Mohon tunggu...
Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap Mohon Tunggu... Jurnalis - Organisasi Kemanusiaan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menjadi organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global untuk mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik http://act.id Aksi Cepat Tanggap (ACT) Foundation is a professional global humanitarian organization based on philanthropy and volunteerism to achieve better world civilization

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

4 Hal Tentang Sejarah Letusan Hebat Tambora

14 September 2015   11:11 Diperbarui: 14 September 2015   11:18 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tambora menghentak dunia, letusan Gunung Tambora yang meletup hebat 2 abad lalu masih tetap dikenang dunia hingga hari ini. April 2015 lalu menjadi momentum perayaan akbar dunia dalam mengenang memaknai sejarah letusan hebat Tambora di tanggal 5 April 1815. Kala itu suara menggelegar yang keluar dari mulut kawah Tambora telah memuntahkan material vulkanik yang sangat kuat, bahkan dahsyatnya besaran letusan Tambora telah memotong tambora menjadi dua bagian dari puncaknya. Kini Tambora menyisakan sebuah kawah gunung berapi dengan lingkar terbesar dan terluas di Indonesia.

Berikut adalah 4 hal yang bisa dimaknai tentang sejarah letusan Gunung Tambora 2 abad lalu, beberapa data dilansir dari National Geographic.

  1. Meletusnya Gunung Tambora adalah erupsi terdahsyat yang berhasil tercatat oleh manusia

Selama dua abad terakhir, letusan gunung Tambora tercatat oleh sejarah manusia modern sebagai bencana meletusnya gunung api yang terdahsyat. Smithsonian Museum of Natural History menempatkan Tambora sebagai gunung berapi dengan Indeks Letusan Gunung Berapi (VEI) tertinggi, yakni 7. Berikutnya, indeks 6 disandang oleh Huaynaputina (Peru-1600), Krakatau (Indonesia-1883), Santa Maria (Guatemala-1902), dan Pinatubo (Filipina-1991). Kemudian Vesuvius (Italia-79) dan Mount St. Helens (Amerika Serikat-1980) berada pada indeks 5. Bahkan material piroklastik atau awan panas atau abu vulkanik yang dikeluarkan dari mulut kawah Tambora mencapai 100 kilometer kubik! 5 kali lipat lebih besar dari material yang dimuntahkan oleh Krakatau (20 kilometer kubik)

  1. Letusan Tambora sebabkan jumlah kematian terbanyak

Kala itu tercatat ada 12.000 jiwa yang mendiami wilayah lereng sekitar Gunung Tambora. Ketika letusan pertama keluar, nyaris semua penduduk itu binasa tersapu dahsyatnya material vulkanik Tambora. Lalu angka kematian terus bertambah beberapa bulan setelah meletusnya Tambora. Dilansir Natgeo, Korban untuk Pulau Sumbawa dan Lombok sekitar 92.000 orang. Mereka tewas karena berbagai penyakit dan kekurangan pangan.

  1. Badan Tambora hancur sepertiga karena dahsyatnya kekuatan erupsi

Jika melihat bentuk Tambora hari ini, kita akan melihat kawah Tambora berbentuk besar dan membulat seperti mangkok. Bahkan menjadi gunung api dengan kawah terluas di Indonesia. Namun ternyata dahulu Tambora itu berbentuk kerucut lancip seperti kebanyakan gunung api di Indonesia. Namun dahsyatnya letusan Tambora telah memotong habis puncaknya dan menyisakan kawah besar dengan ketinggian hanya 2.851 meter di atas permukaan laut. Padahal sebelumnya tinggi Tambora mencapai lebih dari 4.000 mdpl, atau setara dengan tinggi Puncak Jaya di Papua.

  1. Letusan Tambora telah mengakibatkan “merah kelam di Eropa” dan memunculkan Novel Frankenstein

Kala itu, Eropa tak tahu menahu apa yang menjadi penyebab langit Eropa berubah kelam eperti merah darah selama beberapa bulan lamanya. Bahkan Natgeo melansir Salju yang turun di tahun-tahun setelah meletusnya Tambora berwarna merah dan kuning! Akibat dari aliran abu vulkanik yang menutupi atmosfer dunia dan terbawa hingga Eropa. Lalu ada riset terbaru yang menunjukkan letusah dahsyat Tambora telah menginspirasi Mary Wollstonecraft Shelley. Kala itu dia tengah melancong ke Jenewa dalam liburan musim panas, Mei 1816. Dalam pelancongannya, Mary menggubah sebuah novel fiksi ilmiah dan berbumbu horor berjudul Frankenstein; or, The Modern Prometheus setelah melihat langit Eropa yang berubah merah darah karena erupsi Tambora. (CAL)

img : wikimedia

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun