“Aku mau hibahkan diri untuk pendidikan tepian negeri ini, mohon doanya agar aku bisa istiqomah. Aku tak mau tergantikan dalam arena lomba kebaikan ini. Cukup tahun saja yang berganti, aku jangan,” ucapnya tegas penuh semangat.
Abdur bertekad bahwa setiap rupiah dari donasi yang mengalir lewat program Stand Up for Humanity adalah untuk pembangunan sekolah. “Aku akan mengajak orang untuk berdonasi minimal satu juta rupiah dan sebagai penghargaan bagi kepedulian mereka untuk pendidikan tepian negeri, aku akan stand up gratis selama 30 menit.”
Tepian negeri menyimpan beragam problem. Keterbatasan akses, mulai transportasi, yang meneguhkan keterbatasan ekonomi, diperberat minimnya akses pendidikan. Tepian Negeri mengalami ketertinggalan berbagai sektor. Tepian Negeri “lestari” dalam makna ironi: lestari kemiskinannya. Lalu kekuatan kapital mengeksplorasi, mengeruk sumberdaya, rusak alamnya dan kemiskinan masih berkelanjutan!
Sebagian besar pulau-pulau tepian negeri menyimpan potensi. Perlu inisiatif dan sumberdaya manusia handal mewujudkannya. Di tengah stagnasi pembangunan, tepian negeri masih merawat kearifan lokal, pun kesabaran menghikmati ketertinggalan. Di tepian negeri yang sarat keterbatasan ini pula, ada sejumlah local genius yang perlu dipoles dan diberi kesempatan berkarya. Seperti Abdur misalnya, eksis karena bisa ber-SUCI di Jakarta dan kota-kota penting Indonesia. Bersama ACT, Abdur mengajak Indonesia peduli pembangunan di Tepian Negeri.[]
Penulis: Desy Kurnia
Ayo Berpartisipasi
Jadi Relawan (Get Involved)
Info Kebencanaan
Cyber Volunteer
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H