Mohon tunggu...
Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap Mohon Tunggu... Jurnalis - Organisasi Kemanusiaan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menjadi organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global untuk mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik http://act.id Aksi Cepat Tanggap (ACT) Foundation is a professional global humanitarian organization based on philanthropy and volunteerism to achieve better world civilization

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Andhika Purbo Swasono, Pejuang Tangguh Kemanusiaan itu Kini Telah Tiada

19 November 2015   16:03 Diperbarui: 19 November 2015   16:22 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekali lagi, ranah kemanusiaan global kehilangan orang terbaiknya. Kabar duka cita datang dari kancah kemanusiaan Indonesia, bahkan global. Seorang pejuang kemanusiaan terbaik, laki-laki dan komandan hebat yang dimiliki oleh Aksi Cepat Tanggap baru saja meninggalkan kita semua. Andhika Purbo Swasono, aktivis kemanusiaan yang sudah malang melintang selama satu dekade terakhir di dunia kemanusiaan telah meninggal dunia dalam peristiwa kecelakaan antara sepeda motornya dengan sebuah truk yang kemudian melarikan diri pada Senin malam, 16 November 2015.

Kala itu, Andhika atau yang akrab disapa Andhips ini baru saja meninggalkan kantor Aksi Cepat Tanggap d Menara 165, Jakarta Selatan sekitar pukul 20.00 WIB. Hanya berselang 10 menit usai keluar dari lantai dasar parkir Menara 165, Andhips memacu sepeda motornya dengan kecepatan sedang menembus hujan yang masih menderas sejak sore hari. Hingga sampai di sekitar depan Kantor Pajak Jakarta Selatan, Andhips dipepet dan disenggol oleh sebuah truk berkecepatan tinggi yang melaju dari arah timur, Cilandak menuju Fatmawati, kejadian yang sangat cepat, Andhips pun terjatuh dari sepeda motornya, posisi jatuh Andhips fatal, kepala bagian belakangnya membentur aspal dengan keras. Helm yang dikenakannya pun pecah. Akhirnya Andhips meninggal dunia di lokasi kejadian dengan luka di bagian kepala belakang. Innalillahi Inna Lillahi wa inna ilaihi raji’un. Andhips pun syahid, meninggal seusai berjihad di jalan Allah karena bekerja dan mencari nafkah demi keluarga.

Sebuah tragedi kecelakaan fatal yang menimpa Andhips, seorang pejuang kemanusiaan yang namanya dikenal hingga ke berbagai pelosok dunia. Kabar duka seketika datang dari Pakistan, Palestina, Suriah, Somalia, Bangladesh, India, Nepal, Kenya, bahkan hingga Swedia dan Inggris. Teman-teman Andhips di seluruh belahan dunia yang mengenali sosoknya sebagai aktivis kemanusiaan tak kenal lelah kaget bukan kepalang dengan kabar duka meninggalnya Andhips

Berkecimpung dalam urusan kemanusiaan memang bukan menjadi cita-cita yang banyak dipilih oleh segelintir anak muda masa kini. Pasalnya bayangan tentang dunia kemanusiaan itu identik dengan terjun dalam arena konflik perang, arena bencana, dan siap jika ditempatkan di wilayah minor dalam peradaban dunia, wilayah yang terjebak dalam kemiskinan dan ketertinggalan infrastruktur. Namun semua tantangan itu dilahap Andhips selama satu dekade terakhir. Membentuk jiwanya sebagai salah satu orang terbaik yang dimiliki Indonesia di ranah kemanusiaan global.

“Yang haq itu adalah kematian. Karena itu bagi orang beriman, kita harus bersiap untuk menghadapinya. Pelajaran dari almarhum adalah bahwa kematian jasad bagi seorang pejuang di jalan Allah bukanlah kematian tetapi justeru kehidupan,” ungkap Presiden ACT Ahyudin, yang langsung menuju RS Fatmawati, Jakarta (dari Bogor), begitu mendapat kabar duka tersebut.

“Mas Andhika tetap berkarya di tengah pengungsi meskipun saat itu hari raya Idhul Fitri maupun Idhul Adha. Dan itu bukan hanya sekali. Mas Andhika, sosok yang berdedikasi tinggi dengan tugas kemanusiaan,” ungkap Ahyudin.

“Kepada Mas Andhips, kami seluruh jajaran ACT menjadi saksi akan ketulusan Mas Andhips dalam hidup, kegigihan Mas Andhips dalam berjuang di medan tugas. Apa yang terjadi pada Mas Andhips, menjadi pelajaran berharga dan bekal kami jalani hidup sebelum pada akhirnya kami juga pasti menemui kematian,” ujar N Imam Akbari Senior Vice Presiden ACT.

Yang lebih mengharukan, almarhum meninggal dalam keadaan puasa (Senin). Andhika meninggalkan seorang istri dan tiga anak. ‎Selamat jalan, Sahabat! (cal)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun