Mohon tunggu...
Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap Mohon Tunggu... Jurnalis - Organisasi Kemanusiaan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menjadi organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global untuk mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik http://act.id Aksi Cepat Tanggap (ACT) Foundation is a professional global humanitarian organization based on philanthropy and volunteerism to achieve better world civilization

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kabut Asap Indonesia Kalahkan Polusi Amerika Serikat

3 November 2015   08:54 Diperbarui: 3 November 2015   09:22 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 1997 silam, Indonesia pernah mengalami bencana kebakaran hutan terparah, kala itu bahkan kebakaran hutan dan kabut asap telah membuat anjlok produksi pertanian massal. Imbasnya ekonomi Indoenesia terpuruk sangat parah. Banyak pihak memperkirakan, bencana kebakaran hutan tahun 1997 silam adalah salah satu pemicu yang menyebabkan krisis moneter parah di antara 1997-1998. Setelah krisis moneter berakhir, embrio reformasi Indonesia pun mulai terbentuk hingga hari ini.

Hampir satu dekade berikutnya, kebakaran hutan yang disertai kabut asap kembali menyeruak. Kali ini di tahun 2015 bahkan menjadi tahun dengan bencana kebakaran hutan terlama sepanjang sejarah Indonesia. Parahnya efek fenomena alam El Nino di tahun ini adalah gabungan dari El Nino yang sempat berlangsung sebentar tahun 2014 lalu. Kali ini El Nino lebih kejam menghantam, menghilangkan secara total potensi hujan deras di Indonesia, setidaknya hingga akhir tahun 2015 nanti.

Kondisi yang sangat buruk ini akhinya memang telah memicu bencana kebakaran hutan terlama sepanjang sejarah Indonesia. Dampaknya pun tak bisa dianggap sepele. 6 Provinsi di Indonesia, selama 2 bulan terakhir lumpuh total dikepung kabut asap sangat pekat. Indonesia pun makin gaung julukannya di kancah internasional sebagai negara penghasil dan pengekspor asap terbesar di dunia.

Sungguh ironis memang, kabut asap Indonesia yang terlepas ke atmosfer bahkan diprediksi lebih buruk ketimbang polusi asap yang sudah dihasilkan oleh Amerika Serikat di tahun ini. Padahal selama sekian dekade tarakhir, emisi asap yang dihasilkan oleh Amerika Serikat menyandang predikat sebagai negara terbesar kedua setelah China yang melepas emisi asap berbahaya ke atmosfer.

Dilansir National Geographic, fakta ironis ini dipaparkan dalam laporan kajian organisasi lingkungan hidup internasional yang berjuluk World Resources Institute. Pada laporan itu tercatat bahwa selama kasus kebakaran hutan di Indonesia berlangsung dan bergerak semakin parah sejak awal September telah mengalahkan emisi karbon harian Amerika Serikat.

Fakta ini sungguh mengejutkan para peniliti, mengapa demikian? Selama beberapa tahun terakhir, Amerika Serikat telah dikritik habis-habisan sebagai negara penghasil gas rumah kaca atau gas karbon atau emisi berbahaya terbesar kedua di dunia setelah China.

Namun tenyata, emisi karbon yang dilepas Indonesia sejak kebakaran hutan awal September 2015 telah mengalahkan emisi harian Amerika Serikat.

Alasan terbesarnya adalah karena lahan hutan yang terbakar di Pulau Sumatera dan Kalimantan rata-rata adalah lahan gambut. Secara teori, lahan gambut adalah area yang menyimpan jumlah karbon cukup banyak karena berasal dari zat sisa makhluk hidup yang terpendam selama rubuan tahun.

Alih fungsi lahan gambut untuk digunakan sebagai perkebunan kelapa sawit telah merusak kondisi alam lahan gambut ini. Pengeringan dan pembakaran lahan untuk urusan perkebunan kelapa sawit, kayu untuk kertas dan usaha komersil lain dan akhirnya membawa kasus kebakaran hutan terparah sepanjang sejarah Indonesia ini adalah kenyataan yang paling ironis. Menampar muka bangsa ini sebagai negara yang tak bisa menjaga kelestarian hutannya. (cal)

img : NASA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun