Mohon tunggu...
Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap Mohon Tunggu... Jurnalis - Organisasi Kemanusiaan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menjadi organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global untuk mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik http://act.id Aksi Cepat Tanggap (ACT) Foundation is a professional global humanitarian organization based on philanthropy and volunteerism to achieve better world civilization

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Masjid Kaimana, Bukti Kehadiran Islam di Papua

26 Agustus 2015   14:24 Diperbarui: 26 Agustus 2015   14:24 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum lepas dari ingatan bagaimana kejadian penyerangan jamaah muslim di Tolikara saat pelaksanaan Ibadah Idul Fitri sebulan lalu telah berdampak besar bagi negeri ini. Jutaan muslim di Indonesia mengecam tindakan anarkis tersebut, sebagian lainnya dirundung rasa was-was akibat potensi ekskalasi kerusuhan antar agama yang bisa menyulut api emosi lebih luas lagi. Namun akhirnya urusan penyerangan Tolikara itu bisa diselesaikan dan diredam dengan baik.

Kemudian pasca kejadian tersebut, muncul sebuah pertanyaan dalam benak masyarakat Indonesia, seberapa jauh sesungguhnya perkembangan agama Islam di tanah Papua? Selama ini Papua dikenal sebagai satu wilayah Indonesia yang menjadikan agama Islam sebagai minoritas. Hanya segelintir muslim di Papua yang tetap hdup berdampingan dengan masyarakat non muslim lainnya.

Namun ternyata, berabad silam tanah Papua pernah menjadi lokasi megahnya kerajaan Islam. Satu bukti kehadiran Islam di Papua sejak berabad lalu terlihat jelas pada peninggalan Masjid Agung Baiturrahim di Kaimana.

Sebuah masjid yang megah dan cantik dengan warna putih keemasan berdiri megah di salah satu sudut Kota Kaimana. Keindahan arsitektur masjid ini nampak begitu mencolok di tengah hiruk pikuk aktivitas masyarakat di Kota Kaimana. Sebuah elemen nyata bukti Kehadiran Islam di Papua sejak sejak ratusan tahun lalu.

Dilansir dari laman dream, Masjid yang berada di tepian laut tak jauh dari Pelabuhan Internasional Kaimana ini punya delapan pilar yang kokoh dengan kombinasi warna putih dan sepuhan emas di puncak menaranya. Delapan pilar masjid termegah di Kota Kaimana ini mengelilingi kubah besar berwarna senada dengan sepuhan emas yang lebih besar di puncak atap masjid. Kombinasi warna putih dan emas yang menjadi warna dasar masjid lengkap dengan penataan rumah warga di sekitarnya dan pemandangan langsung tepian laut Pasifik yang membiru khas wilayah Indonesia Timur menambah sejuk tampilan masjid penuh sejarah ini.

Dalam kutipan yang diambil dari laman Kementerian Pariwisata Indonesia disebutkan bahwa Masjid Agung Baiturrahman ini menjadi satu ikon menarik di tengah minoritas muslim Kota Kaimana. Masjid ini merupakan sisa peninggalan kerajaan Islam Sran Eman Muun yang pernah berjaya dan menguasai perdagangan dan pemerintahan di sekitar Laut Arafuru dan Kota Kaimana.

Sejak beradab silam, Masjid Kaimana masih tetap dipertahankan oleh generasi muslim Kaimana yang terus merawat melalui pemugaran berkali-kali namun tetap mempertahankan bentukan aslinya. Hari ini, Masjid Kaimana menjadi saksi bisu betapa komunitas muslim pernah merasakan kejayaan di Bumi Papua tepatnya di Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat,

Pada awalnya memang tanah Papua pernah menjadi wilayah utama penyebaran Islam di Indoensia Timur yang dibawa oleh pengaruh besar kerajaan Islam di Maluku seperti Kerajaan Ternate dan Tidore. Banyak penduduk Maluku yang keturunan Arab dikirimkan ke tanah Papua untuk menjadi Imam sekaligus menyebarkan agama Islam. Salah satunya menjadi imam tetap Masjid Kaimana.

Namun, lambat laun, ketika pengaruh besar kerajaan Islam di Indoensia Timur meredup, masuklah para pedagang dari Belanda dan Eropa yang berdagang dan membawa pengaruh agama Kristen hingga ke pedalaman Papua. Akhirnya selama satu abad terakhir, mayoritas agama yang berkembang di tanah Papua adalah agama Kristen termasuk di Kota Kaimana dan Tolikara, Karubaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun