Mohon tunggu...
Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap Mohon Tunggu... Jurnalis - Organisasi Kemanusiaan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menjadi organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global untuk mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik http://act.id Aksi Cepat Tanggap (ACT) Foundation is a professional global humanitarian organization based on philanthropy and volunteerism to achieve better world civilization

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Program Pemandirian Rohingya Sudah Dimulai

9 Juli 2015   13:43 Diperbarui: 9 Juli 2015   13:43 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ACTNews, ACEH UTARA – Memasuki hari ke-40 semakin banyak saja pihak-pihak yang ikut dalam barisan kepedulian untuk pencari suaka etnis Rohingya. Sejak nelayan Aceh menyelamatkan dan melabuhkan mereka 15 Mei silam ke bumi Serambi Mekkah, berbagai pihak—individu dan institusi, baik nasional maupun mancanegara memberi perhatian pada etnis yang terusir dari negerinya ini.
 
Pun ketika mereka mendapatkan lindungan di tiga kamp penampungan; Pelabuhan Kuala Langsa (Aceh Timur), Birem Bayeun (Aceh Tengah) dan Kuala Cangkoi (Aceh Utara), simpati dan empati mengalir tanpa henti. Donasi dana dan natura dari beragam pihak , bahkan sekedar buah tangan dari  warga lokal kerap mampir ke tiga kamp itu.
 
Bukan cuma itu, sebagian warga Cangkoi juga ikut mengantar saat Pemerintah Kabupaten Aceh Utara merelokasi pengungsi ke Gampong Blang Adoe, Kuta Makmur Aceh Utara untuk bersiap menempati Integrated Community Shelter/ICS yang disiapkan oleh Aksi Cepat Tanggap (ACT). Tak sedikit warga lokal yang berderai-derai melepas  kepindahan. Banyak keluarga di Cangkoi sudah menganggap pengungsi yang sebatang kara sebagai anaknya sendiri.  Padahal kepindahan mereka tak seberapa jauh, hanya satu setengah jam dari Kuala Cangkoi. Mereka masih bisa menengok kapan pun mereka mau. Sungguh sebuah pemandangan yang menyentuh haru. Perlindungan itu datang dari semua elemen.
 
Pemerintah Kabupaten Aceh Utara bersama ACT memang sudah merencanakan relokasi itu. Relokasi diikhtiarkan agar para pengungsi dapat merasakan ketenangan dan suasana menyenangkan di kompleks shelter dengan berbagai fasilitas lengkap itu. Lebih dari itu, relokasi juga mempertimbangkan  kelanjutan masa depan mereka; menjadi individu yang kuat dan mandiri. Agar tak selamanya menjadi ‘ladang’ iba, namun memiliki kemuliaan.
 
Menyambut ikhtiar memuliakan tamu yang terusir dari Arakhan tanah leluhur mereka, banyak pihak sudah memberi komitmen untuk bergotong-royong merancang dan mengawal berbagai program pemandirian. Ada Falah E Insyaniyat Foundation/FIF (Pakistan), Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KP3A) Kabupaten Aceh Utara, Malteser International (Jerman) dan yang terakhir Daarut Tauhid (DT) yang sudah lebih dulu memulai. “ACT masih tetap membuka uluran sinergi dari berbagai pihak untuk program pemandirian pengungsi Rohingya saat mereka mukim di kompleks shelter nanti,” jelas Insan Nurohman, VP ACT Foundation yang juga menjadi penanggungjawab pembangunan ICS. 
 
Daarut Tauhid bersama ACT mengadakan pelatihan pertanian sistem hidroponik untuk para pengungsi laki-laki Rohingya, pada Rabu (24/6) lalu. Untuk pelatihan perdana ini, 20 laki-laki yang terdiri dari kaum bapak dan pemuda antusias terlibat dalam pelatihan. “Untuk tahap awal ini kami sengaja melibatkan kaum lelakinya dulu karena mereka yang menjadi tulang punggung keluarga,” ungkap Sispriani, A.Md (45), relawan ACT yang mendampingi saat pelatihan.
 
Sedangkan untuk kaum perempuannya kata Sispriani, akan dilatih setelah para pengungsi pindah ke ICS. Sispriani yang akrab disapa Siska ini juga menceritakan, saking semangatnya mengikuti pelatihan mereka (lelaki Rohingya) menanam sekaligus 3 bibit kangkung dan 1 bibit slada dalami satu media. “Dan kami pun tertawa bersama, karena dalam satu media harusnya hanya untuk satu bibit,” tutur Siska. Ada 20 paket yang disediakan, yang setiap paketnya terdiri dari bibit, wadah khusus, tanah dan cairan pupuk. Setiap paket senilai 100 ribu rupiah, dan untuk pelatihan kali ini panitia menyediakan bibit slada dan kangkung.
 
Pelatihan ini menghadirkan pakar pertanian hidroponik dari dari Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Utara, Ir.Hamudah. Untuk memudahkan para peserta memahami arahan, Rasyid, salah satu pengungsi yang fasih berbahasa melayu dilibatkan sebagai penerjemahnya.  ”Saya sering mengisi pelatihan tapi pelatihan kali ini terasa spesal, karena mereka (pengungsi Rohingya) begitu semangat dan berkonsentrasi dalam mengikuti arahan saya,” ungkapnya Hamudah, penuh haru.
 
Materi pelatihan pertanian tak akan berhenti pada materi hidroponik saja, ke depan sinergi lembaga untuk pemandirian pengungsi ini juga sudah menyiapkan sejumlah pelatihan pertanian dan perkebunan produktif lain. “Begitu mereka pindah ke ICS kita sudah siapkan lahannya di sekitar ICS. Kita akan latih dan berdayakan lewat pertanian, pengelolaan ternak, ikan dan lainhya. Kami ingin mereka dimanusiakan, sehingga mereka bisa bangkit dari keterpurukan,” ujar Siska perempuan relawan asli Lhokseumawe yang sudah terlibat mengurus pengungsi sejak masih di Kamp Kuala Cangkoi ini.
 
Ada aturan yang menyebut pencari suaka tak boleh bekerja, dan selamanya diperkenankan menerima ‘jatah hidup’. Tapi, warga Aceh tak ingin memuliakan mereka sesederhana itu. Bersama rakyat Indonesia serta lembaga-lembaga kemanusiaan nasional dan global,  warga Aceh ingin melayakkan mereka: memberi kesempatan hidup menjadi orang yang berdaya dan mampu bangkit dari ketersisihan. (mhjr)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun