Mohon tunggu...
Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap Mohon Tunggu... Jurnalis - Organisasi Kemanusiaan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menjadi organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global untuk mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik http://act.id Aksi Cepat Tanggap (ACT) Foundation is a professional global humanitarian organization based on philanthropy and volunteerism to achieve better world civilization

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Akibat Erupsi Gunung Sinabung: Begini Kisah dari Desa ‘Hantu’ di Kaki Sinabung

7 Desember 2015   14:14 Diperbarui: 7 Desember 2015   14:14 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://kmgp.act.id/assets/img/2.jpg

Bencana di Indonesia datang silih berganti. Kemarin kemarau datang menerjang hingga hampir membuat menyerah dan pasrah ratusan juta penduduk Indonesia. Shalat Istisqa meminta hujan ditegakkan demi meminta Sang Pemilik hujan membasahi ladang yang terkena kemarau. Kini bulan Desember 2015 sudah lewat dari bencana kemarau panjang, petak-petak wilayah di Indonesia mulai merata diguyur hujan deras tanpa henti. Bencana kemarau lewat, namun kini datang bencana banjir dan longsor. Hujan membawa derasnya air yang tak bisa dibendung oleh sungai. Akhirnya berujung pada banjir dan longsor. Ah memang negeri ini tak henti dirundung bencana.

Di antara guyuran hujan deras dan kisah kemarau beberapa bulan lalu, masih ingatkah Anda dengan kisah erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara? Hingga hari ini, Gunung Sinabung tak juga dinyatakan berhenti meletus. Dapur vulkanik Gunung Sinabung terus bergejolak tanpa henti. Ketika Gunung Sinabung meletus tanpa ada kabar dan prediksi kapan akan berhenti, maka solusi terbaik adalah dengan melakukan relokasi ribuan rumah warga yang berada dalam radius tidak aman dari erupsi Sinabung. Catatan terbaru yang dikutip dati National Geographic menyebutkan kini sedikitnya ada 6.200 orang tinggal di tenda-tenda pengungsian yang didirikan oleh pemerintah dan organisasi kemanusiaan lainnya, sembari menunggu untuk direlokasi ke pemukiman baru.

Lantas bagaimana kabar desa yang mereka tinggali sebelum Sinabung meletus dan kemudian ditinggalkan begitu saja setelah desa mereka dihantam oleh derasnya abu vulkanik Sinabung?

Dari laman National Geographic diungkap sebuah kisah dari desa ‘hantu’ di kaki Gunung Sinabung. Kondisi layaknya desa hantu memang pantas disematkan. Tengok saja bagaimana kondisi ratusan rumah yang hancur, kendaraan-kendaraan berkarat yang teronggok begitu saja dan sudah dirambati oleh tanaman liar, lalu peralatan dapur dan perabotan rumah yang gosong dan lebur karena dilewati abu vulkanik panas. Serta beragam barang-barang peninggalan para penduduk di kaki Gunung Sinabung yang tak sempat terselamatkan sebelum Gunung Sinabung meletus.

Barang-barang sudah ditinggalkan oleh pemiliknya sejak setahun hingga dua tahun lalu. Seperti yang diketahui, desa mati di kaki Gunung Sinabung adalah beberapa desa yang harus dikosongkan dan terpaksa ditinggalkan begitu saja karena berada dalam radius tak aman dari luncuran abu vulkanik Sinabung. Sinabung mengejutkan para ilmuwan dan banyak orang ketika meletus tahun 2010, setelah tertidur lama tanpa letusan sama sekali selama 4 abad terakhir. Hingga hari ini Sinabung masih dinyatakan meletus atau erupsi.

Meletusnya Gunung Sinabung telah mengubur desa-desa di Bekerah tahun 2013 dan Suka Meriah tahun 2014. Warga enam desa lainnya juga dipaksa mengungsi. Kini, lebih dari 30.000 orang harus dievakuasi setelah wilayah seluas 7 kilometer sekitar Sinabung dinyatakan terlalu berbahaya ditinggali. (cal)

img : imgur

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun