Tak dapat dipungkiri, membludaknya arus pengungsi Suriah yang melarikan diri dan mengharap perlindungan keamanan di tanah Eropa telah menjadi bencana kemanusiaan paling kompleks dalam satu dekade terakhir. Tak lagi menyebut angka ribuan, puluhan ribu, bahkan ratusan ribu. Namun sudah ada jutaan warga Suriah, Irak dan korban konflik Timur Tengah lain yang terpaksa nekat mengarungi Laut Mediterania sebagai batas antara Eropa dan Asia demi mengharap kehidupan yang lebih baik di Eropa.
Kenekatan ratusan ribu pengungsi ini pula yang telah berujung pada banyak kasus tenggelamnya perahu tumpangan mereka di tengah laut dingin mediterania. Satu kali saja terjangan ombak, langsung bisa menggulung perahu pengungsi Suriah beserta ratusan jiwa didalamnya. Wajar, jika melihat perahu butut ilegal yang dinaiki para pengungsi rata-rata sangat kelebihan kapasitas. Bahkan jebol di beberapa bagiannya.
Seperti yang terjadi pada bocah malang Aylan Kurdi, balita 3 tahun yang tewas setelah tenggelam di laut mediterania dekat Yunani beberapa pekan lalu. Foto jenazah Aylan Kurdi yang ditemukan tergeletak di pesisir pantai Turki memicu amarah masyarakat dunia, menampar rasa kemanusiaan.
Kondisi miris itulah yang kemudian memancing pernyataan dari Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Beberapa waktu lalu, Presiden Erdogan mengatakan bahwa Ia dan publik Turki mengecam negara-negara Uni Eropa. Menurutnya, Eropa tak sigap menangani gelombang pengungsi. Erdogan bahkan berkata bahwa Eropa telah sengaja mengubah laut Mediterania sebagai kuburan bagi para pegungsi asal Suriah, Irak maupun Afrika Tengah.
Menurutnya Eropa harus bertanggung jawab atas kematian setiap korban tewas di Laut Tengah.
“Negara Eropa mengubah Laut Tengah –tempat kelahiran peradaban kuno– menjadi kuburan bagi pendatang. Mereka bertanggung jawab terhadap kejahatan saat satu pengungsi kehilangan nyawa,” kata Erdogan dalam pidato di Ankara. Seperti yang dikutip dari Kantor Berita Antaranews.
Hingga hari ini, kabar terakhir dari Turki menyebutkan bahwa Turki sebagai negara muslim mayoritas telah menampung tak kurang dari 1.8 juta pengungsi Suriah selama beberapa tahun terakhir. Namun Erdogan sekali lagi mengecam jika negara-negara Eropa bersikap represif dan menggunakan kekerasan pada ribuan pengungsi Suriah yang masuk ke tanah Eropa.
Dikutip dari laman BBC, kebijakan Parlemen terbaru dari Hungaria menghasilkan keputusan kontroversial. Melalui Undang-undang yang baru disepakati, militer Hungaria diperbolehkan menggunakan peluru karet, gas air mata dan senapan pelepas jaring untuk menangani para pengungsi di perbatasan-perbatasan Hungaria.
“Nilai kemanusiaan, yang membentuk kita, kini tenggelam. Setiap mayat, yang terdampat di tepi laut, meninggalkan luka besar di hati kami, sistem dunia yang telah kehilangan rasa belas kasihan tidak pantas menjadi solusi bagi buruknya kemanusiaan,” Kata Erdogan dikutip dari laman Antaranews. (CAL)
img : img : satusuro.com