Bencana alam di negeri ini datang silih berganti. Bagaikan rintik hujan yang turun bergantian, ketika satu bencana belum berhasil tuntas seutuhnya, perhatian publik pun kembali teralihkan atas bencana alam yang terjadi di lokasi lainnya. Seperti yang terjadi di akhir tahun ini. Masih belum tuntas urusan pengungsi erupsi Gunung Sinabung, Medan, Sumatera Utara, bencana kabut asap dan kebakaran hutan seketika datang dan menghentak perhatian publik. Akhirnya kisah tentang erupsi Sinabung pun tenggelam.
Bahkan kondisi terakhir dari pengungsi erupsi Sinabung harus bertambah derita, belum tuntas erupsi Sinabung, kiriman asap dari Riau dan Sumatera Selatan sudah menyentuh Tana Karo, Sumatera Utara. Kondisi warga Kabupaten Tana Karo, Sumatera Utara benar-benar memilukan. Ribuan warga yang mengungsi di sejumlah tempat akibat erupsi Gunung Sinabung yang tak kunjung berhenti, kini harus hadapi bahaya bencana asap. Kabut asap pekat kiriman dari Riau tersebut semakin membuat para pengungsi menderita.
Susanto Ginting, relawan dari Kantor Cabang Aksi Cepat Tanggap (ACT) Medan, Sumatera Utara menceritakan kondisi pilu yang harus diterima oleh ribuan pengungsi erupsi Gunung Sinabung. Relawan yang sudah lima tahun ditempatkan untuk membersamai para pengungsi korban erupsi Gunung Sinabung, mengaku semakin tak bisa menahan kesedihan melihat kondisi pengungsi Sinabung. “Sudahlah mereka belum mendapatkan kepastian nasib masa depan di tempat penampungan, harus pula tertimpa asap kiriman dari daerah lain yang membahayakan kesehatan,“ kata Santo, panggilan akrabnya, dalam catatannya yang dikutip dari laman Aksi Cepat Tanggap, Jumat (23/10).
Bahkan Sinabung dari kejauhan nampak mamin tak terlihat. Santo menceritakan, sudah tiga pekan lebih, Gunung Sinabung tidak nampak keberadaannya karena tertutup asap kiriman. “ Tentu hal itu sangat mengkhawatirkan berbagai pihak, karena melihat intensitas erupsi Sinabung belakangan ini yang cukup tinggi, namun pos pemantau Gunung Sinabung kesulitan melihat dengan kamera arah luncuran awan panas Sinabung saat terjadi erupsi,” urainya.
Pantauan di lapangan, Santo merasakan masyarakat yang tinggal di radius 5 mulai merasakan ketakutan. “ Jadi selain dikepung asap kiriman yang tebal, mereka juga mengatakan takut erupsi Sinabung, karena tertutup asap, Sinabung tidak nampak arah luncurannya,” kata Santo yang juga aktivis Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Tana Karo ini. “ Penderitaan mereka bertambah, dan seharusnya semua pihak paham akan titik kerawanan ini, dimana pengungsi Sinabung kini mendapatkan cobaan baru yakni asap yang menyesakkan dada,” katanya. (act.id)
img : getty images
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H