Mohon tunggu...
Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap Mohon Tunggu... Jurnalis - Organisasi Kemanusiaan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menjadi organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global untuk mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik http://act.id Aksi Cepat Tanggap (ACT) Foundation is a professional global humanitarian organization based on philanthropy and volunteerism to achieve better world civilization

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bencana Alam Letusan Krakatau 1883

30 November 2015   14:46 Diperbarui: 30 November 2015   14:59 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

 

Belum lama ini, para ilmuwan Geologi dunia mengenang dahsyatnya dua abad letusan Tambora. Berdasar skala eksplosif, Tambora memang lebih dahsyat letusannya ketimbang Krakatau, namun kala itu gunung Tambora meletus saat jumlah populasi manusia Indonesia belum meningkat secara siginifikan.

Sedangkan bencana alam letusan Krakatau di penghujung abad 18, ketika Batavia dan wilayah sekitar Krakatau sudah sangat masif perkembangan populasi dan teknologinya.

Bencana alam letusan gunung Krakatau di 26-27 Agustus 1883 menjadi catatan kelam kebencanaan Indonesia. Skala letusan Krakatau sangat dahsyat, daya ledaknya mencapai kira-kira 30.000 kali bom atom Hiroshima dan Nagasaki di penghujung Perang Dunia II. Dua hari dua malam letusan Krakatau telah membunuh lebih dari 36.000 jiwa manusia. Rata-rata korban tewas akibat dampak masif awan panas yang terlontar keluar dari perut Krakatau dan akibat gelombang tsunami yang menghempas pesisir pantai Jawa, Sumatera dan Samudera Hindia.

Menurut catatan para ahli, tsunami Krakatau adalah yang terdasyat yang pernah terjadi di abad modern sebelum bencana alam mega tsunami menghempas Samudera Hindia pada 26 Desember 2004.

Dahsyatnya bencana alam letusan Krakatau dapat tergambarkan melalui penampang muka anak Krakatau yang masih aktif hingga saat ini. Ledakan super dahsyat di tahun 1883 telah menghancurkan puncak Krakatau dan menyisakan puncak baru yang lebih kecil, kini disebut sebagai gunung anak Krakatau.

Berdasarkan proses terbentuknya, rangkaian Pulau Vulkanik yang membelah Pulau Jawa dan Pulau Sumatera di Selat Sunda adalah akibat fenomena subduksi lempeng Australian dan lempeng Eurasian selama jutaan tahun. Tubrukan dua lempeng tersebut yang memunculkan kawasan Kaldera Pulau Rakata, satu dari tiga pulau sisa letusan Gunung Krakatau Purba yang meletus pada awal abad Masehi.

Perlahan, Pulau Rakata tumbuh karena dorongan aktivitas vulkanik dari lempeng Australian dan lempeng Eurasian yang menyatukan Pulau Rakata, Gunung Danan, dan Gunung Perbuwatan yang kemudian disebut sebagai Gunung Krakatau hingga terjadinya bencana alam letusan dahsyat di tahun 1883.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun