Beberapa pekan lalu dunia dikejutkan oleh penemuan potongan pesawat Malaysia MH370 yang telah lenyap menghilang entah kemana selama satu tahun terakhir. Potongan itu adalah sebuah patahan flaps atau bagian dari sayap pesawat Boeing 777 bernomor registrasi 9M-MRO. Awalnya potongan sayap itu hanya dikira oleh nelayan sekitar sebagai bagian dari tumpukan sampah di laut.
Setelah kejadian penemuan paling menghebohkan tersebut, publik kembali bertanya-tanya, bagaimana bisa sampah seberat ratusan kilogram berwujud patahan Flaps pesawat MH-370 itu terombang ambing di lautan luas dan terbawa dari jarak ratusan hingga ribuan kilometer melintasi samudera luas. Sesungguhnya seperti apa kondisi kedalaman laut hari ini? Betulkah ada banyak sekali tumpukan sampah di laut saat ini?
Faktanya, selama bertahun-tahun di sepanjang pesisir Samudera beribu ton sampah terombang ambing dan akhirnya tersangkut di pesisir pulau. Dikutip dari laman VOA Indonesia, di pesisir barat Britania, Inggris tepatnya di Cornish, arus Samudera Atlantik telah membawa ribuan potong mainan lego ke pesisir pantai. Di Kenya pun, sendal jepit murah bahkan hingga sepatu bot busuk berisi ikan dan sepatu bayi sering terbawa ombak Samudera Hindia sampai akhirnya terbenam di pasir pantai. Bahkan di Bangladesh, tempat krisis kemanusiaan terus terjadi hingga hari ini, para nelayan dihantui puluhan mayat-mayat imigran gelap Rohingya atau Bangladesh yang seringkali mengapung terbawa oleh arus Teluk Bengali.
Dan beberapa pekan lalu, potongan sayap pesawat Malaysia Airlines MH370 yang ditemukan di pesisir Pulau Reunion kemungkinan besar akan menjadi bagian dari tumpukan sampah yang paling mengejutkan sepanjang 1 abad terakhir. Potongan itu adalah “tumpukan sampah” yang paling dicari di dunia sejak penerbangan MH370 itu lenyap dengan 239 orang di dalamnya pada 17 bulan lalu.
Pada kenyataannya Samudera memang sebuah “tempat sampah” besar yang sangat luas dan terus bergerak secara dinamis. Jutaan ton sampah yang di buang di pesisir Jakarta misalnya, jika arusnya sesuai bukan tak mungkin dalam beberapa bulan berikutnya akan ditemukan di pantai timur Afrika.
Seringkali, arus di samudera itu bergerak dengan cara yang mudah diduga, dengan arus dan angin yang bergerak dalam arah dan kecepatan yang dapat diperkirakan sebelumnya.
Seperti yang dikatakan Erik van Sebille bahwa Samudera bukanlah sebuah bak mandi yang diam. Samudera terus bergerak. Sebille adalah ahli oseanografi di Grantham Institute, Imperial College London. Selama bertahun-tahun Sebille mempelajari secara mendalam bagaimana arus laut membawa benda-benda yang sebagian besarnya adalah sampah manusia.
Menurut sebuah studi pada 2015, dilansir dari laman VOA Indonesia, penduduk dunia setiap tahunnya membuang sebanyak 8,8 ton sampah plastik ke lautan. Studi yang dilakukan oleh Profesor Teknik Lingkungan di Universitas Gerogia itu memperingatkan bahwa dalam 10 tahun ke depan, tumpukan sampah yang ada di lautan akan mencapai 170 juta ton. (CAL)
img: tempo.co
SUMBER : BLOG.ACT.ID