Mohon tunggu...
Yayasan ISCO
Yayasan ISCO Mohon Tunggu... Guru - Yayasan Pendidikan Anak dari Keluarga Prasejahtera di Wilayah Padat Penduduk Medan, Jakarta, Surabaya

Berdiri tahun 1999,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Selamat Hari Anak untuk Seluruh Anak Marjinal Indonesia!

29 Juli 2019   16:38 Diperbarui: 29 Juli 2019   16:45 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta (29/7), Yayasan ISCO mengundang 1000 anak dampingan dari keluarga pra-sejahtera di area pemukiman padat penduduk Jakarta. Semua anak diundang untuk merayakan Hari Anak Nasional dan hari jadi yayasan yang ke 20 tahun. Adapun perayaan ini diselenggarakan pada 27 Juli 2019 di Bumi Perkemahan Ragunan.

"Kami Generasi Milenial, Berani Berbeda dan Berkarya", merupakan tema yang dipilih tahun ini. Mengingat generasi milenial sangat dekat dengan teknologi digital, harapannya melalui tema ini, setiap anak yang hadir dapat memanfaatkan teknologi digital dengan baik. Melihat dunia yang lebih luas sehingga berani untuk menjalani kehidupan yang berbeda dari keseharian mereka sebelumnya. Berani untuk berhenti turun ke jalan. Berani untuk kembali dan tetap bersekolah.

10 Hak Anak di Pemukiman Padat Penduduk

Tantangan yang dialami anak dari keluarga pra-sejahtera di pemukiman padat penduduk adalah sulitnya mengakses 10 Hak mereka. Menurut data Kementerian Pekerjaan Umum (PU) pada tahun 2015, terdapat 32.466 hektare pemukiman padat penduduk yang dihuni oleh 33 juta orang  dan tersebar di ratusan kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

Arena bermain sangat terbatas, tempat tinggal yang sempit, sanitasi yang minim, rawan kriminalitas, rawan kebakaran dan minim legalitas merupakan faktor-faktor yang menghambat pemenuhan hak anak-anak di pemukiman ini.

10 hak anak Indonesia yang selama ini berusaha untuk diperjuangkan oleh ISCO adalah hak untuk bermain, pendidikan, perlindungan, nama (identitas), status kebangsaan, mendapatkan makanan, akses kesehatan, rekreasi, kesamaan dan berperan dalam pembangunan.

Dalam kegiatan HAN ini, setidaknya ada 4 hak anak yang dipenuhi, diantaranya hak untuk bermain, belajar, berekreasi dan mendapatkan makanan. Berbagai jenis permainan edukatif dapat mereka mainkan bersama-sama, juga hadiah kenaikan kelas, makanan dan minuman bergizi yang tidak biasa mereka nikmati sehari-hari.

Dokpri
Dokpri

Mereka pun dapat berkreasi seperti melukis, membuat kerajinan, fotografi, bernyanyi dan menari. Tarian daerah mereka tampilkan, mulai dari Aceh dengan tari Saman hingga Papua dengan Yamko Rambe Yamko. Semua anak-anak bergembira bersama, hal ini sejalan dengan pesan nasional Hari Anak Indonesia yaitu "Kita Anak Indonesia, Kita Gembira"

Peran Orang Tua 

"Pentingnya kualitas keluarga dalam perlindungan anak" adalah tema yang ditetapkan pemerintah untuk Hari Anak Nasional 2019. Orang tua memiliki peran yang signifikan dalam pembentukan karakter anak. Penanaman nilai hidup dan motivasi belajar seyogyanya berasal dari orang tua. Namun kondisi ideal ini sulit dilakukan oleh orang tua di daerah pemukiman padat penduduk.

Lebih dari 6000 anak telah dibantu ISCO untuk menyelesaikan pendidikan mereka. Dari jumlah tersebut hanya 30% yang tamat SD, 26% tamat SMP dan 16% tamat SMK/SMA. Faktor drop out anak-anak marjinal ini memang sangat bervariasi. Namun, yang paling utama adalah faktor keluarga yang tidak mendukung agar anak mau belajar dan tetap sekolah.

Di wilayah dampingan yayasan ini, tingkat pendidikan orang tua terbanyak adalah lulusan SMP (49%), diikuti lulusan SD (41%), dan hanya 11% tamatan SMA; dengan jenis pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan khusus seperti buruh, kuli panggul, nelayan, PRT, tukang becak dan pemulung. Tentu saja, upah pekerjaan ini relatif kecil dengan waktu kerja yang relatif panjang. Hal ini menyulitkan orang tua untuk memberikan pendidikan yang berkualitas, makanan lengkap dan bergizi serta fasilitas lainnya bagi anak mereka.

Pemberdayaan orang tua dan penguatan peran keluarga untuk melindungi anak masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah dan semua pihak.

Tantangan dan Peluang

Sosial media, internet dan kemudahan teknologi lainnya merupakan hak istimewa generasi ini. Semua dampak baik dan buruknya pun melekat pada mereka. Data Kementerian Sosial menunjukkan bahwa anak yang menjadi korban pornografi mengalami peningkatan, walau jumlahnya lebih sedikit dibandingkan kasus lainnya, namun peningkatannya sangat tajam. Warung internet yang bertabur dan penggunaan gadget tanpa pengawasan membuat anak rentan terkena dampak negatif teknolgi.

Dibalik semua tantangan diatas, anak-anak marjinal ini memiliki potensi yang sangat besar. Dalam kondisi yang kurang menguntungkan, masih banyak anak yang berhasil menjadi pribadi yang membanggakan. Sebut saja Yuli, terlahir dari ayah seorang buruh bangunan dan ibu kuli nyuci di area Pademangan, Jakarta. Tiga tahun lalu dia diterima di salah satu universitas negeri terbaik Indonesia. Ayah sempat menolak keras dan menginginkan Yuli bekerja, membantu keluarga. Berkat kegigihannya, Yuli mendapatkan berbagai beasiswa dan tidak menjadi beban bagi keluarga.

"Semangat untuk semua adik-adik. Terus rajin belajar dan berani mengejar impian kalian. Tidak mudah memang, tapi kalau berusaha pasti bisa" demikian tuturnya di depan panggung perayaan Hari Anak kali ini.

Dokpri
Dokpri

Dua puluh tahun perjalanan yayasan ISCO mengupayakan agar setiap anak menerima, sadar dan memperjuangkan haknya. Memiliki kesempatan menggali potensi dirinya semaksimal mungkin. Menjadi anggota masyarakat yang produktif dan pemimpin masa depan yang bertanggung jawab.

"Selamat Hari Anak untuk semua anak Indonesia, dimanapun kalian berada!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun