ACTNews, JAKARTA – Tubuhnya menjulang. Wajah rupawannya makin menegaskan sosoknya yang terlihat gagah. Persis seperti karakter yang diperankannya, Mas Gagah. Hamas Syahid Izzuddin (21), sosok dibalik peran Mas Gagah tokoh utama film ‘Ketika Mas Gagah Pergi’ (KMGP), mengaku bersyukur dirinya dipercaya memerankan tokoh utama tersebut.
Alumnus SMA Negeri 2 Surabaya ini memulai meniti karirnya sebagai pemain film lewat ‘Tausiyah Cinta’. “Terus terang saya kaget ketika saya dikabarkan terpilih menjadi tokoh Mas Gagah, tidak menyangka. Ini sebuah tantangan bagi saya memegang amanah dari mereka yang terlibat dalam produksi ACT film KMGP,” tuturnya.
Hamas menambahkan naskah film yang diambil dari novel Karya Helvy Tiana Rosa ini luar biasa, banyak menyentuh nilai-nilai kemanusiaan, sosial terutama nilai-nilai keislaman.
Karakter Mas Gagah yang humanis, ternyata tak jauh beda dengan kesehariannya. Didikan kedua orangtuanya yang selalu menanamkan nilai-nilai religius dan kemanusiaan dalam diri Hamas dan kedua adiknya, menghasilkan karakter Hamas yang santun.
“Dari kecil saya memang sudah dididik orangtua untuk tidak tinggalkan salat, sering juga diajak ayah dan ibu ke pengajian,” jelasnya. Lingkungan keluarga yang penuh nilai agama ia akui menyebabkan dirinya tak kesulitan memilah lingkungan dan organisasi yang baik.
Ketika masa remaja ia pun mulai belajar untuk mandiri mengikuti pengajian-pengajian. Di saat SMA ia mulai aktif di Rohis di SMA Negeri 2 Sidoarjo, di dunia kampus pun ia lanjutkan dengan aktif di Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Mozaik di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.
“Saat kecil saya selalu ikut pengajian orangtua, namun setelah seperti ini saya punya lingkungan pengajian sendiri,” ujar mahasiswa semester 9, Jurusan Manajemen Pemasaran, Fakultas Ekonomi, Unair Surabaya.
Baginya ia memilih terlibat di film KMGP ini jauh dari sekedar memburu popularitas, namun memikul misi dan tujuan lain; berdakwah melalui seni peran. Menurutnya berdakwah tidak hanya melulu di mimbar, banyak jalan untuk berdakwah yang bisa dijalankan, termasuk lewat film atau seni peran ini.
“Film KMGP ini sarat muatan dakwahnya. Film ini mencoba menyampaikan pesan kepada seluruh penonton bahwa Islam itu agama yang indah, rahmatan lil’alamiin,” jelas mantan pemain teater di Sanggar Teater SMA Negeri 2 Surabaya. Bersama teman-teman sanggarnya inilah ia sering mengikuti perlombaan dan festival teater.
Ia pun bertekad mengubah stigma negatif terhadap aktor film, bahwa aktor film bukanlah sekumpulan mereka yang hannya hidup gemerlap semata, “artis juga bisa jadi trendsetter positif, yang dapat memberikan manfaat untuk orang banyak.”
“Impian saya dari dulu cuma satu, yaitu ingin bermanfaat bagi orang banyak seperti diperintahkan Allah ‘khairunnaas anfauhum linnaas’ (sebaik-baiknya manusia adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain). Saya mencoba realisasikan mimpi saya tersebut dalam kehidupan sehari-hari di urusan bisnis dan di dunia yang sekarang saya geluti,” terangnya.
Dalam duni abisnis yang juga akan ia tekuni nanti, dirinya bertekad mewujudkan mimpinya menyerap banyak tenaga kerja, sehingga bisa mengurangi pengangguran di Indonesia. Juga menafkahi orang-orang tak sempurna fisik dengan mempekerjakan mereka. “Saya ingin mengikuti jejak Muhammad Yunus dari Bangladesh, yang bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya,” tekadnya.
Mengenai keterlbatan ACT dalam film ini, ia mengatakan ini menjadi sejarah baru ada lembaga kemanusiaan mau iku memasarkan sebuah film. “Bagi saya ini terobosan yang luar biasa,” pungkasnya. Pria yang tak pernah absen menderas Al-Quran ini mendukung kegiatan dan aksi-aksi kemanusiaan ACT, dan bersedia terus mendukung kiprah ACT dengan menjadi super volunteer. [] (mhjr)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H