertempat tinggal di tepi pantai dan sekitarnya menyelamatkan diri. Tanpa sempat membawa harta apapun, mereka memenuhi bukit yang memang memanjang sepanjang pesisir utara Lombok.
"Saya enggak mikir apa-apa lagi, langsung selamatkan keluarga terus lari ke sini," tutur Junaidi salah satu pengungsi di dusun Cupek, Sigar Penjalin, Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, Rabu (22/8).
Junaidi bukanlah warga Dusun Cupek, tapi Lendang Berbrore yang letaknya di tepi pantai. Ketika gempa terjadi pada tanggal 5 Agustus lalu, bagian perut istrinya tertimpa reruntuhan rumah. Sang istri sempat dirawat di rumah sakit, tapi sekarang sudah kembali ke pengungsian walau rasa sakit masih terus dirasa.
Di Dusun Cupek terdapat lahan yang ditanami pohon jati. Gesang dan berdebu sangat terasa di sini. Tuan tanahnya dari Jakarta, dan mengizinkan warga untuk menempati lahannya guna berlindung dari bahaya gempa atau tsunami yang tak bisa diprediksi.Â
Lokasi ini dipilih Junaidi dan warga pengungsi lain karena lebih tinggi dari permukaan air laut walau jaraknya tak kurang satu kilometer dari bibir pantai.
Kabupaten Lombok Utara menjadi salah satu wilayah yang terdampak gempa parah. Berdasarkan rilis yang dikeluarkan Disaster Management Institute of Indonesia (DMII) - Aksi Cepat Tanggap (ACT) per tanggal 27 Agustus 2018, korban meninggal mencapai angka 417 jiwa. Bangunan rusak bertengger di angka 24.989 dengan jumlah pengungsi 134.235 jiwa.
Angka itu belum diakumulasikan dengan wilayah lain yang tak kalah hancur akibat gempa yang bertubi-tubi menghantam Lombok beberapa pekan belakangan. Setelah gempa besar menghantam pada 5 Agustus, gempa kecil dengan magnitudo 5 SR pun terus dirasa. Hingga pada 19 Agustus kembali bergetar dengan magnitudo 7 SR kemudian dimutakhirkan dan mendapat angka 6,9 SR.
Saat gempa bergetar, banyak warga yang panik akibat belum sembuh seluruhnya trauma yang dirasa dari gempa sebelumnya. Di jalan Bangau, Kota Mataram misalnya.Â