"Pentingnya kualitas keluarga dalam perlindungan anak" adalah tema yang ditetapkan pemerintah untuk Hari Anak Nasional 2019. Orang tua memiliki peran yang signifikan dalam pembentukan karakter anak. Penanaman nilai hidup dan motivasi belajar seyogyanya berasal dari orang tua. Namun kondisi ideal ini sulit dilakukan oleh orang tua di daerah pemukiman padat penduduk.
Lebih dari 6000 anak telah dibantu ISCO untuk menyelesaikan pendidikan mereka. Dari jumlah tersebut hanya 30% yang tamat SD, 26% tamat SMP dan 16% tamat SMK/SMA. Faktor drop out anak-anak marjinal ini memang sangat bervariasi. Namun, yang paling utama adalah faktor keluarga yang tidak mendukung agar anak mau belajar dan tetap sekolah.
Di wilayah dampingan yayasan ini, tingkat pendidikan orang tua terbanyak adalah lulusan SMP (49%), diikuti lulusan SD (41%), dan hanya 11% tamatan SMA; dengan jenis pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan khusus seperti buruh, kuli panggul, nelayan, PRT, tukang becak dan pemulung. Tentu saja, upah pekerjaan ini relatif kecil dengan waktu kerja yang relatif panjang. Hal ini menyulitkan orang tua untuk memberikan pendidikan yang berkualitas, makanan lengkap dan bergizi serta fasilitas lainnya bagi anak mereka.
Pemberdayaan orang tua dan penguatan peran keluarga untuk melindungi anak masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah dan semua pihak.
Tantangan dan Peluang
Sosial media, internet dan kemudahan teknologi lainnya merupakan hak istimewa generasi ini. Semua dampak baik dan buruknya pun melekat pada mereka. Data Kementerian Sosial menunjukkan bahwa anak yang menjadi korban pornografi mengalami peningkatan, walau jumlahnya lebih sedikit dibandingkan kasus lainnya, namun peningkatannya sangat tajam. Warung internet yang bertabur dan penggunaan gadget tanpa pengawasan membuat anak rentan terkena dampak negatif teknolgi.
Dibalik semua tantangan diatas, anak-anak marjinal ini memiliki potensi yang sangat besar. Dalam kondisi yang kurang menguntungkan, masih banyak anak yang berhasil menjadi pribadi yang membanggakan. Sebut saja Yuli, terlahir dari ayah seorang buruh bangunan dan ibu kuli nyuci di area Pademangan, Jakarta. Tiga tahun lalu dia diterima di salah satu universitas negeri terbaik Indonesia. Ayah sempat menolak keras dan menginginkan Yuli bekerja, membantu keluarga. Berkat kegigihannya, Yuli mendapatkan berbagai beasiswa dan tidak menjadi beban bagi keluarga.
"Semangat untuk semua adik-adik. Terus rajin belajar dan berani mengejar impian kalian. Tidak mudah memang, tapi kalau berusaha pasti bisa" demikian tuturnya di depan panggung perayaan Hari Anak kali ini.
Dua puluh tahun perjalanan yayasan ISCO mengupayakan agar setiap anak menerima, sadar dan memperjuangkan haknya. Memiliki kesempatan menggali potensi dirinya semaksimal mungkin. Menjadi anggota masyarakat yang produktif dan pemimpin masa depan yang bertanggung jawab.
"Selamat Hari Anak untuk semua anak Indonesia, dimanapun kalian berada!"