Hingga hari ini, bencana kabut asap masih menjadi momok menakutkan yang belum juga tuntas. Tiap harinya, jutaan warga pesisir Timur Sumatera khususnya Riau dan Jambi harus berjibaku dengan sesaknya napas akibat kabut asap.
Demi mengurangi derita yang dirasakan warga, Tim Disaster Emergency and Relief Management (DERM) Aksi Cepat Tanggap (ACT) bergerak bersama Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Riau (UNRI), Forum Silaturrahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) Riau, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), dan Ummah, untuk menggelar aksi damai pada Rabu (7/10).
Aksi itu harapnnya akan menyampaikan aspirasi masyarakat untuk mendesak Pemerintah agar lebih sigap dalam menuntaskan bencana asap yang justru malah semakin parah.
Pada pekan pertama Oktober ini, Tim DERM-ACT telah membangun Pos Komando (Posko) Penanganan Darurat Asap Riau. Darurat asap di Riau ditetapkan pasca Indeks Standar Pencemaran Udara berada dalam kategori sangat berbahaya selama berhari-hari lamanya di Riau.
“Kami sudah membuka Posko di Riau dan Jambi. Aksi damai bertajuk Indonesia Darurat Asap juga akan dilakukan simultan di sejumlah kota terdampak kabut asap ini,” jelas Kusmayadi, komandan DERM-ACT kepada ACTNews, Selasa (6/10).
Sesuai dengan rencana, aksi damai akan dilangsungkan di sekitar Jl.Sokarno Hatta, Kelurahan Delima, Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru, Riau.
“Kami berharap masyarakat mendukung aksi ini dan gugatan damai akan mendorong pemerintah lebih sigap lagi menanggulangi bencana yang berkepanjangan,” katanya.
Kusmayadi mengkritik cara penanggulangan bencana kabut asap terlihat sangat sporadis, tidak sistematis. Terbukti bencana asap tak juga berkurang, malah semakin parah.
“Pendekatan penanganan bencana terkesan hanya untuk mengurangi kepanikan masyarakat, tidak menyeluruh,” imbuhnya.
ACT sendiri telah melakukan aksi distribusi bantuan untuk masyarakat berupa bantuan ribuan masker. Namun, diakui Kus, aksi tersebut sangat tidak memadai, karena hanya bagaikan menutupi dengan plester pada luka yang besar.