Mohon tunggu...
Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap Mohon Tunggu... Jurnalis - Organisasi Kemanusiaan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menjadi organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global untuk mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik http://act.id Aksi Cepat Tanggap (ACT) Foundation is a professional global humanitarian organization based on philanthropy and volunteerism to achieve better world civilization

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pemulihan Pascabencana - Pacak Pertama Sudah Terpasang, Meunasah Dirancang Tahan Gempa

19 Desember 2016   11:40 Diperbarui: 19 Desember 2016   11:53 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 PIDIE JAYA, Aceh - Jelang berakhirnya masa tanggap darurat gempa Pidie Jaya, pemulihan dan rekonstruksi ulang pun dimulai. Melalui program recovery, Aksi Cepat Tanggap (ACT) menginisiasi pembangunan meunasah pertama di wilayah Gampong (desa) Grong Grong Krueng, Kecamatan Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya. Pacak pertama itu pun sudah terpasang Jumat (16/12).

Prosesi peletakan batu pertama dihadiri oleh perangkat Sekretaris Desa, Imam masjid, dan perwakilan masyarakat. Insan Nurrohman, selaku Vice President ACT menuturkan, sejarah meunasah sangat erat dengan tumbuh kembang peradaban masyarakat, sehingga keberadaannya sangat krusial.

Menjejak kembali ke dalam sejarah meunasah, di Bumi Serambi Makah, meunasah merupakan pusat peradaban masyarakat Aceh. Di sinilah anak-anak sejak usia dini di gampong mendapatkan pendidikan.

“Di setiap kampung di Aceh dibangun meunasah yang berfungsi sebagai pusat kebudayaan dan pusat pendidikan bagi masyarakat. Bahkan ada sebuah riset sosial meunasah sudah ada seiring dengan terbentuknya masyarakat islam di Aceh sekian abad silam,” kata Insan.  

Tidak hanya itu, sekian pekan membaur dengan masyarakat Aceh, tim pemulihan ACT menyimak bahwa kehadiran meunasah bisa menjadi titik pijak awal untuk bangkitnya masyarakat selepas gempa. Karena meunasah punya fungsi utama untuk tempat beribadah juga bersosialisasi antar masyarakat.

"Melihat begitu strategisnya posisi meunasah dalam budaya dan sejarah masyarakat Aceh, ACT mencoba untuk fokus pada program pemulihan dan Rekonstruksi Meunasah, membangun kembali meunasah yang rusak berat dan merenovasi meunasah yang rusak ringan,” ujar Insan.

Meunasah adalah tonggak di hati sebagian besar masyarakat Aceh. Pemulihan bangunan meunasah setidaknya akan kembali memantik semangat untuk bangkit, melupakan trauma yang masih membekas selepas gempa besar 6.5 SR pekan pertama Desember lalu.  

ACT berkomitmen untuk menuntaskan pembangunan Meunasah di Aceh sedikitnya 25 unit meunasah. Hingga hari ini pencatatan jumlah kerusakan meunasah sampai menembus angka 95 titik. Kerusakan meunasah merata mulai dari retak-retak, atap ambruk, sampai dengan hancur rata tanah.

Pembangunan Meunasah Dirancang Tahan Gempa

Pada dasarnya bencana gempa memang tak akan pernah membunuh, gempa menjadi fatal dan berbahaya ketika titik episentrumnya terjadi dekat sekali dengan padatnya populasi. Gempa mengguncang dan akhirnya merubuhkan bangunan yang dibangun tidak dengan konsep tahan gempa.

Problem inilah yang tak ingin terulang kembali dalam proses pemulihan gempa Aceh. Seperti pengalaman pasca gempa di wilayah lainnya, ACT merancang meunasah dengan konsep bangunan tahan gempa.

Muhammad Noor, selaku arsitek dan konsultan proyek pembangunan meunasah ACT menjelaskan, desain permanen tahan gempa menjadi pedoman dalam pemulihan. Seluruh pacak yang tertanam, sampai dengan desain atap dan seluruh penyangga didesain dengan model konstruksi tahan guncangan.

"Meunasah yang ACT bangun adalah meunasah yang permanen dan tahan gempa. Bangunan tahan gempa merupakan bangunan yang mampu memberikan rentan waktu cukup lama kepada penghuni untuk menyelamatkan diri,” kata Noor.

Model konstruksi tahan gempa memang tak sepenuhnya mampu meredam guncangan gempa hebat. Namun menurut penjelasan Noor, bangunan tahan gempa dirancang dengan desain yang berkualitas, setidaknya punya waktu lebih lama untuk tetap berdiri, menahan guncangan dan mencegah penghuni di dalamnya tertimpa runtuhan. []

Penulis: Erwin Santoso

Editor: Shulhan Syamsur Rijal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun