Mohon tunggu...
Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap Mohon Tunggu... Jurnalis - Organisasi Kemanusiaan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menjadi organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global untuk mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik http://act.id Aksi Cepat Tanggap (ACT) Foundation is a professional global humanitarian organization based on philanthropy and volunteerism to achieve better world civilization

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kekeringan di Somalia, Ribuan Jiwa Terancam Mati Kelaparan

7 April 2016   11:38 Diperbarui: 7 April 2016   11:57 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="somalia"][/caption]

[caption caption="kelaparan"]

[/caption]

Sampai dengan hari ini, negara-negara miskin di Afrika masih terjebak dalam beragam kasus bencana kemanusiaan akut yang belum tuntas ditemukan solusinya. Salah satu yang paling parah terjadi di Somalia. Sebagai negara yang sekian dekade terjebak dalam kemiskinan, perang saudara, wabah penyakit dan beragam masalah kemanusiaan lainnya, Somalia belum mampu untuk bangkit menuntaskan masalahnya seorang diri. Apalagi di tengah kondisi perubahan cuaca yang demikian ekstrem seperti yang terjadi beberapa tahun terakhir.

Lebih dari 10 juta penduduk Somalia yang tercatat pada tahun 2014 hari ini masih berada dalam kekalutan menatap masa depan. Mengutip dari Antara, rilisan terbaru dari PBB mengatakan bahwa kini ribuan jiwa di Somalia sebelah utara terancam mati akibat becana kekeringan.

Kekeringan di Somalia serupa seperti dengan kekeringan yang terjadi di Indonesia, sebab secara geografis pun Somalia berada dekat dengan garis khatulistiwa. Kondisi ini menyebabkan Somalia ikut terkena imbas dari fenomena El Nino yang memicu musim kemarau dan kekeringan berkepanjangan.

Kondisi ini bahkan diperburuk dengan kelangkaan bahan makanan dan minimnya pasokan bantuan dari lembaga kemanusiaan internasional selama menghadapi musim kemarau. Padahal prediksi PBB, musim kemarau dan kekeringan di Somalia tahun 2016 ini akan berlangsung lebih panjang dan lebih ekstrem dibandinkan dengan kekeringan di tahun sebelumnya.

Dalam hitungan PBB, ada sekitar 1,7 jiwa rakyat Somalia yang mayoritas Muslim ini sedang berada dalam ancaman kematian. Sebab 40 persen dari total penduduk di kawasn Puntland dan Somaliland di Somalia utara, yang berstatus semi-otonomi, membutuhkan bantuan darurat. PBB menyebut angka bantuan kemanusiaan untuk Somalia sebelah utara demi mencegah kematian ribuan jiwa akibat musim kemarau panjang ini bisa mencapai jumlah 105 juta dollar AS.

Kekeringan panjang di Somalia dengan suhu rata-rata harian hampir menembus 40 derajat celcius telah membuat kelangkaan air dan rumput. Sehingga banyak ternak pun mati tak dapat makanan. Padahal di tengah kemelut penderitaan kemanusiaan di Somalia dan minimnya bantuan kemanusiaan yang masuk, hewan ternak adalah pilihan terbaik sebagai sumber makanan.

Ratusan kasus kemarian akibat bencana gizi buruk sudah dilaporkan terjadi di kawasan Awdal Somalia selama tahun 2016 ini. Kawasan Awdal ini berada di barat laut Somalia dan berbatasan langsung dengan Ethiopia.

Bahkan bertumpuknya kasus bencana kemanusiaan di Somalia ini masih ditambah pula dengan pertempuran atau perang saudara yang masih saja terjadi dan terus memanas antara kelompok militan al Shaabab dan pihak pemerintah di kawasan Puntland. Perang saudara yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun ini telah menjadi ancaman keras bagi banyak lembaga kemanusiaan termasuk Aksi Cepat Tanggap untuk mendistribusi bantuan Global Qurban sampai ke Somalia. (cal)

img:africaurgente.org

Aksi Cepat Tanggap

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun